23. Serunna: Berhenti di kamu

15.9K 1.4K 186
                                    

Enjoy!!

Note: mau ingetin Serunna hamil 7 bulan, kayanya aku pernah ngetik 6 bulan ya? Kalo iya let me know di chapter berapa biar bisa aku ganti. Karena sudah nyari tapi belum nemu.

Ps. Aku posting Deskara pov di karyakarsa, harganya 2k, kalau beli mending baca itu dulu, kalau engga ya gapapa. (Link di bio).

*******

Aku membuka mata, sudah seminggu sejak aku bangun dari koma. Katanya aku koma selama satu minggu dan keadaan bayiku tidak dalam keadaan baik. Mereka dalam keadaan mengkhawatirkan.

Aku juga tidak mengerti mengapa aku masih hidup? Setelah melewati masa kesakitan itu, aku benar-benar tidak berpikir akan kembali membuka mata.

Tubuhku benar-benar lemas dan bekas jahitan masih terasa ngilu. Tapi aku masih bisa menahannya karena aku pernah melewati yang lebih sakit dari ini.

Yang aku rasakan sekarang adalah perasaan hampa, kosong, sunyi.

Aku tidak pernah melihat wajahnya sejak aku bangun dan ini sudah hari ketujuh sejak aku dirawat tapi wajah laki-laki itu tidak juga muncul.

Benar-benar berakhir ya?

Aku menarik napas dalam sambil memejamkan mata, semuanya pasti bisa dilewati dengan atau tanpanya aku akan selalu baik-baik saja. Sekarang, aku harus fokus pada anak-anakku yang berjuang untuk bertahan.

"Mbak, udah bangun?"

"Ibu... "

Rasanya sudah lama sekali aku tidak memanggil sebutan ini hingga lidahku terasa asing.

"Adam sama Ayah lagi di kantin, gimana perasaan kamu?"

Perasaan? Dibanding menggunakan kata keadaan Ibu lebih memilih menggunakan kata perasaan, pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan sebelumnya oleh siapapun.

"Kamu pasti bertanya-tanya di mana Deskara ya? Kenapa dia nggak ada? Tapi kamu nggak berani."

Ibu mengusap rambutku pelan, "Anak Ibu sudah dewasa, sudah jadi Ibu."

Aku tersenyum kecil, di tengah kalutnya kehidupan ada hal yang aku syukuri. Penerimaan orang tuaku.

Aku jadi merasa tidak sendirian.

"Adam nggak ngasih izin Deskara ketemu kamu."

Ibu menatapku dengan tatapan hangatnya.

"Ayahmu juga, tapi Deskara selalu datang tiap hari liat kamu dari kaca kecil di pintu tiap jam makan siang karena Ayah sama Adam pasti ke kantin, dia juga selalu menengok keadaan anak-anaknya," Lanjut Ibu lagi.

Aku masih terdiam, bingung harus merespon apa karena yang muncul hanyalah perasaan takut, takut kalau sebenarnya Deskara bukan hanya melihatku tapi juga Ziadne.

"Dia nitip ini sebelum pergi tadi, bubur katanya."

Serunna melihat kotak makan itu, ada sebuah note berwarna kuning di tutupnya.

"Mau makan sekarang, Mbak?"

"Nanti aja, Bu."

"Deskara nanya apa boleh ketemu kamu, tapi Ibu bilang kalau Serunna sudah mau ketemu nanti Ibu beri tau."

Aku hanya menatap tulisan yang terlihat samar dari kejauhan itu, bahkan hanya untuk menatap tulisan tangannya aku masih belum mampu.

"Ibu nggak marah sama dia?"

Tenggelam Dalam Dasar [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt