08. lelaki tengah jalan

10.9K 993 11
                                    

"Pokoknya gue gamau tau! Lo harus buat keluarga mereka jatuh!" Suara disebrang sana terdengar memekakkan telinga.

"Tidak bisa."

"POKOKNYA GUE TEKANIN! GUE. MAU. KELUARGA. DIA. HANCUR!! NGERTI?!"

Tut... Tut—

Hutfhhh tenang, tenang, jangan emosi, atau rencana keluarga kalian akan gagal.

"Papa? Bagaimana?"

"Turuti saja dulu."

"Papa~" Gadis itu merengek dengan frustasi.

"Mama~ ini bagaimana?" Mengabaikan papa yang membuatnya kesal ia beralih pada sang mama.

"Turuti saja."

"Ma! Pa!" Gadis itu berseru dengan frustasi.

"Perusahaan itu berinvestasi dibeberapa proyek ku, bagaimana mungkin aku menghancurkan perusahaan investor yang berinvestasi pada proyekku?" Sambung gadis itu dengan gemas.

"Sudahlah dik, lakukan saja dahulu. Kau mau rencana kita gagal? Lagipula tanpa investasi mereka juga proyek mu tetap bisa berjalan lancar, perushaan kakak kedua akan dengan senang hati menjadi investor diproyekmu."

"Kakak~"

"Meski begitu, dia itu orangnya pintar masa iya aku harus menbuang salah satu pionku yang pintar?" Sambung gadis itu mulai mencak-mencak tak jelas.

"Yah terserahmu saja, tapi jika rencana kita gagal itu salahmu."

"He? Kenapa jadi aku?!"

"Karena kau tak mau merelakan salah satu pionmu."

"Bagaimana mungkin aku tega melakukannya? Dia sangat tampan, mana tega aku membiarkan pion tampanku kesusahan? Wajahnya sangat sayang jika tidak terawat."

****

Ethoca POV

Entah perasaan ku saja atau bagaimana, jalanan terasa sangat lenggang malam ini.

Emmm bukan! Bukan! Jalanan memang sepi berhubung sekarang sudah pukul setengah tiga dini hari, tapi ini lebih sepi dibanding biasanya. Apa hanya perasaan ku saja?

Sekarang aku dalam perjalanan pulang menuju apartemen, aku punya rumah tapi huhh sudahlah! Membahas mereka hanya membuatku ingin membunuh mereka!

Cittt!

Aku mengerem depan mendadak motorku.

Anjing ngagetin aja! Didepan sana tergeletak seorang yang kutebak adalah lelaki dengan kondisi mengenaskan. Bantuin jangan?

Dengan setengah ikhlas aku mulai men standarkan motorku, melangkah mendekatinya, dan berjongkok didekatnya. Oh! Dia masih sadar ternyata. "Butuh bantuan?" Tanya ku sekedar basa-basi.

Dia hanya diam dengan terus memandangku. Kulihat sekeliling, oh jangan-jangan dia prampok? Seperti yang di tv-tv.

"Jika tidak yasudah." Aku bergerak akan meninggalkannya, belum ada selangkah aku berjalan, dia menggenggam salah satu kakiku.

"T-tolong." Dia berucap dengan sangat pelan, untung aku tidak budeg.

"Maaf, lo bilang apa?" Ujarku pura-pura tidak dengar. "T-tolong!" Ujarnya tertahan.

"Oke!" Aku mulai jongkok, membawa lengannya merangkul bahuku. Ganteng juga diliat-liat.

Mulai memapahnya kearah motorku, "Bisa naik?" Aku bertanya dengan perhatiannya. "Hmm." Anjing! Gue nanya baik-baik juga! Untung ganteng.

Aku mulai naik ke motorku, seolah mengerti dia ikut naik di jok belakang. Agak aneh sebenarnya, dia yang laki-laki berbadan lebih besar dariku kubonceng dengan motor sport ku.

Grep!

Eh? Anjir ni cowo nyari kesempatan dalam kesempitan.

Tiba-tiba tanpa kusuruh dia memeluk perutku dari belakang, seolah mengerti keterdiamanku, "Biar ga jatuh." dia berbicara dengan berbisik ditelingaku, meninggalkan sensi geli.

Tanpa babibu aku melajukan motorku, tujuanku hanya satu. Rumah sakit. Aku ngga sebaik itu mau mengobatinya, terlalu merepotkan.

"Apa perlu ku telpon seseorang? Atau ingin meminjam ponselku?"

Dia menggangguk, dan aku memberikan ponselku, eh ralat meminjamkan. Oh ya, by the way aku sudah diruang rawat.

"Sudah?" Tanyaku sembari mengambil kembali ponselku, lagi-lagi dia hanya menganggukkan kepalanya. Bangsat!

"Kalo gitu gue pergi, bayy!" Aku bergerak berdiri. "Siapa?" Belum sempat aku keluar dia mengeluarkan suara, diam-dian aku tersenyum miring.

"Navily." Setelahnya aku benar-benar keluar dari ruangan itu.

POV end

****

Kelasnya sangat sepi, benar-benar sepi.

Gadis itu tidak memiliki teman satupun, sebut saja dia ansosantisosial. Bukan tak ingin berteman atau bagaimana, tapi tidak ada yang ingin berteman dengannya karena sejak kecil dianggap freak.

Merasa bosan, kakinya dilangkahkan keluar dari kelas.

Perpustakaan, yap! Dia masuk kedalam perpustakaan sekolahnya, mencari-cari buku yang sekiranya menarik.

'Crazy Love and Obsession'

Dia menemukan novel itu diantara buku-buku.

"Novel dark romance yah? Tidak buruk untuk dicoba." Katanya berujar pada diri sendiri.

Baru saja hendak membuka buku suara bel nyaring memasuki pendengaran.

"Pinjam bawa pulang aja kali ya?" Dia melangkahkan kakinya menuju tempat penjaga perpustakaan.

Just an Ordinary Extra Figure Where stories live. Discover now