Habibi || 7

8.7K 851 15
                                    

• Sebelum membaca pastikan anda menekan bintang yang ada di pojok bawah sebelah kiri harap hargai karya saya.

Farhan berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya dalam keadaan kesal. Bisa-bisanya laki-laki itu mempermalukannya. Lagian, apa salahnya Farhan tersenyum tipis tadi?. Semakin hari semakin membuat Farhan naik darah saja dengan tingkahnya.

Farhan merebahkan tubuhnya di atas kasur, saat tiba di kamarnya.

"Dia nerima aku, aku ngasih mahar berapa nanti saat nikahan untuk dia?"

"Saldo ATM ku kira-kira cukup ngga ya buat acara nanti? Mana kemarin di pakai buat modal bisnis, kan? Ya paling ngga udah ilang separo."

"Permudah jalan hamba ya Allah kalau memang takdirnya menjadi milik hamba,"

Beberapa menit Farhan rebahan membuat pikirannya sekarang jadi sedikit rileks. Kini, adzan maghrib telah berkumandang nyaring menggema, membuat segera Farhan bangun dan berwudhu untuk melakukan sholat di masjid.

Sepulang nya dari masjid, Farhan kembali menggelar sajadahnya untuk melakukan sholat istikharah agar membuat hatinya semakin yakin atas keputusan nya.

Farhan membuka mushaf Al-Qur'an nya untuk segera memulai rutinitas nya diwaktu Maghrib seperti biasa, yaitu mengulang-ulang hafalan agar tetap terjaga. Hingga saat adzan isya tiba, ia menghentikan bacaannya laku melaksanakan sholat isya terlebih dahulu kemudian melanjutkan bacaan Al-Quran nya lagi hingga pukul sembilan malam.

Farhan mengganti baju koko nya dengan baju kaos lengan pendek berwarna hitam polos, tak lupa setelahnya untuk mengganti sarungnya dengan sarung yang lain untuk di bawa tidur.

Ngga usah senyum-senyum bayangin nya, ya.

Farhan merebahkan dirinya di kasur sambil mengutak-atik handphone nya. Ia membuka aplikasi WhatsApp yang sejak tadi terus saja berbunyi notifikasi chat dari sana. Padahal masih hari sudah Maghrib, bisa-bisanya malah main handphone, pikir Farhan.

Farhan membuka chat dari salah satu grup yang isinya adalah ia dan teman-temannya semasa putih biru. Farhan tersenyum, "teman nakal saya di waktu dulu," gumam Farhan. Jika di ingat-ingat, ternyata dulu Farhan benar-benar se-bandel itu dengan mereka.

HABIBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang