BAGIAN 9. AYAH

5K 612 21
                                    

"Ayah mempunyai cara sendiri untuk mencintai anaknya"

~ Happy Reading ~




"Telat banget lo Jun, gak biasanya guru masuk masih belum ada di kelas"

Seorang lelaki yang tengah membersihkan darah luka di lengannya kini menatap sekilas ke arah temannya. Jundi dan Nadil tengah berada di dalam UKS untuk mengobati luka akibat kendala tadi pagi.

"Ya gak tau, namanya juga apes!"

Helaan napas hanya Nadil berikan. Tadi pagi Jundi bahkan sempat memohon kepada para satpam yang tengah menjaga gerbang sekolah. Sebisa mungkin pemuda itu meminta agar di bukankan kembali gerbang sekolah yang sudah terkunci.

Untungnya sang satpam adalah orang yang bisa dibilang rendah hati. Setelah mendengar dan melihat alasan pemuda itu telat, satpam penjaga langsung membukakan sebuah gerbang untuk di lewati masuk oleh Jundi.

Namun saat sampai di dalam kelas, sang guru ternyata sudah duduk dan tengah mengabsen para siswa saat itu. Dan tentunya hal itu mampu membuat guru tersebut bertanya mengapa salah satu muridnya bisa terlambat masuk ke kelas karena tak biasanya murid yang paling ia kenali dari prestasi ini selalu datang terlambat.

Dengan suara yang sedikit bergetar, Jundi menceritakan kendala tadi pagi saat ia berada di jalan. Sang guru yang paham tersebut langsung mengangguk dan mempersilahkan nya duduk.

Sedikit lega di hati kecil Jundi saat ia tak terkena hukuman pagi tadi.

"Kalo jalan makanya di perhatiin. Coba aja kalo orang yang punya mobil itu pas lagi ngebut. Apa gak penyet lu di jalanan?!"

"Hmm... Iya iya, gue kurang teliti tadi"

Masih dengan kegiatannya mengobati luka. Di sini Nadil hanya sekedar menemani Jundi saja, lelaki itu tak membantu temannya untuk mengoleskan alkohol karena memang Jundi yang menolak nya.

"Kaki lo gue pijet mau? Buat jalan aja tadi keliatan susah"

Jundi menggeleng. "Kaki gue memar, nanti kalo lo pijet malah nyut-nyutan rasanya"

Nadil hanya ber-oh ria saja. Diam-diam lelaki itu mengamati wajah temannya yang sudah terlihat acak-acakan. Bisa di deskripsi kan sangat kacau.

Jundi melakukan semuanya sendiri. Dari membersihkan lukanya, mengoleskan betadin, dan juga memberikan plaster berwarna oranye sendiri.

Bukannya Nadil tak ingin membantu, lelaki itu hanya tak diperbolehkan saja oleh Jundi. Katanya biar ia sendiri yang melakukan semuanya.

"Selesai!! "

Setelah mengucapkan kalimat tersebut. Jundi langsung menutup kotak p3k yang ia gunakan. Sudah terbiasa memang saat dirinya luka selalu mengobati sendiri. Baik di lingkungan rumah ataupun di sekolah.

"Jalannya bisa? "

Mendengar kalimat yang diucapkan oleh Nadil, membuat Jundi menoleh ke arah nya dan kembali berusaha untuk turun dari ranjang.
"Sans aja Dil... Ini linunya juga udah dari tadi. Udah mendingan sedikit lah.. "

Lagi-lagi Nadil hanya ber-oh ria. Keduanya kemudian berjalan menuju ke kelas karena tak memungkinkan untuk Jundi berada di kantin. Yang ada rasa sakit di kakinya akibat keseleo akan semakin terasa.

About Jundi || Renjun [END]✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin