13. Serunna: Rasanya Sakit

14.7K 1.3K 137
                                    

Enjoy!!!

Apa kabar???
Seneng nggak update lagi??

RAMEIN DONG KOMENNYA HEHEHEH BIAR AKU SEMANGAT1! 1! 1!

******

Aku merasa menginjak usia kandunganku yang kelima bulan hubunganku dengan Deskara semakin mendatar. Maksudku Deskara masih tetap peduli padaku, dia baik, sangat baik, dia sebisa mungkin memenuhi semua kebutuhanku tapi entah mengapa aku merasa Deskara selalu memberikan batas pada kami sehingga aku dan Deskara tetap berada pada koridor masing-masing.

Tapi aku bisa apa memang selain bertahan?

"Kamu berangkat sekarang?"

Aku menatap Deskara yang tengah merapikan penampilannya di cermin, usaha warung bubur yang Deskara buat itu akan berjualan dua kali dalam sehari yaitu saat pagi dan juga sore sampai malam. Sejak usaha buburnya buka Deskara hampir menghabiskan waktunya di sana, dia akan berangkat saat hari masih gelap lalu pulang saat siang untuk tidur dan setelah bangun ia akan menyiapkan diri untuk ke warungnya lagi dan ia akan pulang saat aku sudah tidur.

Aku merasa semakin asing dengan Deskara yang sekarang. Aku beberapa kali ikut ke tokonya tapi aku seperti tidak dipedulikan saat di sana, ia melarangku untuk melakukan apapun sedangkan dia sibuk sendiri dengan tugasnya. Karena hal itu aku enggan untuk lagi ke tokonya, sakit bukan saat keberadaanmu diasingkan? Entah aku yang terlalu sensitif atau bagaimana.

"Iya, kenapa? Kamu mau nitip? Di warung nanti aku nggak lama kok kayanya sampai jam delapan aja."

Aku menggeleng lalu berujar, "Aku ikut boleh? Aku bosen, deh, setiap hari di rumah."

Ini beneran curahan hatiku karena sehari-hari aktivitasku itu-itu saja, semuanya membosankan.

"Unna mau jalan-jalan?" Tawar Deskara.

Lagi aku hanya menggeleng, Deskara itu sekarang sibuk untuk mengembangkan usaha buburnya apalagi ini masih terbilang baru, bisa dibilang usaha yang Deskara dirikan belum bisa memberikan untung besar, itungannya sudah balik modal saja sudah syukur.

"Enggak, aku bosen aja di kontrakan terus, aku ikut boleh, 'kan?"

"Boleh, emang aku pernah larang, Unna?"

"Larang kerja," Jawabku spontan.

Deskara berdecak lalu ia berjalan mendekat ke arahku lalu mengacak rambutku, "Itu lain cerita, yaudah sana siap-siap."

Yang diacak itu rambutku, kenapa yang ikut berantakan dadaku?

Tolong, tolong jangan berdebar.

****

Aku memegang pinggang Deskara saat motor yang ia kendarai melaju di jalan, aku duduk menyamping karena aku memakai baju ibu hamil tanpa lengan yang panjangnya sedikit di bawah lutut dan aku lapisi dengan kardigan yang baru sampai kemarin lusa.

Kurang dari 10 menit aku dan Deskara sudah sampai di rukonya, setelah memarkirkan motornya dan memastikan aku sudah turun dengan baik Deskara langsung membuka gembok rukonya.

Setelah terbuka aku berjalan mengikuti Deskara yang berjalan menuju dapur, sekarang pukul setengah empat sore biasanya toko Deskara buka pukul lima atau setengah enam sore.

Tenggelam Dalam Dasar [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu