24. Serunna: Tentang Kamu

16.5K 1.4K 146
                                    

Enjoy!! 😍

***********

Aku menatap bunga yang telah menghitam dan kering dalam genggaman tanganku, lalu beralih pada kotak makan terakhir yang Deskara berikan, kotak makan yang tidak akan pernah kembali pada pemiliknya.

Serta kertas kuning kecil yang Deskara berikan, tulisannya mulai memudar karena terlalu sering aku usap.

You're gonna live forever in me — John mayer

Deskara tidak menuliskan apa-apa pada kertas terakhir yang ia berikan, hanya sebuah judul lagu. Lagu yang hingga kini masih terus aku dengarkan.

"Mbak."

Suara Ibu membuatku menoleh, "Kenapa, Bu?"

"Lusa kamu udah boleh pulang, anak-anak juga."

Hari ketiga puluh aku di rumah sakit, karena kedua anak kembarku lahir dengan keadaan prematur maka mereka harus diberikan perawatan intensif di dalam inkubator selama kurang lebih satu bulan.

"Tapi kita ke kampungnya bulan depannya, Mbak."

"Kenapa gitu?"

Ayah dan Adikku sudah pulang ke kampung sejak Minggu lalu karena Adam yang sudah masuk sekolah dan Ayah yang harus mengurus ayam-ayamnya di kampung.

"Tunggu dapat izin dari dokter kapan bisa dibawa perjalanan jauh."

"Terus kita tinggal di mana, Bu?"

Alis Ibu mengkerut heran, "Di tempatmu dulu, kata Deskara kamu tinggal di sana saja."

Aku terdiam, lantas Deskara tinggal di mana?

"Deskara kapan ngomongnya, Bu?"

"Waktu itu kirim pesan ke Ibu, sekalian bilang buku nikahnya dia bawa. Katanya biar dia aja yang urus perpisahan kalian."

Aku menahan napas, meski sudah seminggu sejak bertemu dengan Deskara aku masih merasakan sesak yang sama, perih yang sama.

"Ikhlas Mbak, jatuh cinta sama manusia harus siap patah hati, dan itu gapapa, itu bukan kesalahan siapa-siapa. Nggak ada yang salah sama jatuh cinta, setelah ini Mbak harus ikhlas, harus tabah, harus bahagia kalau kata Nak Deskara."

Ibu membubuhkan senyum di akhir kalimat yang ia ucapkan, membuatku tersenyum tipis.

"Ibu sering kirim pesan sama Deskara?"

Ibu menggeleng, "Nggak juga, Ibu juga sebenarnya masih bingung kalau liat dia Mbak, kok bisa ya dia pacaran sama laki-laki? Anaknya manis, lemah lembut, peduli, pantes direbutin dua jenis kelamin."

Aku tersenyum tipis mendengar ucapan Ibu, "Ibu udah ketemu sama Ziadne?"

"Ketemu beberapa hari lalu setelah Ayah sama Adam pulang, dia mau jenguk kamu tapi nggak Ibu bolehin."

Ziadne? Mau bertemu dengannya?

"Ngapain, Bu?"

"Katanya mau ngomong, tapi Ibu nggak kasih izin, kamunya juga belum stabil setelah pisah sama Deskara, 'kan."

Tenggelam Dalam Dasar [END]Where stories live. Discover now