BAGIAN 25. PEMERIKSAAN

3.4K 446 12
                                    

~ Happy Reading ~



Siang hari dengan matahari yang bersinar cerah, kendaraan-kendaraan beroda empat maupun dua kini terlihat di sepanjang jalanan Jakarta untuk menjalankan pekerjaannya masing-masing. Banyak sekali orang-orang yang berlalu lalang di sekitar trotoar seperti biasa.

Hujan gerimis sudah berhenti sejak beberapa waktu yang lalu dan kini digantikan oleh cahaya matahari yang terasa menghangatkan tubuh. Jalanan basah akibat air hujan yang turun semalam juga masih meninggalkan jejaknya di sekitar aspal kota.

Di sini sekarang pemuda itu, berada didalam mobil bersama ayah menuju ke tempat yang sudah di beritahu sebelumnya. Pemuda itu hanya menuruti saja ucapan sang ayah, takut jika ia menolak maka akan mengundang amarah ayahnya.

Jam masih menunjukan setengah sepuluh pagi, dan tentunya saat ini para sahabatnya tengah berada di sekolah untuk menuntut ilmu. Sedikit merasa tak enak jika harus izin untuk sekedar satu hari saja, bahkan Minggu ini mungkin ia tak berangkat sekolah sudah hampir tiga harian.

Hanya ada hening yang menyelimuti keduanya. Tak ada yang mau membuka suara ataupun sekedar berdehem pelan saja. Rasanya seperti ini menjadi canggung menurut Jundi. Pemuda itu memperhatikan ke jalanan kota melalui sebuah kaca yang berada disampingnya.

Tak tahu apa yang ingin ia lakukan selain seperti ini. Menatap wajah sang ayah dari samping saja pemuda itu merasa ragu atau lebih tepatnya takut.

Entahlah, lelaki itu merasa sedikit kehausan sekarang. Namun ia sama sekali tak berniat untuk mengatakan nya kepada ayah, alasannya saja ia tak tahu. Bayangan saat ayah memarahinya dulu selalu saja melintas dibenaknya ketika malam hari, dan itu tentu saja sangat menganggu dirinya.

Pikiran hal-hal buruk tentang kedua orang tuanya sama sekali tak bisa dihilangkan begitu saja dari benaknya. Pusing? Tentu saja.

Semalam baginya adalah malam yang panjang. Jundi merasa bahwa waktu berjalan begitu lambat saat malam tadi. Manik matanya terus terjaga dari jam tiga sampai menjelang subuh datang.

Tak lama kemudian mobil yang ia tempati kini berhenti tepat di parkiran rumah sakit yang beberapa waktu lalu ia tempati untuk berobat. Ayah membuka pintu mobilnya begitupun sang anak yang ikut serta segera membuka pintu bagian kiri mobil.

Jundi mengekori sang ayah dari belakang. Pemuda itu tak ingin bertanya lebih lanjut tentang alasan mengapa ayahnya mengajak dirinya ke tempat ini, yang pasti ia tahu jika jawabannya adalah untuk memeriksa kondisinya akhir-akhir ini.

Hanya rasa sakit didada dan juga pusing yang terus menerus menghantuinya, membuat dirinya cukup kesusahan untuk berlari pulang maupun berangkat menuju ke sekolah.

Sepanjang koridor tercium bau anyir khas rumah sakit biasanya. Terdapat para perawat dan dokter yang tengah berlalu lalang. Ayah masih berada di depannya memimpin jalan menuju ke sebuah ruangan yang sudah pernah ia kunjungi.

Dibukanya pintu tersebut, objek yang pertama kali Jundi lihat adalah seorang lelaki yang tengah memakai baju dokternya sedang terduduk di atas kursi sambil melihat ke sebuah catatan yang ia tak tahu apa itu.

"Permisi dok."

Mendengar ucapan sang ayah mampu membuat dokter yang bername tag Surya tersebut menoleh. Setelahnya ia pamerkan sebuah senyuman yang selalu ditunjukkan oleh para pasien-pasien nya.

"Silahkan duduk pak!"

Ilham langsung mengambil duduk di sebuah kursi kosong, begitupun Jundi yang ikut duduk tepat di samping ayahnya. Pemuda itu akan diam saja untuk saat ini, biarlah ayah yang berbicara dengan dokter didepannya.

About Jundi || Renjun [END]✔Where stories live. Discover now