07. kelasku dengan osis

11.3K 1.2K 51
                                    


"Mirip suara shhh siapa yah? Oh itu mirip suara—" Ujar Dara terpotong oleh sebuah teriakan.

"WOEE!! ELANG! KATANYA KELAS LO DIBERANTAKIN SAMA ANGGOTA OSIS!!"

"WAH APAAN ANJING!" Sontak aku dan teman sekelasku langsung berlari menuju kelas mereka, dengan beberapa murid kepo lainnya yang mengikuti.

Dan yah, kelas kami sangat hancur berantakan.

"BANGSAT! MAKSUD LO APAAN HAH?!" Zaky menyengkram kerah seragam Dave yang merupakan salah satu anggota osis itu dengan kasar setelah memberikan bogeman telak di wajah Dave.

Zaky terlihat benar-benar marah sekarang, terbukti dari urat-uratnya yang menonjol. Zaky anak receh itu terlihat benar-benar menyeramkan saat marah.

Bukan rahasia lagi jika kelas kami bermusuhan dengan anggota osis, entah apa alasannya hanya kami dan osis yang tau.

"Tenang Zak." Ziedan berusaha melepaskan cengkraman Zaky pada kerah Dave.

Ada sekitar 7 anggota osis yang ikut andil saat ini, dan salah satu disitu ada... Si wakil ketua osis yang merupakan antagonis. Orang yang huhh lupakan! Kalian belum perlu tau sekarang.

"Maksud lo pada apaan?!" Sekali lagi Zaky bertanya dengan marah, Zaky memang bertemperamen buruk.

"Kami hanya menjalankan tugas kami." Salah satu anggota osis lainnya yang bernama Gio bersuara dengan santainya.

"TUGAS NGACAK-ACAK KELAS ORANG?! DIH TAI BANGET LO PADA!!" Hanggi mulai tersulut emosi mendengar jawaban mereka yang santai itu.

"Tugas apa?" Kesi bertanya dengan sabar, meski begitu aku dapat melihat jelas kepalan tangannya yang mengeras.

"Pemeriksaan setiap kelas dadakan."

"Gaada tuh gue liat kelas lain lo pada berantakin kaya gini, kenapa cuman kelas kita?" Aku ngga tau kenapa Kenzo orang yang gapernah peduli sekitar selalu paling sensi dengan anggota osis.

"Apa seperti ini cara kinerja osis?" Aku bertanya dengan suara biasa, tapi entah perasaanku saja atau bagaimana mereka terlihat tersentak.

"Kenapa emang?!" Balas salah satu dari mereka.

"Pake nanya lagi anjing satu ini!" Reza hendak meninju wajah mereka jika saja tidak kutahan.

"Mengobrak-abrik kelas orang, menghancurkan properti kelas orang, membuat keributan, dan mengganggu ketenangan murid yang lainnya. Apa itu tugas seorang osis? Jika iya maka itu tidak salah." Mereka terdiam dengan air muka geram. Ingin mencari masalah dengan ku heh?

"Ngomong doang anggota osis, cuih! Sifat kek dajjal, bacrit!" Elang teman sekelasku mulai mencibir.

"Lain kali otak dipake, jangan jadiin pelengkap doang. Gue tau bego gratis tapi jangan diborong semua." Setelah aku mengucapkan itu wajah mereka bertambah geram terlebih waketos itu.

"Lo—"

Perkataan mereka terpotong oleh kedatangan pak Dilan wali kelas XII IPS⁴ "Ada apa ini Reza?"

Oh, apa aku sudah mengatakan bahwa Reza merupakan ketua kelasku? Dan Ziedan adalah wakilnya.

"Mereka ngacauin kelas kita pak."

"Hufhh." Kudengar pak Dilan menghela napas lelah.

Author POV

"Sekarang kalian semua bubar!" Setelah mengatakan itu pak Dilan mengalihkan pandangannya ke murid kelasnya. "Masuk dulu ayok, mejanya singkirin kita duduk lesehan dulu."

"Kenapa bisa gini?" Pak Dilan bertanya pada anak kelasnya.

"Reza." Nihil Reza memilih diam.

"Zid?" Sama Ziedan masih diam dengan rahang yang mengeras.

"Ar—"

"Pak! Saya aja." Kessi angkat bicara.

"Kami lagi istirahat dikantin tadi, tiba-tiba ada yang bilang anak osis obrak-abrik kelas kita. Kami lari kekelas terus sampe sini kelas kita udah gini. Kami tanya kenapa mereka bilang tugas osis pemeriksaan setiap kelas, tapi kenapa cuman kelas kita yang diobrak-abrik, yah kita gaterima dong. Terus jadi kayak tadi sampe akhirnya bapak datang."

"Bapak gabisa nyalahin kalian, karena kalian gasalah. Tapi bapak mohon sama kalian, kalo mereka cari masalah sama kalian lagi diem—" Belum selesai pak Dilan bicara murid dikelasnya lebih dulu memotong, termasuk tokoh utama kita yang mengumpat.

"Ya gabisa gitu dong pak! Mereka kalo di diemin jadi makin semena-mena!"

"Mereka aja kalo kami diamin makin cari gara-gara!"

"Harusnya mereka yang disalahin bukan kami! Mereka yang cari masalah duluan sama kami, cuih! Osis paan kayak gitu! Anjinglah."

"Najis!"

"Udah-udah! Bapak ngerti perasaan kalian—"

Lagi ucapan pak Dilan disela, kali ini oleh Juki yang sedari tadi diam menonton. "Kalo gitu gimana bisa bapak nyuruh kami diam? Bapak ngerti perasaan kami gimana, tapi bapak dengan santainya nyuruh diamin semua perlakuan mereka."

"Iya bapak tau, jangan potong omongan bapak dulu."

"Bapak ngerti perasaan kalian, tapi kalo kalian ngelawan itu nambah rusakin nama kalian. Jujur bapak juga tau tentang julukannya kelas kalian yang dikasih sama murid lain sebagai kelas pembuangan tempatnya biang kerok, dan kalo kalian tetep keras kepala ngeladenin mereka bukan mereka yang dihukum tapi kalian. Osis reputasinya bagus, berbeda dengan kalian yang sejak awal di dicap biang kerok. Bayangin osis dengan reputasi baiknya versus kelas kita dengan reputasi buruknya? Siapa yang akan disalahkan? Itu hanya akan memperburuk nama kalian. Itu saran dari bapak, tapi keputusan ada ditangan kalian, bapak gaberhak memaksa. Kalian ngerti? " Lanjut pak Dilan menjelaskan maksudnya dengan suara tenang dan lembut, ia tau anak muridnya tak dapat dikeraskan.

"Ngerti pak."

Pak Dilan menanggapi mereka dengan senyum kecil. "Sekarang bereskan kelas terus berhubung ini jam bapak sampai kalian istirahat, kalian bapak berikan freeclass setelah membersihkan kelas sampai istirahat."

"Kan ada cs pak."

"Emang kalian mau diomelin sama cs karena kelas kalian berantakan banget?"

"Bilang aja ulah osis."

"Mereka bakal percaya?"

Just an Ordinary Extra Figure Where stories live. Discover now