After Divorce-45

29.4K 2.9K 433
                                    

Morgan yang baru saja pulang menatap bingung istri dan ibunya karena dua orang itu terlihat menangis dengan mata yang tertuju pada televisi. Morgan mendekat dan ternyata Gwen juga Winnie sedang menonton video yang pernah Winnie ambil di zaman dulu, video yang sedang diputar adalah di saat Winnie sedang memberi pesan kepada Morgan.

"Kamu udah liat?" tanya Gwen seraya menempelkan tisu di bawah hidung dan menunjuk TV.

Morgan mengangguk.

"Mami ngomong sambil nangis-nangis, nggak taunya pas udah gede malah kurang ajar." kata Winnie menyindir Morgan.

"Udah sore, Mi." Morgan memegang tangan Gwen meminta Gwen untuk beranjak.

"Tuh, 'kan, kurang ajar. Mami diusir." Winnie menyingkirkan bantal sofa yang berada di pahanya lalu beranjak.

"Emang udah sore kok, masa mami mau sendirian di sini. Gwen bakal sibuk urus Morgan." balas laki-laki itu.

"Iya-iya, terserah." sahut Winnie sambil berjalan menuju pintu utama rumah Morgan dan Gwen.

"Videonya sedih banget." ujar Gwen sambil berjalan menuju lantai atas bersama Morgan.

"Tapi aku sama sekali nggak nangis waktu liat videonya."

Gwen menatap tidak percaya Morgan.

"Serius, aku lebih ngerasa terharu daripada nangis-nangisan." kata Morgan.

-afterdivorce-

Gwen sedang kedatangan ibunya dan tengah mencari keberadaan sang ibu karena terakhir kali Gwen melihatnya di balkon, kini entah di mana keberadaan Jihan.

Gwen menatap salah satu pintu kamarnya yang terbuka dan Gwen pun masuk ke kamar, "mama!" seru Gwen sambil berlari menghampiri Jihan.

"Ya ampun, Gwen. Ngapain lari-lari?" tanya sang ibu.

"Ma, nggak boleh dipegang sembarangan apalagi sampe dipake." Gwen mengambil mahkota milik Winnie yang berada di atas kepala Jihan.

"Itu mahkota punya kamu, 'kan? Masa mama nggak boleh pake."

"Ma, ini punya Mami Winnie. Malah kalo mau pegang mahkota ini harus pake sarung tangan, bener-bener nggak bisa sembarangan." Gwen segera menyimpan mahkota itu di kotak kaca.

"Mahal banget emang harganya sampe nggak boleh dipegang sembarangan?"

Gwen diam, apakah Gwen harus memberitahu Jihan jika Winnie adalah seorang ratu? Mertua, suami, dan dua adik iparnya adalah keturunan bangsawan?

"Ya, pasti mahal. Ayo keluar, kita ngobrol di ruang keluarga aja."

"Terus itu?" Jihan menunjuk ke arah bingkai berukuran besar yang menampikan foto Morgan bersama Gwen saat mengadakan resepsi di Voxeoston.

"Itu foto Gwen sama Morgan."

Jihan berjalan mendekati bingkai foto yang menempel di di dinding. "Kenapa Morgan nggak pake jas? Kenapa malah pake baju kayak orang bangsawan gitu? Terus, kalian pegang foto anak perempuan, anak siapa?"

Gwen menggigit bibir bagian dalamnya, kali ini, haruskah Gwen menceritakan tentang Belle? Atau menceritakan semuanya? Tapi, Gwen tidak ingin Jihan menjadi marah dengan Morgan.

"Anak perempuan itu anak Gwen sama Morgan, Ma. Belle."

Jihan membulatkan mata. "Hah? Jadi kalian udah lama nikah?"

"Em... Sebenernya Gwen sama Morgan sempet nikah, dulu. Nenek sakit terus nenek pengen Gwen jadi bagian dari keluarga mereka karena hidup mereka berkecukupan banget, nenek mau Gwen bisa hidup enak kalo bisa nikah sama keturunan keluarga mereka ini. Ya udah, nenek minta Gwen nikah sama Morgan, terus abis Gwen sama Morgan nikah, nenek meninggal."

Jihan terdiam sejenak, "kalian cerai?"

Gwen mengangguk.

