3. Serunna: Pembicaraan Serius

17.8K 1.5K 42
                                    


ENJOY!

••••••••••


"Unna, aku punya tiga orang adik yang satu sedang kuliah, yang duanya kembar dan mereka sekarang sedang pesantren. Ayahku udah ga ada, aku cuma punya ibu dan adik-adikku. Ibuku cuma penjahit biasa, penghasilannya bahkan gak cukup untuk makan sehari-hari. Aku bilang sama kamu dari sekarang karna nanti setelah kita menikah aku mau kamu tau kalau aku punya tanggungjawab lain selain kamu dan anak kita, tapi aku janji aku akan berusaha penuhin semua kebutuhan kamu dan anak kita dan maaf aku gak bisa memberikan hidup mewah seperti Ziadne karna aku Deskara bukan Ziadne."

aku menarik satu napas lelah, niatnya ingin memperbaiki taraf hidup tapi malah makin blangsak.

"Kamu bilang, kamu udah keluar dari kantornya Ziadne. Terus kamu mau kerja apa?"

"Aku udah apply di beberapa tempat, dan aku masih ada uang tabungan yang cukup buat beberapa bulan ke depan. Jadi kamu tenang aja."

"Terserah kamu aja, deh. Aku ngikut." Aku pasrah saja, karna aku memang tidak punya pilihan apapun selain menikah dengan Deskara, perihal yang lain akan kupikirkan nanti setelah anak ini lahir.

"Boleh pegang tangan kamu?"

Deskara meminta dan dengan bingung aku mengulurkan tanganku kepadanya dan Deskara memasang sebuah cincin di jari manisku. Aku ternganga, gila ini beneran?

"Dulu, sebelum merantau Ibu kasih cincin ini sama aku. Katanya harus aku simpan, karna jodoh gak ada yang tau. Karna aku akan menikah sama kamu jadi cincin itu punya kamu sekarang."

Aku menatap cincin yang melingkar di jariku, sebentar lagi aku bakal jadi istri orang dan punya anak. Dua hal yang bahkan gak ada di rencanaku dalam lima tahun ke depan.

"Des, Ibumu apa bakal setuju?" Aku bertanya takut-takut karna ketakutan terbesarku adalah tidak diterima di keluarga Deskara.

"Ibu... Mungkin akan marah, tapi kayanya dia akan menerima kamu dengan hati yang terbuka."

"Kenapa?"

"Karna kamu cantik dan kamu adalah perempuan."

Aku sempat terkejut, apa Ibunya tau ya soal kelakukan anak laki-lakinya di kota?

"Ibumu tau kalau kamu.... " Aku tak bisa melanjutkan kalimatku karna rasanya aneh menyebut laki-laki itu belok tapi aku tengah mengandung anaknya.

Deskara menggeleng, "Ibu nggak tau, atau lebih tepatnya dia gak akan percaya aku kaya gini, mau seribu tetangga yang bilang kalau aku enggak mengiakan Ibu nggak akan percaya."

Ibunya sepercaya itu dengan dengan Deskara tapi laki-laki itu malah mengecewakannya.

Tiba-tiba aku teringat Ziadne. "Terus Ziadne gimana? Kok bisa semudah itu putus dan keluar dari kantornya?"

"Aku bilang aku mau nikah sama perempuan pilihan Ibu. Ziadne tau sesayang apa aku sama Ibu, jadi yaudah. Hubungan kita udah beres dan clear kamu nggak perlu khawatir."

Udah beres ya? Tapi entah kenapa aku malah merasa Ziadne akan jadi batu besar dalam pernikahan kami. Untuk persoalan itu akan kupikirkan nanti, sekarang cukup fokus dengan anak ini.

"Orang tua kamu sendiri gimana?"

Pertanyaan Ziadne membuatku membisu, aku sampai lupa kalau aku juga punya orang tua yang harus dikabari.

"Ya, kamu mungkin bakal dipukulin Ayah. Tapi tetep bakal disuruhin nikahin aku kok."

Deskara menelan ludahnya susah puyah dapat terlihat dari jakunnya yang sebenarnya sangat seksi.

Tenggelam Dalam Dasar [END]Where stories live. Discover now