2. Serunna: Pindahan

21.9K 1.6K 29
                                    


ENJOY!


******

Setelah lulus SMA aku tidak kuliah karna ya di kampungku dulu jarang yang kuliah, setelah lulus aku kerja di toko sembako punya Pak RT selama dua tahun lalu setelahnya aku merantau ke kota diajak teman, Intan namanya sahabat dekatku dari SD aku numpang di kosan dia setelah minggat dari apartemennya Ziadne.

Awal mula ketemu Ziadne itu, waktu aku kerja di rumah makan padang yang ada di sini, mungkin karna kasian Ziadne yang memang anak orang kaya tajir melintir menawarkan tempat tinggal di apartemen.

Siapa nggak senang dapat tawaran tinggal di apartemen, gratis dan makan ditanggung jadi aku tinggal pikirin ongkos dan sisanya bisa dikirim ke kampung buat bapak, ibu dan dua orang adikku.

Tapi setelah tinggal di sana aku terkejut buka main, Ziadne punya pacar tapi cowok. Kaget? Banget! Soalnya Ziadne orang yang aku suka dari jaman SMP. Tapi yaudah lah, walau mulut gatel mau komen tapi aku udah dikasih tumpangan jadi diam aja.

Sampai akhirnya kejadian —entah harus aku sebut ini keberuntungan atau kesialan — aku mengandung anak ini, anak dari Deskara Abighail.

Saat mengetahui aku mengandung, yang aku pikirkan bukan omongan orang tuaku di kampung, melainkan ayah dari bayi ini. Aku menggelengkan kepala, masa depan nggak perlu dipikirin sekarang. Yang penting hari ini selesai dulu.

Aku telah selesai merapikan semua baju-baju yang akan aku bawa ke kontrakan baru, jaraknya cukup jauh sekitar dua jam dari sini, dan sekarang aku sedang menunggu Deskara menjemput. Awalnya aku mau berangkat sendiri, tapi memang laki-laki itu berhati lembut dia mau menjemput.

Dia bilang, kasian bayinya kepanasan. Kenapa dia terlihat sangat excited dengan kehadiran bayi ini? Bukankah dia harusnya sedih? Bayi ini bisa jadi butu besar untuk hubungan dia dengan Ziadne. Apa dia berpikir anak ini bisa jadi anak mereka berdua? Tidak! Nggak akan aku izinin seujung kuku pun. Lebih baik tidak ada ayahnya dibanding punya dua ayah.

Deskara datang, tapi bukan dengan mobilnya melainkan motor matic berwarna hitam miliknya, yang sepertinya jarang dia pakai.

Aku menatap koper dan juga dua tas ranselku. Emang muat kalo pake motor? Dua jam pula.

"Mobil kamu mana?"

Deskara terdiam, dia terlihat agak ragu.

"Hm, maaf ya. Aku cerita nanti boleh?" Jawab Deskara dengan wajah terlihat sangat bersalah.

"Ya aku gapapa sih naik motor. Masalahnya barang-barangku."

"Aku sewa mobil lombok buat angkut barang-barang ke kontrakan, nanti tas kamu kasih ke mobil aja ya?"

Aku termenung, angkut barang-barang? Tapi barang-barang siapa??

****

Sekarang aku sedang duduk merapikan baju-bajuku  ke dalam lemari dengan pikiran yang kusut, karna ternyata aku gak cuma tinggal sendiri di sini.

DESKARA JUGA TINGGAL DI SINI.

Dan yang lebih parah, DIA MAU NIKAHIN AKU.

PLIS! DIA GA SUKA CEWEK!

"Unna," panggil Deskara dari pintu kamar yang terbuka. Saat Deskara menyampaikan ide gila itu, aku lagsung pamit ke kamar dengan alasan ingin merapikan pakaian.

saat aku menegok dia berujar kembali, "Bisa bicara sebentar?"

okey, Serunna kamu bentar lagi jadi Ibu jadi nggak boleh kabur dari masalah apapun itu.

aku pun bangkit dan mengikuti posisi Deskara yang duduk lesehan yang kali ini diberi alas karpet yang baru banget dia beli di pasar.

"Aku mau bicara serius tentang hal tadi, aku serius dan nggak main-main kali ini."

baru juga duduk, topik pembicaraan yang dia bawa sudah seberat dosa.

"Aku serius waktu aku bilang mau menikah sama kamu, dan bawa kamu ke Ibuku akhir pekan ini," terdengar helaan napas berat  dari suaranya, aku tau ini nggak mudah untuknya, membuat keputusan seperti ini pasti nggak ada di masa depannya. Tapi, siapa juga yang minta dinikahi? aku nggak minta loh ya, aku cuma minta tanggung jawab berupa materi sampai aku mampu hasilin uang sendiri aja kok.

"Untuk mobil, itu bukan punyaku. itu dibeliin Ziadne, jadi aku ngga bisa bawa," lanjut Deskara, tapi sebelum dia melanjutkan ucapannya aku lebih dulu memotong.

"Tunggu, kenapa ngga bisa bawa, mau itu dibeliin sama bencong lampu merah pun itu tetep punya kamu."

Deskara menggeleng, "Aku mau biayai anakku dengan uang halal, kamu udah tau kerjaan sampingan aku apa bukan? dan aku udah ajuin pengunduran diri ke kantor Ziande."

Mulutku menganga cukup lama. TERUS DIA MAU KASIH AKU MAKAN APA?

*****

Terimakasih sudah membaca!

Tenggelam Dalam Dasar [END]Where stories live. Discover now