4. Serunna: menginap satu malam

16.3K 1.5K 78
                                    

Enjoy!!!!

Cerita ini akan mulai rajin update setelah ceritaku yang satu lagi tamat yaa, mungkin sekitar satu minggu dari sekarang. Nanti jadwal updatenya sama aja kaya sebelah. Makasih sudah nunggu.

********

"Umur kamu berapa sih?"

Aku jadi lupa bertanya perihal umur Deskara. Aku tebak dia seumuran denganku.

Deskara menutup pintu lalu meletakkan tas ransel yang ia bawa ke sudut kamar dan hal itu tak luput dari perhatianku.

"Hm, dua lima. Kenapa?"

Aku ternganga, gila! Dia berondong. Aku pun berdecak, dulu aku paling anti dengan berondong.

"Kamu berapa?"

Dengan berat hati aku menjawab, "Dua delapan. Gue kan temennya Ziadne."

Tiba-tiba aku malas pakai aku-kamu.

Deskara hanya mengangguk lalu suara Ibu Deskara menarik atensi kami.

"Mas, jangan di dalam kamar berduaan."

Ibu Deskara belum tau kebenarannya makanya dia masih baik, kalau sudah tau? Duh aku takut banget.

"Kamu tenang aja, Ibu Baik. Baik banget malah. Nanti aku yang ngomong, dia mungkin kaget tapi nanti dia pasti akan sayang kamu."

Deskara keluar dari kamar diikuti nasihat ibunya kalau perempuan dan laki-laki tidak boleh di ruangan yang sama, apalagi kalau tertutup. Semoga Ibu Deskara tidak jantungan, deh.

"Bu, aku mau bicara sebentar boleh?"

Jantungku berdetak panik saat mendengar suara Deskara dari balik pintu, tanganku meremas perutku ringan. Aku mual.

Ketukan pintu terdengar, itu pasti Deskara.

"Keluar sebentar, Unna. Kita bicara sama Ibu."

Aku meremas jemariku. Semangat! Semua akan baik-baik saja. Karna tidak ada yang lebih buruk daripada menikahi laki-laki yang tidak suka perempuan!

Aku keluar dari kamar, mengikuti langkah Deskara yang menuju sofa tua. Terlihat tua karna warnanya sangat kusam dan banyak tambalan di sekelilingnya.

"Kamu mau ngomong apa? Kamu mau nikah? Ibu sudah yakin, soalnya kamu nggak pernah bawa perempuan ke rumah. Kalau dibawa ke sini pasti karna mau nikah."

Deskara terlihat meneguk ludahnya susah payah, dapat kulihat dari gerakan jakunnya.

"Iya, Bu. Tapi ada satu hal yang perlu Ibu tau."

Aku menutup mata saat bibir Deskara mulai terbuka.

"Serunna hamil, Bu."

Hening.

Benar-benar hening. Aku membuka mata sedikit lalu membuka mata kian lebar saat melihat Ibu Deskara hanya diam menatap anak sulungnya, aku beralih menoleh pada Deskara yang tertunduk.

"Anak... Siapa? Kamu?"

Jantungku mencelos. Kok bisa-bisanya bertanya anak siapa?

Deskara mengangkat kepalanya, "Anakku, Bu. Kalau bukan anakku ngapain aku nikahin."

Deskara menoleh ke arahku lalu tersenyum kecil sebagai tanda penenang untukku.

Ibu menarik satu napasnya panjang sebelum berbicara.

"Mas, Ibu, tuh, sudah bilang untuk jaga pergaulan di sana. Di sini banyak sekali gosip tentang kamu."

Ibu tidak melanjutkan ucapannya, ia menatap ke arahku dan menatapku cukup dalam hal itu membuatku ciut dan menundukkan kepala karna takut.

Tenggelam Dalam Dasar [END]Where stories live. Discover now