Habibi || 49

2.4K 198 13
                                    

• Sebelum membaca pastikan anda menekan bintang yang ada di pojok bawah seblah kiri harap hargai karya saya.

Follow Instagram

@catatan.queens
@farhnzhd
@hmyrasyf

•••

Follow TikTok

@catatan.queens

Thank you yang udah follow🥰

°°°

Happy reading😠💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading😠💗




•••

Sesayang dan secinta apapun kamu terhadap seseorang, dia akan pergi meninggalkan mu di suatu hari nanti. Jika bukan dia, mungkin kamu yang akan meninggalkan nya. Karena semua orang pasti akan pergi menuju sang pencipta sesuai takdir yang telah di tentukan. Kapanpun itu.

~ catatan.queens ~

•••


Lima Hari telah berlalu, namun Farhan  masih belum ada tanda-tanda akan sadar dari koma nya. Selama lima hari itu juga Maira tinggal dirumah kedua orang tua Farhan. Bisa di bayangkan, betapa rindunya Maira terhadap laki-laki itu.

Hari ini seperti hari sebelum nya, Maira datang kerumah sakit untuk menemani Farhan. Ia akan terus kesini walau Farhan tak kian membuka mata untuk nya. Ia  duduk di kursi samping brangkar Farhan, lalu tersenyum menatap laki-laki itu.

Hening.

Itulah yang dirasakan oleh Maira saati ini, hanya ada suara ventilator yang terdengar memenuhi ruangan.

"Ya Habibi.. Kamu mimpi apa disana? Betah banget ya? Kangen aku sama suara kamu," ungkap  Maira sambil memegang tangan Farhan dan mencium nya lembut.

"Kamu gamau usilin aku lagi hm? Kamu gamau ajak aku jajan lagi? Kamu gamau liat aku lagi?" tanya Maira lembut seolah didengar oleh Farhan. Hampir setiap hari ia mengajak Farhan bicara walau tak ada respon yang ia dapat.

"Sayang.. Baby nya kangen tau sama Ayah  nya," lirih Maira. "Kangen diajak bicara katanya."

Maira memegangi tangan Farhan lembut. Ada banyak sekali harapan di hatinya bahwa Farhan akan bangun dan membalas genggaman nya serta senyuman yang ia berikan. Seperti hari biasanya sebelum kejadian itu terjadi.

Maira merindukan Farhan dan semua tentang laki-laki itu.

"Wake up.. I'm waiting for you," lirih Maira. Kini pandangannya tertuju pada layar ventilator di sampingnya. Keningnya berkerut ketika melihat sesekali garis di layar itu menurun, hampir saja datar.

HABIBITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang