05. teman sekelasku

13.3K 1.2K 29
                                    

Selesai pertandingan mereka yang bermain mulai berpencar, ada yang memilih tiduran ataupun selonjoran di lapangan, ada juga yang langsung pergi kekursi tempat duduk penonton, Ethoca salah satunya. Sampai suara pak Shaki memberi perintah.

"MURID XI IPA¹ DAN IPS XII IPS² BAPAK HARAP BARIS DI LAPANGAN DENGAN BENAR." Murid yang merasa berbaris di lapangan tanpa protes.

"OKE ANAK-ANAK KALIAN BOLEH BERISTIRAHAT, TERIMAKASIH SUDAH MENGIKUTI PEMBELAJARAN BAPAK DENGAN BAIK, SEKARANG KALIAN BOLEH BUBAR."

"SELAMAT ISTIRAHAT NAK MURID." Setelah pak Shaki memberi izin untuk bubar siswa berbaju olahraga itu mulai bubar, begitu juga murid-murid yang menonton dipinggir lapangan.

"Thankyou Tos." Pak Shaki berjalan dan duduk disamping Ethoca.

Author POV end

Jujur saja, sebenarnya aku malas untuk ikut olahraga bersama pak Shaki dan lainnya. Tapi pak Shaki merupakan guru yang kuhormati, dia... Ummm dapat kukatakan guru yang tak pernah menghakimiku jika aku dikatakan berbuat ulah.

Iya, dimata orang aku hanya troublemaker, mereka kira aku beruntung karena kepintaranku aku ga dikeluarin dari sekolah. Yah gapeduli sih aku sebenernya sama kata orang, bodoamat! Lo ngga ngebiayai kehidupan gue juga.

Gue jahat? Suka-suka gue.

Gue gapunya hati? Pikir tolol! Kalo gue gapunya hati gue udah meninggal! Dasar tong kosong nyaring bunyinya!!

Gue semena-mena karena gue kaya? Suka guelah anjing! Iri lo babu? Gue yang kaya kok situ yang repot! Makanya jangan miskin!

Padahal nyatanya aku gapernah berlaku semena-mena sama orang lain. Aku hanya menghancurkan orang yang mengusik ku, sebut saja aku memperlakukan orang sebagaimana orang itu memperlakukan aku.

Huhh sudahlah balik lagi kemasa sekarang.

Selesai olahraga aku duduk selojoran di kursi penonton, tak lama teman-teman sekelasku datang menghampiriku. By the way aku punya temen but hanya teman sekelas.

"Anjay makin keren aja pemain basket putri kelas kita." Ini Zaky salah satu teman sekelasku, dia anaknya receh, asik orang nya.

"Iya dong Etos my pren gitu loh!" Kata Hanggi sambil merangkulku. Nah kalo yang ini namanya Hanggi anaknya friendly banget.

Oh ya! Aku belum cerita yah? Aku dari kelas XII IPS⁴ banyak yang bilang sih kita kelas pembuangan. Karena nyatanya murid dikelasku ga sampai 20 orang, 18 murid dengan 12 laki-laki dan 6 perempuan, kebetulan banget genap semua hahaha. Selain itu juga kelas kami berisi murid-murid yang sering keluar masuk ruangan bk, kelas kami ga pinter akademik tapi kami jago di non-akademik.

"Singkirin gih tangan lo sebelum gue patahin." Hanggi yang merasa langsung melepaskan rangkulannya. "Galak banget ih lo Tos! Ga lagi deh lo gue kasi contekan!"

"Sorry, ga kebalik?" Balasku yang semakin membuat Hanggi mengerucutkan bibirnya.

"Hahaha mampus lo!"

"Jiji Nggi jiji."

"Anjing Etos kalo ngomong suka bener."

"Thankyou Tos." Tiba-tiba pak Shaki datang dan duduk disamping ku atau lebih tepatnya belakangku karena posisiku yang selonjoran, ku benarkan posisi dudukku. "Yah, ditunggu bayarannya pak." Sautku disoraki teman sekelasku.

"IH BAYARAN APAAN NIH?!" Mereka berteriak bersama, jujur aku kaget.

"Eh buset, berisik banget kalian! Bapak gorok mau?!"

"Ih bapak psikopet, ngeri banget. Kok bisa guru kayak bapak diterima disini?" Jaki teman sekelasku menyahut yang diangguki teman sekelasku, termasuk aku.

"Bapak juga heran, kok bisa sekolah kita nerima satwa lepas kandang kayak kamu?" Pak Shaki membalas dengan nada bercanda.

"HAHAHAHA MAMPUS LO JAK, MENTAL AMAN?" Juki teman sekelasku juga yang merupakan kembaran Jaki paling semangat dalam meledek Juki.

"Kok ketawa kamu? Kamukan kembaran si Jaki, berarti kamu juga satwa lepas kandang dong. Kalian kan kembar." Lagi-lagi perkataan pak Shaki ngebuat kita ketawa.

"Makanya jangan keseringan main sama monyet, jadi mirip monyet kan!" Ucapku dengan ketus, tapi mereka tau aku hanya bercanda.

"HAHAHA MONKEY JAKI AND JUKI. Cocok lah buat jadi judul acara tv." Eja atau Reza menyeletuk.

"Anjir kok bisa gitu cocok? Jangan-jangan?" Vilma teman sekelasku ikut menistakan si kembar J.

"Udah-udah kalian ini sekali nistain temen semangat banget. Bapak duluan yah kawan, ada yang perlu diurus. Selamat pagi menjelang siang!"

"Pagi menjelang siang juga pak!" Setelahnya pak Shaki berlalu.

"Ngantin ga Tos?" Ajak Caeesy yang kubalas anggukan. Kalo ini Caeesy biasa dipanggil Kesi, menurut aku dia anaknya galak kayak mak-mak pokoknya sikapnya keibuan banget. Ibunya XII IPS⁴ kalo kata aku.

"Eh ada yang bawa baju cadangan ga? Basah keringetan nih. Kaki gue juga pegel ngebasket pake sepatu boots." Aku bertanya pada mereka, sontak mereka mengalihkan pandangan kebawah. Benar Ethoca masih menggunakan heels.

"Eh anjir, bisa-bisanya main basket pake boots, mana ada heelsnya lagi." Dara memandang horor kearah sepatu bootsku.

"Gue punya Tos. Yok kalian kekantin aja duluan, gue temenin Etos ganti baju dulu. Gue pesenin kayak biasa oke bosque?" Annetha perempuan terakhir dikelasku menyeletuk.

"Ikut!" Ujar Hanggi yang diangguki Anneth.

"Yaudah kita duluan, lo pada langsung kantin ya habis tu. Lo Nggi, Tos? Pesen apa?" Aron atau yang biasa dipanggil koko bertanya. Dipanggil Koko karena keturunan Tionghoa, juga karena dia yang paling tua diantara yang lain.

"Samain aja biar ga ribet." Ujarku diangguki mereka. Lalu aku, Anneth, dan Hanggi berlalu menuju kelas kami.

Sekarang aku disalah satu bilik ruang ganti, pastinya untuk ganti baju. Hanggi dan Anneth sudah kuminta untuk pergi kekantin duluan, bukan bagaimana hanya saja aku tidak enak membuat mereka menunggu.

Sepi, itu yang mendeskripsikan suasana ruang ganti. Sampai—

Just an Ordinary Extra Figure Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt