0³. mereka heboh banget

14.9K 1.5K 32
                                    

"ANJIR! SEGER BANGET PAGI-PAGI LIAT YANG KAYAK GINI!" Zilly berteriak dengan tidak tau malunya.

Bukan hanya Zilly, bahkan hampir semua murid berdecak kagum melihat pemandangan didepan.

Bagaimana tidak? Dilapangan tersebut terlihat seorang perempuan cantik dengan tubuh idealnya sedang berlari dengan keringat yang mengucur, juga rambut yang dicepol asal sehingga memperlihatkan leher jenjangnya, dan juga wajah yang terterpa cahaya matahari sebagai background.

"Shit! She's so sexy."

"Jangan iri jangan iri jangan iri dengki."

"Udah cantik, tinggi, langsing, kurang apa lagi coba?"

"Kurang nya dia ga bisa bersanding sama lo yang burik!"

"JIAKHH."

"Eh gila dia disuruh keliling lapangan itu dua? Tadi katanya udah 10 tinggal 5 putaran lagi?"

"Eh iya anjir! Kuat banget."

"Ga pingsan lagi tu anak."

"Gils! Keren banget sih!!"

"Eh itu siapa sih?"

"Kalo gasalah dia itu Ethoca biasa dipanggil Etos, siswi kelas XII IPS⁴. Anaknya terkenal pinter tapi yah gitu nackal dikit, dia juga wakil basket putri."

"Definisi the real perfect."

"Kok sekilas mirip sama waketos gasih?"

"Eh iya."

"Iya woy! Agak mirip!!"

"Kebetulan mungkin."

"Kalo waketos mukanya ramah yang ini cuek dingin-dingin menurut gue."

"CANTIK BANGET IHH, RELA GUE DIJADIIN SELINGKUHAN DIA AJA GAPAPA."

"DIA NYA YANG GARELA AMA LO ZILLY!"

"ANJIR LO PADA!"

"Gue normal, gue normal, gue normal, gue normal, gabole belok ,gaboleh belok, gaboleh belok."

Siswa-siswi terus berkomentar yang sama sekali tidak diindahkan oleh sang empunya nama, sampai akhirnya guru olahraga XII—Pak Shaki memberi perintah untuk baris dengan rapi.

Author POV end

Brisik! Suara mereka benar-benar mengganggu. Aku terus berlari tanpa niat mengacuhkan mereka. 3 putaran lagi! Ayo 3 putaran lagi. Cepatlah

"Pak Shaki!" Kudengar guru kedisiplinan yang mengawasiku tadi berjalan dan berbicara pada guru olahraga kelas 12 yang sedang memberi arahan pada murid yang sedang diajarkan.

"Ada apa bu Rasyah?"

"Bisa tolong awasi Etos pak? Dia lagi saya hukum karena terlambat, udah lari 12 putaran tinggal 3 putaran lagi. Saya ada keperluan mendadak."

"Oh oke  santai saja, serahkan pada saya."

"Makasih pak Shaki, yaudah saya pamit. Pagi semua!" Dapat kulihat guru kedisiplinan itu berjalan di koridor sekolah hingga hilang dibelokan."

"Etos!" Pak Shaki guru olahraga itu memanggilku. Saat didekatnya aku berhenti berlari. "Ada apa pak?"

"Udah gausah lari lagi, tapi sebagai gantinya kamu bantu saya ajarin basket. Gimana? Kamu juga mau bolos kan?" Ujar pak Shaki, dapat kulihat raut wajah kaget dari siswa siswi yang sedang diajar oleh pak Shaki. Bagaimana tidak kaget? Seorang guru tau bahwa muridnya hendak bolos malah dibiarkan.

"Yah boleh saja, saya juga tidak berniat masuk kelas. Tapi pak, ga ada yang gratis didunia ini."Ujarku yang dibalas senyum oleh pak Shaki. By the way tentang pak shaki, dia itu guru olahraga sekaligus pembimbing club basketku. Bisa dibilang yah, aku lumayan dekat dengan pak Shaki. Jadi jangan heran jika pak Shaki sangat mengenal kebiasaan ku, pak Shaki juga guru favoritku karena menurutku pak Shaki sangat easy going. Oh ya satu lagi tentang pak Shaki! Dia guru termuda disekolah ini umurnya baru menginjak 24 tahun.

"Iya-iya saya tau, permen karet satu kotak, milkita tangkai satu bungkus, dan mentos buah dan mint satu kotak, deal?" Pak Shaki mengulurkan tangannya padaku. "Deal!" Aku menyahut dengan senyum tipis dan membalas uluran tangannya. "Yaudah pak, mereka pemanasan dulu. Saya mau minum bentar." Lanjutku lalu pergi menuju tasku.

Author POV

Sepergian Ethoca, para siswa-siswi langsung ribut memberi petanyaan dan protesan pada pak Shaki yang ditanggapi satu satu.

"Ih enak banget pak dia mau bolos dibiarin." Protes Fathur yang diangguki yang lain.

"Terserah bapak dong, sewot aja kamu." Pak Shaki membalas dengan santai.

"Pak dia siapa? Kok kayak dekat sama bapak?"

"Iya dong, murid kebanggaan bapak itu."

"Kok bisa?"

"Ya bisa dong."

"Kok—" Belum selesai siswa itu bertanya sudah dipotong oleh pak Shaki. "Sudah! Jangan banyak tanya, sekarang pemanasan. Jhos! Bapak minta kamu pimpin pemanasan."

Jhos hanya menganggukkan kepalanya. Selesai pemanasan pak Shaki menyuruh Magenta memanggil Ethoca.

"Magen."

"Iya pak?"

"Panggil dulu itu anak eh etos maksudnya. kalo lagi tidur anaknya bangunin aja, jepit aja hidungnya." Pak Shaki menyuruh dengan menunjuk  Ethoca dengan dagunya.

Tanpa menjawab Magenta melangkahkan kakinya menuju Ethoca, meninggalkan pak Shaki yang mengelus dadanya sabar. Sabar, sabar, untung murid.

Magenta sampai di dekat Ethoca yang berbaring di tempat duduk penonton yang terbuat dari semen dengan tas sebegai bantalan.

Magenta memanggil dengan canggung. "Woi!" Dapat Magenta lihat perempuan itu sama sekali tidak terusik. Ini gimana? Kenapa gue gugup gini?!

"Woi!" Masih sama tidak ada tanggapan. Tidur kali ya? Magenta bertanya pada dirinya sendiri.

Dengan canggung tangan Magenta terulur memegang hidung Ethoca hendak menjepitnya seperti yang dikatakan pak Shaki. Magenta tak sadar kegiatannya tersebut sedang ditonton oleh semua murid XI IPA¹ dan XII IPS², mereka menahan tawa melihat Magenta yang terlihat gugup. Bahkan pak Shaki sekalipun ikut menahan tawa.

Shit! Lembut banget kulitnya. Magenta menggelengkan kepalanya guna menghilangkan pikiran anehnya. Jangan Salfok Gen.

Tangan Magenta mulai menjepit hidung Ethoca.

"BANGSAT—

Just an Ordinary Extra Figure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang