BAGIAN 3. JEEVAN SANG ADIK

7.5K 820 15
                                    

~ Selamat Membaca ~

_______♡_______

Siang ini sehabis melaksanakan ibadah dzuhur, Jundi dan Keempat temannya tengah berada di sebuah kantin, mengobrol hal-hal random yang tak terlalu penting.

Namun di tengah-tengah obrolan mereka, seorang kakak kelas kini datang dan mampu membuat mereka diam. Kakak kelas bername tag 'Malek Mahendra' tersebut Akhir-akhir ini sering datang untuk menyuruh Jundi mengerjakan beberapa soal latihan untuk bersedia mengikuti sebuah lomba akademik besok.

"Ikut gue ke perpustakaan!! " setelah mengucapkan kalimat itu, Malek langsung pergi meninggalkan meja yang biasa digunakan oleh lima siswa itu.

Jundi langsung berdiri dari duduknya, lelaki itu kemudian berpamit terlebih dahulu kepada keempat temannya yang tengah berada di sana sebelum ia pergi menuju ke perpustakaan.

Hal ini sudah seminggu lebih ia rasakan, Jundi cukup bangga akan dirinya yang terkenal di sekolahan dengan prestasi. Namun hal itu sama sekali belum membuat ayahnya bangga, entah mengapa rasanya Jundi seperti selalu salah atau bahkan Sang ayah sama sekali tak peduli dengan prestasi puteranya.

Bagi Jundi cukup sulit untuk mengalahkan para peserta dari masing-masing sekolah. Sejak dirinya kelas 2 SMP lelaki itu sering sekali mengikuti beberapa kegiatan lomba akademik. Namun baru satu kali ia bisa menang dengan mendapatkan juara dua. Ya walaupun bukan satu tapi menurutnya tak ada yang sia-sia, perjuangan nya bukan hanya satu kali.

Kali ini juara yang ingin diraih oleh Jundi adalah juara satu. Ia ingin memamerkan piala lombanya kepada Sang ayah nanti.

Tangan kirinya sulit untuk digerakkan karena luka kemarin masih belum mengering juga. Tentang hal itu keempat temannya sudah tahu dan ya, mereka semua terkejut tentu saja. Luka di lengan temannya cukup lebar.

Namun Jundi tak akan pernah mengkhawatirkan lebih tentang lukanya. Prinsipnya, selagi masih hidup kenapa ia harus khawatir(?)

Sesampainya di dalam perpustakaan, Malek selaku ketua OSIS tersebut langsung memberikan beberapa lembar kertas yang akan di berikan oleh Jundi agar pemuda itu menjawab setiap pertanyaan yang tertera.

"Cepet dikerjain, tiga puluh menit harus udah dikasih ketangan gue. "

Jundi hanya mengangguk mendengar ucapan Sang ketos tersebut. Sebenarnya mereka sudah bertemu sejak ia masih kelas sepuluh, tapi entah mengapa rasanya masih saja canggung hingga sekarang.

Tak ingin mengulur waktu, Jundi langsung mengerjakan satu persatu soal matematika yang tertera di sana. Ada sekitar tiga kertas dengan masing-masing dua puluh soal yang tertera.

Malek kemudian mengambil duduk di depan Jundi, ia harus mengawasi siswa ini dan melihat bagaimana caranya menghitung satu persatu angka yang tertera.

Semua yang tertera di atas kertas telah dipelajari oleh Jundi, lelaki itu selalu belajar tengah malam, tak peduli dengan angka jam yang sudah menunjukan waktu semakin larut.

Malek diam-diam mengamati luka goresan yang berada di lengan adik kelasnya. Cukup ngeri jika dilihat, tapi ia sama sekali tak ingin tahu lebih mengingat bahwa dirinya hanya sebatas ketua OSIS yang tengah berjaga.




About Jundi || Renjun [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang