Jeda'27🌵

1.3K 196 54
                                    

Jeng jeng... Karena tembus target, langsung double up

Happy Reading🍀

Najma mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kantin. Lebih tepatnya pada jejeran meja dan bangku yang disediakan oleh pengelola kantin untuk mahasiswa yang ingin menghabiskan makan di sana atau sekedar ngopi sambil menikmati wifi gratis sembari menunggu jam kuliah selanjutnya. Netranya tertumpu pada dua orang pria yang tengah duduk di sisi kiri kantin dekat dengan jendela. tempat yang juga biasanya menjadi tempat favoritnya setiap kali di sana karena bisa sekaligus menikmati pemandangan taman kampus. Tempat kedua para mahasiswa menghabiskan waktu.

"Kenapa?" tanya Mauli kepo saat melihat sahabatnya memicingkan mata sambil menoleh pada arah pandang Najma.

"Hmm ...." Najma bergumam lalu melangkah dengan cepat menuju dua pria itu.

"Na, jangan macem-macem! Ini kan tempat umum, jadi siapa saja boleh duduk di tempat duduk kamu!" cemas Mauli yang mengekor di belakang Najma. Tangannya berusaha menggapai lengan Najma untuk menahan langkahnya.

"Mauli, jangan suudzon. Ikut aja!"

Mauli merenggangkan cengkramannya. Mendengar nada bicara Najma sepertinya tidak akan terjadi hal buruk. Ia mencoba untuk mempercayai gadis itu dan kembali mengekor Najma.

"Ehem ...!" Najma langsung menyilangkan lengan di depan dada. Matanya menatap pria berkopyah putih di sisi kanannya.

"Loh, Nana?"

Dua pria di depannya terperanjat kaget saat melihat Najma sudah berdiri di belakang mereka. Sementara Mauli sedikit lega mendengar pria itu ternyata sudah mengenal Najma.

"Kenapa malah nyasar ke sini?" tanya Najma masih tak berani menatap pria yang berkopyah hitam di sisi kanannya karena malu.

Mauli menyentuh lengan Najma, "Siapa?" bisiknya lirih.

Belum sempat Najma menjawab pertanyaan Mauli, wangi parfum seorang pria yang berdiri di belakang mereka berdua langsung mengalihkan fokus. Pria berkacamata yang sudah sangat dikenal itu nampak berdiri dengan nampan berisi tiga mangkok soto lengkap dengan bahan pelengkapnya─sambal dan kerupuk. Sementara di belakangnya berdiri seorang petugas kantin membawa nampan berisi minuman.

Najma memalingkan wajah pada dua pria di depannya, tak memperdulikan pria berkacamata di belakangnya. "Oya, kenalin! Ini sahabat Nana, Mauli. Mauli, ini kakakku yang baru datang dari Turki namanya Kak Fahrul, dan ini kakak sepupuku ..., eh kakak dua pupu deng, yang juga baru datang dari luar negeri, namanya Kak Amran."

Dengan penuh percaya diri Najma memperkenalkan mereka pada Mauli, bahkan dia sengaja menekan suaranya lebih keras saat menyebut nama Amran. Berbeda dengan Gus Fahrul yang hanya melempar senyum tipis pada Mauli, Gus Adnan malah terkesan menghindari kontak mata dengan gadis berkemeja ungu itu. Sedangkan pria yang masih berdiri di belakang Najma dan Mauli malah mengangkat alis. Sedikit terkejut mendengar ucapan Najma.

Jadi Najma adalah Nana? Batinnya.

Mauli mengatupkan telapak tangan di depan dadanya sembari balas tersenyum. Nama kakak dua pupu Najma membuatnya sedikit geli. Nama yang sama dengan nama orang yang kini berdiri di belakangnya.

"Tadi belum jawab, kenapa masih di sini? Bukannya pulang? Nungguin Nana? Nana masih ada kelas, loh, habis ini," cecar Najma tanpa memperdulikan Amran yang masih menunggu dengan nampannya.

"Dih, ge-er! Kita janjian sama temen kita."

Najma menautkan alis. "Temen? Siapa?" selidiknya.

Gus Fahrul menunjuk Amran dengan dagunya. Kepala Najma berputar kembali ke arah pria yang ternyata masih mematung di tempatnya. Telunjuknya mengarah pada pria berkacamata itu.

Jeda༊*·˚Where stories live. Discover now