25. Serunna: [End]

31.7K 1.7K 267
                                    

Enjoy!

*******

"Apa itu, Bu?"

"Ini ada buah-buahan, sama camilan juga tadi di depan pintu rumah. Kayanya dari Deskara, kamu nggak ketemu dia emang?"

Aku yang masih berbaring di kamar karena tertidur setelah menyusui bayi-bayiku langsung terkejut saat mendapatkan kiriman dari Deskara lagi, tanpa bertemu dengan pemiliknya.

"Kayanya memang Deskara nggak mau temuin aku, mungkin dia bakal temuin aku waktu ngasih surat cerai."

Aku tersenyum masam, agak kesal sebenarnya kenapa dia tak mau bertemu denganku, apa laki-laki itu tidak mau bertemu dengan anak-anaknya?

"Eh ada kartu ATM-nya juga, Mbak."

Aku menatap Ibu yang sibuk mengeluarkan semua isi di dalam kantong plastik itu, isinya berbagai macam buah serta camilan. Deskara memberiku ini, bagaimana dengan dirinya apa laki-laki itu makan dengan baik?

"Eh ada pinnya ini, Mbak, di kertas."

Ibu menyodorkan sebuah kertas kuning yang hanya berisi dereta angka tanpa kata-kata.

"Kenapa Deskara nggak mau ketemu aku?"

Sudah satu minggu sejak aku pulang dari rumah sakit dan kembali ke kontrakan yang sudah dalam keadaan baru pasca kebakaran itu. Barang-barang perabotan serba baru, bahkan sudah terdapat keranjang tempat tidur bayi yang telah terukir sebuah nama.

Dasa putra Abhigail & Dysa putri Abhigail

Dua nama itu terukir di salah satu sisi ranjang dan sisi satunya bertuliskan.

Ayah Deskara & Ibu Serunna

"Dia bilang katanya akan antar kamu pulang ke kampung, 'kan?"

Aku ingat ucapan itu, tapi aku tidak yakin.

"Iya, tapi aku nggak percaya, Bu, sekarang aja dia nggak pernah nongol. Oke kita memang pisah tapi anak-anaknya kan tetap butuh Ayahnya, masih satu daerah aja sudah malas bertemu gimana nanti kalau sudah jauh?"

Ibu menarik napasnya, "Ya, percaya saja kalau gitu. Mungkin banyak yang dikerjakan Deskara."

"Terus sekarang Deskara ke mana, Bu?"

Ibu meremas pundakku halus, "Sabar ya Mbak, fokus sama anak-anak aja dulu, biar kita bisa cepat pulang ke kampung."

Aku terdiam, kata pulang sekarang terdengar mengerikan di telingaku. Karena dikepulangan itu tidak ada Deskara di sana.

*****

Kamu ke mana?

Jawab, atau aku nggak akan terima semua pemberian kamu.

Aku meletakkan tulisan itu di depan pintu rumah, berharap Deskara membalasnya karena sudah dua minggu laki-laki itu tidak muncul di hadapanku, hanya makanan ataupun barang-barang lainnya yang selalu diletakkan di depan pintu tanpa aku tau kapan dia meletakkannya.

Pesanku pun tak pernah mendapatkan balasan, bukan perpisahan seperti ini yang aku mau, rasanya Deskara bukan lagi tidak bisa aku genggam melainkan tak bisa aku pandang.

Merangkapnya ke dalam indera penglihatanku rasanya sangat mustahil.

Suara tangisan yang terdengar dari dalam kamar membuatku bergegas masuk ke dalam, kalau salah satunya menangis sudah dipastikan yang satunya ikut menangis.

Tenggelam Dalam Dasar [END]Where stories live. Discover now