Jeda'32🌵

367 76 31
                                    

Pada nungguin yak?

Happy Reading 🌱

Ning Najma menunggu Ummahnya yang tengah berada di tengah-tengah musholla putri. Sang Ummah tengah menyimak para pengurus yang menyetor hafalan Alquran. Bu Nyai Ana yang tadi sekilas sudah melihat kedatangan putrinya hanya memberi kode agar Ning Najma menunggunya sebentar lagi. Ia sendiri memilih duduk di sisi musholla yang berada dekat dengan dhalem.

Sambil menunggu Ummahnya selesai, Ning Najma iseng menscroll layar pintarnya. Masuk ke dalam aplikasi chat berwarna hijau, lalu memilih salah satu foto yang tadi sempat ia ambil ketika di pantai. Pilihannya kali ini jatuh pada gradasi warna yang dimiliki oleh bibir pantai, laut, serta langit yang kelabu. Tiga warna yang berbeda, namun tetap serasi satu sama lain, captionnya.

"Tumben sekarang pulang terus?" pertanyaan Bu Nyai Ana sedikit mengagetkannya.

"Sama Kak Arul."

"Oya? Di mana anak itu?"

"Lagi sama Babah."

"Besok nggak ada jam kuliah?"

"Nggak ada Ummah, cuma lagi ada tugas aja."

"Terus?"

"Nanti tugasnya dikerjain pas Nana udah balik."

"Kapan rencana balik?"

"Insyaallah, besok."

"Sama Kak Arul lagi?"

"Emh, belum tahu deh. Nana habis dari rumah Eyang, lanjut ke rumah Pakde Azmi, terus ke sini deh."

"Pakde Azmi?" Nyai Ana menautkan alis.

Ning Najma mengangguk.

"Ngapain ke sana?"

"Eyang yang nyuruh. Katanya karena kemarin Nana belum sempet ke sana pas putranya datang."

Bu Nyai Ana tersenyum. "Putranya itu punya nama loh, Adnan. Kak Adnan."

"Iya, udah tahu." Ning Najma menjawab tak bersemangat.

"Kenapa kok kayak lemes gitu?"

Ning Najma tampak ragu untuk bercerita. Tapi kalau dia tidak cerita, bisa jadi nanti Ummahnya malah tahu dari Kak Arulnya.

"Nana mau cerita, tapi ...."

"Tapi kenapa?"

"Emh ...."

"Masalah ikhwan?" Tebak sang Ummah.

"Iya, tapi ...."

"Hmm?" Bu Nyai Ana menyilangkan lengan di depan dadanya.

Ning Najma menghela nafas melihat respon Ummahnya.

Jeda༊*·˚

Kyai Fahmi berterima kasih pada salah satu khadim yang membawakan beberapa kitab dari ruang bacanya. Ia lantas meletakkan kitab-kitab itu di atas meja. Tiga pemuda di depannya ikut memperhatikan tumpukan kitab-kitab itu.

"Ada yang sudah hatam kitab-kitab ini?" tanyanya.

Kompak tiga pemuda tersebut meraih satu persatu kitab di atas meja. Mereka menggeleng bersamaan.

"Ambil yang kalian perlukan lalu pelajari! Nanti bisa gantian kalau sudah selesai. Pembahasannya di dalam bagus, tentang kaidah fiqh sehari-hari yang terjadi di masyarakat. Jadi nanti jika kalian sudah terjun ke masyarakat, kalian tidak kagok lagi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mereka."

"Biasanya masalah apa saja yang terjadi di masyarakat, Bah?" tanya Gus Fahrul.

"Banyak."

"Yang paling banyak ditanyakan, Paman?" tanya Gus Adnan.

Jeda༊*·˚Where stories live. Discover now