7. Serunna: Drama Rumah Tangga

15.3K 1.3K 63
                                    

ENJOYY!!

HAI APA KABAR?

*******

Sudah satu minggu aku dan Deskara menikah, rasanya bagaimana ya? Tidak ada perubahan yang berarti bedanya sekarang aku tidur berdua. Maklum, kamar memang hanya ada satu jadi mau nggak mau harus berdua.

Sejauh ini Deskara itu sangat penurut walau kadang-kadang dia suka bikin emosi tapi kalau aku udah emosi dia jadi takut sendiri. Semalam Deskara memberikan kabar baik, katanya dia dapat kerja dan tentunya aku senang bukan main tapi waktu aku tau dia kerja apa aku agak menunduk lesu sedikit.

Deskara jadi kurir pengantar paket. Sebenarnya nggak ada masalah dengan pekerjaannya tapi dibanding dengan penghasilannya dulu saat bekerja bersama Ziadne pasti nggak ada setengahnya. Mungkin, banyak berpikir aku mata duitan tapi sebagai orang yang sudah terlahir susah itu memunculkan rasa takut tersendiri kalau anakku nanti akan mengalami hal yang sama.

"Unna, aku pulang... "

Aku yang tengah melipat pakaian di ruang tengah dengan karpet yang dihadiahkan oleh adikku langsung menoleh ke arah munculnya Deskara, dia pagi-pagi sekali sudah keluar mencari sarapan yang menjadi rutinitasnya selama seminggu ini, katanya di ujung jalan sana ada yang menjual nasi uduk seharga tujuh ribu dengan paket lengkap dan selalu habis dalam hitungan menit, makanya dia harus antre pagi-pagi.

Deskara datang dengan wajah lesu dan tidak bahagia tidak seperti saat berangkat yang sangat semringah.

"Kok mukanya gitu?"

Deskara langsung mendekat ke arahku lalu duduk di sebelahku dan tanpa mengatakan apapun ia merebahkan kepalanya di pangkuanku.

"Aku nggak dapet uduknya, Unna... "

Deskara menyembunyikan wajahnya di perutku lalu ia berbisik, "Adek pasti lapar tapi Papa belum dapet sarapan, Dek."

HAH? PAPA?

"Jelek! Papa-papa!"

"Ck, kamu nih marah-marah aja. Kamu mau makan apa?"

Aku merunduk lalu mengusap rambut hitamnya yang terasa sangat halus.

"Jangan diusap-usap nanti aku ngantuk."

Aku tersenyum kecil tapi tetap mengusap rambutnya, "Katanya hari ini masuk kerja?"

"Iya, tapi nanti jam delapan."

"Pulang jam berapa?"

"Hm, sore kali tapi nanti siang aku pulang buat makan, masak loh ya."

Deskara menatapku tajam, aku tau bocah ini sedang bercanda.

"Des, kamu seriuskan permasalahan kamu sama Ziadne udah beres?"

Deskara terpaku cukup lama dan tatapan tajam jenakanya telah hilang.

"Udah. Kamu mau makan apa?"

Deskara bangkit dari posisinya, "Aku ngantuk kamu usap-usap gitu. Eh, mau makan bubur aja nggak?"

Aku terdiam karna perasaan takut akan masa depan itu kembali menggerogoti diriku.

Tenggelam Dalam Dasar [END]Where stories live. Discover now