Jeda'12🌵

719 166 37
                                    


Happy Reading 🌵

Fahrul tersenyum melihat wanita di depannya malah menangis ketika mendapati dirinya turun dari mobil sang eyang. Sementara pria di sampingnya sudah lebih dulu bangkit dari duduknya. Seolah menyambut dan mengucapkan selamat datang pada putra sulungnya itu.

Laki-laki itu pun melangkah turun dari teras dhalem saat melihat mertuanya ikut turun dari mobil grand livina berwarna silver yang terparkir langsung di depan dhalem. Seperti biasa dia pasti akan cepat menghampiri dan mencium tangan orang tua dari istrinya itu dengan takdim. Meski mertuanya malah lebih sering menolak karena merasa tidak pantas diperlakukan seperti itu oleh putra dari guru putrinya. Adegan rebutan saling mencium tangan pun terjadi.

"Ummah ...!" Fahrul mendekat pada wanita yang saat ini tengah menelungkupkan wajah di atas meja.

"Assalamua'alaikum, Ummah!" ucap Fahrul lagi. Kali ini tangannya menyentuh lembut punggung wanita yang telah melahirkannya itu. Wanita yang masih menyembunyikan tangis di bawah lengannya.

"Ah, anak Ummah keterlaluan," ucapnya lirih.

Ada yang menghangat di mata Fahrul saat mendengar ucapan sang ummah. Suara wanita itu sedikit bergetar, seolah menahan sebuah kekecewaan di sana.

"Afwan, Ummah. Arul hanya ingin ngasih kejutan sama Ummah. Arul nggak tahu kalau ternyata malah bikin Ummah kecewa. Arul minta maaf." Tangannya mengelus lembut tangan ummahnya. Ada rasa penyesalan yang terselip di sana.

"Ummah!" Ada suara lain yang memang tidak bisa wanita itu abaikan, yakni suaminya. Akhirnya dia menyerah dan mengangkat wajahnya yang berair. Menyentuh tangan yang saat ini masih berada di atas punggung tangan kirinya.

"Ummah, rindu, Nak!"

Fahrul tak kuasa menahan tangis. Ia pun langsung merengkuh tubuh sang ummah sambil terus mengucap maaf. Ah ..., dia memang sangat cengeng jika menyangkut wanita di depannya itu.

Betapa ia juga sangat rindu. Sudah hampir lima tahun sejak kepulangannya terakhir, ia tak bertemu dengan wanita yang sangat dicintainya ini. Wanita yang ucapannya bisa menjadi doa paling kramat untuknya. Wanita yang kekecewaannya bisa menjadi bala' untuknya. Wanita yang ridhonya teriring dengan ridho Tuhannya. Ummah Ana, begitu dia menyebutnya.

Jeda༊*·˚

Dapur dhalem Pesantren Al-Furqon mulai heboh dengan datangnya pria yang memang sudah lama mereka tunggu-tunggu kedatangannya. Pria yang sejak kecil biasa dipanggil Gus Arul itu mempunyai nama lengkap Fahrul Anamy. Lahir di Indonesia tapi lebih banyak menghabiskan masa mudanya di Luar Negeri. Setiap dua tahun sekali biasanya pulang, itu pun hanya sebatas menuntaskan rindu pada keluarganya, dan kepulangannya itu juga lebih sering di saat para santri sudah liburan.

Hanya santri sekaligus abdi dhalem saja yang mungkin tahu pada gusnya itu. Selebihnya, para santri hanya mendengar cerita dari mereka. Bahwa ada pangeran tersembunyi di luar sana yang masih bertapa untuk mempersiapkan diri menerima tahta Putra Mahkota Pesantren Al-Furqon.

Kyai sepuh, yakni Kyai Jakfar dan Nyai Sakdiyah sudah berada di Arab sejak dua bulan yang lalu. Tampuk kepemimpinan pesantren kini jatuh pada Gus Fahmi yang kini sudah akrab dengan panggilan Kyai Fahmi. Putra satu-satunya Kyai Jakfar. Qadarullah, Kyai Fahmi malah dianugerahi satu putra juga.

Gosip menyebar dengan cepat. Kabar kedatangan Gus Fahrul sudah sampai di telinga para santri putri. Terlebih santriwati yang biasa nongkrong di musholla, karena asramanya berada tepat di samping musholla, berhadapan langsung dengan ruang tamu belakang dhalem. Kebanyakan dari mereka juga memiliki teman yang ikut mengabdi di dhalem.

Jeda༊*·˚Where stories live. Discover now