~ Happy Reading ~
Pagi ini suhu tubuh Jundi tak kunjung menurun. Dari semalaman lelaki itu terus bergulat dengan selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang terasa dingin. Kemungkinan hari ini ia terpaksa tak bisa untuk pergi ke sekolah.
Matanya terus ia pejamkan, selimutnya bahkan lelaki itu gunakan sampai batas leher karena saking dinginnya udara yang menyentuh kulitnya. Jundi tak mendengar ada suara keributan kecil dari luar, pemuda itu masih sibuk untuk berusaha menghangatkan tubuhnya.
Kamar Jundi dari semalam sama sekali tak ia kunci. Seperti nya mama terpaksa harus membangunkan putera sulung nya hari ini karena tak kunjung terlihat dari pagi tadi.
Tentunya hati kecil mama tergores saat melihat sang anak yang seperti nya terlihat kurang sehat pagi ini. Jundi terus bergumam hal-hal yang tak terlalu jelas.
Perempuan itu meletakkan tangannya ke kening sang putera. Rasa panas dari kulit anaknya pun menjalar di indra perabanya. Ia menjadi tak tega jika harus membangunkan Jundi saat ini.
Kondisi tubuh Jundi panas, bisa di deskripsi kan jika ia tengah demam. Wajah segarnya tak terlihat jelas hari ini.
Jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh lewat membuat helaan napas mama terdengar. Tentunya sudah sedikit terlambat jika ia harus membuat surat izin sekarang ini.
Sang bungsu dan ayahnya telah berangkat kurang dari 15 menit tadi. Di dalam rumah sederhana ini hanya ada mama dan si sulung saja yang tengah demam.
Mata Jundi terlihat berair, mungkin ini adalah efek ketika demam.
Mama yang memang tak tega melihat anaknya seperti ini langsung pergi kedapur untuk mengambil sebuah air dan juga kompresan untuk sang sulung. Bahkan hingga saat ini Jundi sama sekali belum menyadari keberadaan mamanya di dalam kamar.
Anak itu terus menerus bergumam hal-hal yang tak jelas. Mama tak bisa mengerti karena memang suara Jundi yang sangat kecil.
Sebelum pergi ke dapur terlebih dahulu mama membuka hordeng kamar anaknya agar sinar matahari segera masuk ke dalam. Kebetulan saat itu sebuah ponsel yang berada di atas nakas berdering dan menunjukkan nama salah satu temannya di sana.
Tanpa berpikir panjang, wanita tersebut langsung mengangkat panggilan telepon yang berasal dari Nadil. Seperti nya memang hanya dia yang sedikit dekat dengan puteranya.
"Halo jun? Kenapa lo belom dateng si, ini sebentar lagi bel masuk bunyi! "
"Nadil? Tolong bilangin ke guru ya kalau Jundi hari ini gak bisa masuk karena sakit. Kasian dia dari semalem gak enak badan"
Di sebrang sana Nadil langsung mengerti jika suara wanita yang berada di ponsel adalah suara milik tante Thalita. "Ah iya, nanti aku bilangin ke guru. Sekarang gimana keadaan nya tan? "
Mama melirik sebentar ke arah sang Putera, "Jundi keliatan capek, dari tadi dia gumamin kalimat yang gak tante ngerti. "
"Ooh, nanti kalau udah bangun bilangin ke dia ya tan. Aku bakal main ke rumahnya malem nanti ngajak temen"
"Iya, nanti tante bilangin. Tante tutup ya telfon nya? "
Setelah mendengar kalimat 'iya' dari sebrang. Wanita itu langsung menutup panggilannya secara sepihak. Lagi-lagi helaan napas kini terdengar dari mulut nya.
Mama langsung menaruh kembali benda pipih tersebut dan berjalan menuju ke arah dapur untuk mengambil sebuah kompresan disana.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
About Jundi || Renjun [END]✔
Teen Fiction"Ma, ini ada martabak buat aku boleh kan? " -Jundi "Em... itu kan ayah beliin buat adek, kamu nungguin ayah beliin kapan-kapan ya? " -Mama "Yah,tas ku ini robek dikit. Kalo dibiarin nanti putus. Beliin baru boleh? " -Jundi "Jun... Ekonomi kita agak...