18. Serunna: Reka Adegan

15.3K 1.2K 82
                                    

Enjoy!!

Apa kabar?

****

"Halo, Mbak, apa kabar?"

"Mbak, sehat kamu gimana, Dam?"

"Sehat, Ayah sama Ibu juga sehat."

Aku terdiam, bingung sebenarnya kenapa tiba-tiba Adam menelponku karena biasanya selalu aku yang menghubunginya lebih dulu. Apa jangan-jangan dia sudah tau ya kalau tempat tinggalku kebakaran?

Tapi, aku bahkan tidak memberitahu siapapun, Ibu Deskara juga tidak tau.

Sekarang sudah pukul delapan malam dan warung bubur Deskara masih buka, hari ini cukup sepi jadi dagangan yang dijual masih banyak. Laki-laki itu masih berada di bawah, menunggu warungnya dan aku baru saja naik ke lantai atas karena sudah mengantuk tapi ponselku yang berada di atas kasur lebih dulu berdering.

"Hm, kamu kenapa nelpon Mbak?"

Adam terdian cukup lama sebelum berbicara, "Nggak ada, Mbak cuma mau ngobrol aja, nanti kalau anak Mbak lahir aku datang ke sana, kabari ya Mbak."

Aku tersenyum tipis sambil mengelus perutku yang dilapisi baju daster, baju ini aku ingat sekali Deskara yang membelikan, katanya saat berbelanja di pasar setiap liat daster dia ingat denganku yang selalu berkeliaran di rumah dengan daster yang sudah kusam, bahkan ada yang robek.

"Iya, kamu tenang aja."

"Hm, Mbak aku mau tanya."

"Tanya apa?"

"Soal Mas Ziadne, Mbak ingat nggak?"

Aku yang sejak tadi tersenyum tipis sambil mengusap perutku langsung berubah mendung.

Kenapa rasanya terasa sulit untuk tidak mendengar nama itu sehari saja? Aku sudah muak melihat, bahkan mendengarnya berbicara kemarin. Dan hari ini, Adam bahkan membahas hal itu.

"Inget, dia temen Mbak waktu SMA dulu, kenapa?"

"Gapapa, sih, cuma Mas Ziadne ini lagi banyak yang gosipin di sini, heboh banget Mbak aku sampai kepo."

Aku meremas jemariku pada seprai dengan erat, tiba-tiba rasa panik itu hadir, ketakutan-ketakutan tidak beralasan itu muncul.

"Gosip, apa?"

"Hm, heboh pokoknya. Katanya Mas Ziadne pacaran sama cowok di kota, terus punya bisnisnya aneh-aneh gitu, sudah melawan sama Ayahnya dan nggak mau kerja sama Ayahnya katanya, makanya Pak Harto sama istrinya balik ke kampung, Mbak."

Aku meneguk ludahku kasar, Pak Harto itu adalah Ayahnya Ziadne, mereka pindah ke kota setelah Ziadne lulus dari SMA dan mereka bahkan tak pernah terdengar akan kembali ke kampung sejak usahanya di kota sukses besar.

"Mereka, di sana menetap atau hanya berkunjung?" Tanyaku ragu.

"Sepertinya menetap, Mbak, soalnya dari kemarin ada mobil besar yang bawa barang-barang rumah tangga, sama bahan-bahan bangunan karena katanya Pak Harto mau buka usaha lagi di sini. Kata warga sini, mereka pulang karena sudah nggak sanggup menghadapi Ziadne yang hidup semaunya itu, Mbak. Dan, hm, Mba jangan marah ya aku tadi dikasih unjuk foto-foto sama temenku, katanya Mas Ziadne punya usaha kafe khusus orang-orang seperti mereka, bahkan pelayan laki-lakinya pakai baju perempuan dan aku liat ada yang mirip sama suami Mbak, cantik banget Mbak, tapi ya mana mungkin itu Mas Deska, iya, 'kan Mbak?"

Tenggelam Dalam Dasar [END]Where stories live. Discover now