Jeda'4🌵

1K 198 23
                                    

Hy, jangan lupa tinggalkan jejak❤

Oke, sebelum mulai baca, calm down dlu ya.

Oke relax.

Happy Reading🌵


Gadis berbulu mata lentik itu baru saja selesai murojaah di hadapan ummahnya menggunakan video call. Setiap ba'da subuh, sang ummah memang rutin menghubunginya untuk terus memantau hafalan alquran putri bungsunya. Setelah itu biasanya anak dan ibu itu akan menyempatkan mengobrol tentang banyak hal. Termasuk tentang kegiatan gadis itu di kampus.

"Ummah, Nana boleh tanya?"

"Boleh, Sayang. Gimana?"

"Tapi ini bukan tentang Nana."

"Terus?"

"Temen Nana."

"Ikhwan?"

"Bukanlah, akhwat."

"Oh, kenapa?"

"Temen Nana ini sangat menyukai seorang ikhwan. Aktifis kampus yang katanya juga hafidz."

"Masyaallah, bagus dong."

"Tapi, Ummah. Si ikhwan ini kata Nana terlalu sombong."

"Kenapa?"

"Dia bilang kalau kriteria istri dia haruslah yang hafidzah, sementara temen Nana bukan hafidzah."

"Sombong dari mana? Kan wajar kalau hafidz ingin memunyai istri yang hafidzah juga?"

"Iya, wajar. Asal dia tidak memberi harapan sama temen Nana."

"Memberi harapan?"

"Mmh, susah Nana jelasinnya. Intinya, Nana kasihan sama temen Nana itu."

"Emh, kalau begitu didoakan. Disupport juga, siapa tahu dari situ ada keinginan dari temen Nana untuk ikut menghafal Alquran."

"Siap."

"Yang penting Nana harus ingat pesan babah, bahwa yang menggerakkan hati manusia itu, Allah. Tugas kita hanya mengingatkan dan mendampingi. Nana jaga diri baik-baik, ya, Sayang!"

"Siap, Ummah. Always remember. Nana mau lanjut belajar dulu, ya, Ummah. Salam buat babah. Assalamu'alaikum!"

"Wa'laikumsalam warohmah."

Wanita berusia empat puluhan itu menghela nafas setelah mematikan layar ponselnya. Dia membalik badan saat terdengar pintu kamar dibuka. Seorang laki-laki berusia tiga tahun di atasnya masuk dengan bibir tersenyum.

Laki-laki itu mendekat dan langsung mencium kening wanitanya lembut. Setelah melepas surban di pundaknya, laki-laki itu pun ikut duduk di sisi dipan. Membersamai wanita yang terlihat sedikit khawatir.

"Kenapa?" tanya lelaki itu lembut.

"Ummah sedikit khawatir sama Najma, Bah."

"Kenapa dengan Nana?" Lelaki yang dipanggil Babah itu membelai lembut kepala istrinya.

"Dia barusan bercerita tentang temannya yang tengah menyukai seorang pria."

"Lalu?"

"Ummah khawatir, itu bukan cerita tentang temannya. Tapi tentang dia sendiri."

"Eh, nggak boleh suudzon sama anak sendiri! Ummah sudah tahu 'kan, bagaimana kejujuran anak-anak kita. Insyaallah, mereka bisa dipercaya."

Wanita di sampingnya menghela nafas.

"Memberi kepercayaan pada anak-anak itu juga bagus untuk pemikiran mereka. Tugas kita menjaga titipan Allah dengan memberikannya pendidikan terbaik. Baik dalam hal agama, ataupun lainnya. Tirakat Ummah sebagai seorang ibu sudah lebih dari cukup menurut Babah. Insyaallah, anak-anak kita akan selalu dijaga oleh Allah."

Jeda༊*·˚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang