36. KEHENINGAN

309 31 2
                                    

Lelaki itu ingin merasakan ketenangan untuk sesaat, tanpa gangguan dari siapapun, hanya keheningan yang ingin ia nikmati untuk saat ini, hanya keheningan.

Ia menatap kosong kelangit-langit kamar rumah sakit itu. Putih, hanya warna itu yang bersinar di pelupuk matanya, ia tak mengalihkan pandangan sedikitpun, hanya menatap kosong ke langit-langit kamar itu.

Capek, lelah.
Itulah yang dirasakan oleh lelaki bertubuh mungil itu. Ia tampak tak bertenaga untuk melakukan apapun, tubuhnya terasa berat untuk melakukan apapun.

"Gua capek banget sama hidup ini, tubuh gua udah ga kuat buat ngelakuin apapun lagi, gua hanya butuh istirahat, gua pengen tenang dari gangguan apapun, gua ga mau bicara sama siapapun, gua pengen sendiri, gua udah lelah sama hal yang terjadi belakangan ini, gua pengen tenang untuk selamanya"

"Salah gua pengen tenang? "
"Salah gua pengen bebas? "
"Apa yang gua inginkah salah? "

Renjun meneteskan air matnya. Ia benar-benar lelah dengan keadaan ini, ia tak tahu harus bagaimana mengahadapi semuanya, upaya yang ia lakukan sudah cukup. Ia cukup bersabar dengan semua ini, tapi dia sudah lelah.

Tok tok tokk
Klekk

"Njun? "
"Ada yang lo butuhin? "
Jaemin masuk untuk melihat kondisi Renjun. Jaemin tampak sangat khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.

"Njun??"
Jaemin kembali memanggil saat tak ada sahutan apapun dari Renjun.

Lelaki bertubuh mungil itu tak ada sedikitpun kemauan untuk menjawab panggilan dari Jaemin, ia tetap menatap ke arah langit-langit kamar.

Jaemin yang tampaknya paham dengan situasi tersebut memilih diam dan meninggalkan Renjun, ia keluar dengan perasaan yang kurang enak, fikirannya tertuju pada Renjun, lelaki itu sama sekali tak mau berbicara sejak hari itu.

Jaemin meraih handphone disakunya, mencari nomor untuk ia hubungi.

"Halloo"
"Lo dimana?"
"Bisa ke RS***** sekarang?"

Jaemin hanya berbicara sepentingnya. Ia kembali memasukan handphone tersebut kedalam saku celananya.

Jaemin berjalan menuju ruangan papa nya, ia ingin menanyakan perihal kondisi Renjun, ia tak tenang dengan kondisi sahabatnya yang sekarang ini. Ia sangat khawatir, ia ingin sahabat kecilnya itu sembuh.

"Paa?"
"Jaemin pengen tau tentang kondisi Renjun, semuanya, tanpa terkecuali"

"Untuk saat ini papa belum bisa kasih tau apapun, papa harap kamu bisa mengerti. Papa bakal berusaha buat nyembuhin Renjun, kamu yang sabar"
Ucap Om Suho dengan tenang.

"Jaemin harap papa bisa bertanggung jawab dengan apa yang papa omongin barusan! "
Ucap Jaemin dengan wajah datar, ia berharap jika papa nya memang dapat menyembuhkan Renjun, papanya dokter yang hebat, ia berharap tinggi tentang kesembuhan Renjun kepada papanya.

Om suho hanya mengangguk, wajahnya datar dan tampak tak tenang sama sekali.

"Heiii Junnnn"
"Aku lapar, mau makan, maunya bakso, gamau yang lainnn"
"Aku mau makan ditempat biasaa"
"Yaaa yaaaahh"

"Yaampunnn iyaa iyaa"
"Kamu yang sabar dongg, aku lagi nyetir ni"

"Hehehe iyaaa"
Senyum wanita itu merekah, sangat lebar. Dia cantik, sangat cantikkk.

LUKA || HUANG RENJUNTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon