9. Serunna: Malam itu

15.6K 1.2K 36
                                    

Enjoy!

********

Aku menatap gelas berisi minuman berperisa jeruk yang ada di atas meja makan. Seperti malam-malam biasanya, Ziadne selalu pulang tengah malam dan meminum apapun yang ia siapkan di meja makan.

Aku gila? Memang. Tapi tidak ada cara lain selain menjebak Ziadne, aku terlilit hutang dan tak ada cara lain selain menjebak Ziadne untuk menikahiku. Ziadne itu bertanggungjawab dan aku yakin 100% kalau Ziadne pasti akan menikahiku karena dilihat bagaimana orang tua Ziadne sering menelpon menanyakan kapan laki-laki itu akan menikah dan memberikan mereka seorang cucu. Aku yakin kalau ini adalah win-win solution.

Jantungku bertalu dengan cepat apalagi saat mendengar pintu apartemen berbunyi dan suara derap langkah kaki yang menuju dapur semakin membuatku berkeringat dingin. Aku meremas kesepuluh jemariku lalu membalikkan badan menampilkan senyum selebar mungkin yang aku bisa.

"Hai! Ziad.... EH?? KOK LO SIH DESKARA??!"

Aku terperanjat kaget saat melihat Deskara yang berdiri di sudut meja, tangan lentiknya sudah siap menggapai jus jeruk yang aku siapkan.

"Dia nggak pulang, lagi ke rumah orang tuanya."

Aku menahan napas saat Deskara sudah mengenggam gelas itu, aku bingung bagaimana cara melarangnya sedangkan aku tak sedekat itu dengan Deskara bisa dihitung jari berapa kali aku bertegur sapa dengan laki-laki itu di tempat ini.

"Eh, jangan diminum itu," Pintaku panik saat bibir Deskara hampir menyentuh pinggiran gelas itu.

"Kenapa?" Tanya Deskara heran.

"Punya gue!" Jawabku cepat.

Deskara menukik alisnya heran, "Buat lagi aja, kamu, 'kan pembantu di sini."

Entah kenapa aku kesal mendengar sebutan itu dari Deskara, aku tau, aku di sini menumpang tidak gratis tapi bukankah Deskara sama saja di sini menumpang? Ini semua milik Ziadne, jadi Deskara nggak ada hak mengaturku.

Sibuk dengan pikiranku sendiri, aku sampai tidak sadar kalau Deskara sudah menenggak jus jeruk itu hingga setengah gelas karena panik aku langsung meraih gelas itu dan meminumnya hingga tandas.

"Gue haus!" Jawabku reflek lalu langsung pergi dari hadapan Deskara, meninggalkan laki-laki itu dengan alis yang menekuk bingung.

Aku memasuki ruangan paling kecil di apartemen ini, kecil tapi lebih bagus daripada tinggal berdua dengan kamar satu kostku. Aku menyentuh tengkukku yang mulai terasa panas dan merinding. Aku menelan ludahku kasar, secepat itu efeknya? Padahal aku yakin tidak meminum sebanyak Deskara minum.

Aku menurunkan suhu kamar agar menjadi lebih dingin tapi hal itu percuma, tubuhku terasa panas dan hasrat besar itu muncul. Sialan!

Aku meraih gelas yang berisi air putih di atas nakas dan menandaskannya hingga habis, air itu bahkan meleber ke sudut bibirku sehingga beberapa tetesan air putih itu merangkak turun ke leherku.

"Unna! Buka pintunya... "

Teriakan Deskara dibarengin dengan gedoran pintu yang berkali-kali laki-laki itu lakukan semakin membuatku berdegup kencang. Tubuhku yang terasa panas kian memanas.

Dengan perlahan kubuka pintu kamarku dan berapa terkejutnya aku saat melihat Deskara bertelanjang dada, mataku turun ke bawah dia hanya mengenakan celana pendek di atas lutut menampilkan kakinya yang bersih putih tanpa bulu. Aku menaikan pandanganku lalu meneguk ludahku dengan perlahan karena baru tersadar jika Deskara sudah basah kuyup.

Tenggelam Dalam Dasar [END]Where stories live. Discover now