BAGIAN 17. HEADACHE

4.1K 483 20
                                    

~ Happy Reading ~

"Kenapa gak bilang sama ayah kalo kamu sering sakit?"

Jundi menggelengkan kepalanya. "Gak sering kok yah, dulu aku kira cuman sakit biasa.."

Ayah menghela nafasnya. Kali ini adalah hari ketiga sang sulung berada di rumah sakit. Kata dokter Jundi tak dibolehkan untuk pulang terlebih dahulu karena tengah dalam masa pemulihan.

Sedangkan mama saat ini tengah menemani Jeevan untuk memeriksakan kondisinya.

"Oh iya, katanya disekolah kamu mau ngadain kegiatan ya?"

Jundi mengangguk meng-iyakan ucapan ayah.

"Kamu mau ikutan?"

Terlihat sang anak yang tengah berpikir sejenak. Lalu setelahnya Jundi kembali menggelengkan kepalanya. "Gak usah yah, Jundi gak punya uang. Biaya rumah sakit juga kan besar."

Jawaban yang terdengar sangat dewasa dari Jundi tentunya membuat ayah sedikit tak tega. Disaat para temannya pergi menikmati masa-masa disekolah, ia malah hanya berada di rumah dengan kegiatan lainnya.

"Beneran gak mau ikut?"

Untuk yang kesekian kalinya Jundi menggeleng. Sungguh pemuda itu sama sekali tak ingin menambah beban ekonomi di keluarganya, mengingat sang ayah yang hanya bekerja sebagai bawahan di kantor milik bos-nya.

Bukan cuma dari situ, ayah juga harus menangani pengobatan sang adik saat ini.

Jam didinding telah menunjukan hampir pukul sepuluh siang. Dan tentunya para sahabatnya tengah berada di sekolahan untuk menimba ilmu.

"Ayah, aku pengen keluar ketaman. Sekalian buat nyari vitamin D"

Mendengar ucapan permintaan sang anak membuat Ilham terlihat berpikir sejenak. Menurutnya berjemur dibawah sinar matahari tidak ada salahnya.

"Boleh, tapi jangan kemana-mana selain ketaman ya!"

"Siap kapten!!"

Sebuah senyuman yang terlihat diwajah Jundi sangatlah tulus. Berbeda dengan senyuman beberapa waktu lalu yang terlihat seperti menyiratkan luka, lebih tepatnya sebuah senyuman yang dibuat-buat.

---


Helaan napas kini terdengar dari mulut seorang pemuda yang tengah berada di taman dengan pakaian khas rumah sakit. Terdapat banyak sekali para orang-orang yang tengah menikmati udara segar dan beberapa dari mereka juga mengambil foto pemandangan yang indah.

Jundi duduk di sebuah kursi berwarna putih yang tersedia disini. Lelaki itu keluar hanya untuk menghilangkan kebosanan nya saja saat berada didalam.

Lelaki itu hanya memandangi tanaman yang subur di sini. Tanpa teman tentunya.

Entahlah, Jundi tiba-tiba merindukan mereka. Pasti para sahabatnya tengah berada di sekolah untuk menimba ilmu.

"Jun, makan dulu ya?"

Suara yang terdengar familiar mampu membuat lelaki itu menoleh. Tak jauh dari tempatnya duduk terdapat ayah yang tengah membawa sebuah piring di tangannya.

Melihat hal itu, membuat Jundi merasa tak enak jadinya.

Ayah semakin berjalan mendekat ke arah kursi yang diduduki sang putra. Pria itu kemudian mengambil duduk tepat di sebelah sang anak.

About Jundi || Renjun [END]✔Where stories live. Discover now