"Cerai karena apa?" tanya Jihan lagi.

"Gwen sama Morgan nikah tanpa ada rasa cinta, karena kita nggak punya perasaan apa-apa, kita putusin untuk pisah."

"Di mana anak kalian sekarang?" tanya Jihan.

Gwen terdiam cukup lama, "udah nggak ada."

Kedua mata dan mulut Jihan terbuka lebar. "Serius, Gwen?"

Gwen mengangguk.

"Hah? Kok bisa? Kok bisa Belle udah nggak ada?"

"Ma, lebih bagus mama kirim doa aja untuk Belle."

"Gwen, mama serius. Kok bisa Belle udah nggak ada? Meninggal? Kapan?" tanya Jihan.

Gwen memejamkan mata seraya duduk di tempat tidur, "kayaknya Gwen emang harus ceritain semuanya."

Jihan menatap bingung Gwen.

-afterdivorce-

Plak!

Gwen terkejut sampai membulatkan mata setelah melihat Jihan menampar pipi Aiko. "Ma." Gwen menyentuh lengan Jihan.

Gwen memang sudah menceritakan kepada Jihan tentang bagaimana Belle pergi untuk selama-lamanya, dan karena ulah siapa Belle harus pergi. Gwen juga sudah memberitahu Jihan jika Morgan sempat menikah dengan Aiko dan Jihan tampak sangat kesal, lebih tepatnya kesal kepada Aiko. Namun, Gwen tidak menceritakan bagaimana perlakuan Morgan dulu kepadanya, Gwen tidak ingin sang ibu menjadi kesal kepada suaminya.

"Gila kamu, ya! Gila! Gara-gara kamu, saya nggak bisa ketemu sama cucu saya!" seru Jihan.

Aiko menatap Gwen sejenak di mana ternyata wanita yang baru saja menamparnya adalah Ibu Gwen.

"Ma, nggak perlu marah-marah."

"Gwen?" Jihan menatap bingung Gwen lalu beralih menatap Aiko. "Sakit kamu, ya."

Aiko diam dengan mata yang menatap lurus Jihan.

"Apa? Nggak terima kamu saya tampar? Saya katain gila? Sakit? Nggak terima kamu? Heh, saya lebih nggak terima sama apa yang udah kamu lakuin." Jihan mendorong kepala Aiko.

"Ma, cukup ngomong aja, jangan main kasar." kata Gwen karena Aiko sendiri sudah terlihat menyedihkan dengan rambut yang tidak terawat, kantung mata yang terlihat jelas dan tubuh yang kurus.

"Gwen, perempuan kayak dia ini nggak pantes dikasihanin. Sama sekali enggak!" balas Jihan dengan mata yang tertuju pada Aiko.

"Iya, ini udah sore, Morgan bentar lagi pulang jadi kita harus pulang juga." ujar Gwen.

Jihan mengarahkan telunjuknya pada Aiko. "Apa sih yang ada di otak kamu sampe kamu tega celakai cucu saya? Oh iya, karena harta, demi harta, nyawa cucu saya melayang karena kamu!"

Gwen menghela napas melihat ibunya sangat kesal.

Jihan menatap petugas yang berjaga, "saya juga mau ketemu sama selingkuhan perempuan ini. Kenapa cuma si Saiko yang dikeluarin?" tanya Jihan pada petugas.

"Di sini khusus untuk tahanan wanita, Bu. Tahanan pria ada di tempat lain." jawab sang petugas.

Jihan beranjak. "Ayo, Gwen. Mama mau liat selingkuhan si Saiko abis itu kita pulang."

Gwen ikut beranjak dan menatap Aiko sejenak.

"Kayaknya anak Anda cuma cerita tentang kelakuan saya." ujar Aiko.

Jihan yang sudah melangkah langsung balik badan. "Astaga, jangan ngomong lagi deh, suara kamu jelek banget." Jihan memasang ekspresi jijik lalu kembali melangkah.

"Tanpa cerita gimana kelakuan Morgan dulu ke anak Anda? Yang selalu hidup tersiksa?" Aiko kembali bersuara dan tersenyum melihat Gwen tampak gelisah sedangkan Jihan kembali menoleh kepadanya.

afterdivorce

Qotd: apa Jihan harus tau soal kelakuan Morgan dulu?

After Divorce [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang