BAGIAN 8. KECELAKAAN KECIL

5.3K 606 7
                                    

~ Happy Reading ~


Seperti yang sudah mereka rencanakan tadi siang, kini keempat teman tersebut tengah berada di dalam kamar sang pemilik rumah. Sesekali mereka tertawa karena hal-hal random dan juga sebagian dari mereka ada yang tengah fokus dengan sebuah benda pipi di tangannya.

Keadaan kamar Jundi bisa dibilang cukup berantakan karena ulah para sahabatnya. Namun tak apa, ia sama sekali tak keberatan jika rumahnya akan dijadikan tempat base camp untuk para sahabatnya.

Di sini hanya Nadil saja yang tak ikut serta, karena seharian ini lelaki itu tak berada di rumahnya.

Hawa malam ini terasa sedikit panas, tak seperti biasa nya yang selalu dingin. Bahkan di dalam kamar Jundi, masing-masing temannya tengah memperebutkan angin dari sebuah benda berupa kipas yang berukuran sedang untuk mengurangi keringat yang keluar dari tubuh.

Liam yang hanya mengenakan sebuah kaus dalam dan juga celananya kini menjadi tontonan sedikit dari mereka. Terlihat otot-otot perut yang sangat menonjol di sana.

"Gue pengen bakso ni, keluar yok!! "

Mendengar ajakan dari Hanif tentunya ketiga temannya langsung mengarahkan pandangan mereka ke pemuda itu. Candra hanya berdehem pelan saat mendengar ucapan temannya, sedangkan Liam hanya melirik sebentar ke arah Hanif dan kembali menatap kosong ke langit-langit kamar.

"Jauh nip, gue males jalan... "

Mendengar jawaban dari Jundi tentunya membuat Hanif langsung berdecak sebal. Lelaki itu kemudian mengenakan kembali sebuah kaus oblong yang ia gunakan saat pergi bermain menuju ke rumah temannya.

"Nobar aja lah, terserah mau film apaan"

Usul yang diberikan oleh Liam terdengar tak terlalu buruk. Mereka kemudian masing-masing tengah memikirkan judul film apa yang pantas untuk menemani malam ini.

Terdengar suara kecil yang berasal dari perut Jundi. Tentu saja itu pastinya gemuruh cacing yang tengah meminta agar perutnya segera diisi oleh sebuah makanan. Candra yang kebetulan berada dekat dengan pemuda itu pun dapat mendengarnya dengan jelas. Namun lelaki itu tak ingin menanyai hal itu, ia berpikir tak mungkin juga jika Jundi belum mengisi perut sedari pulang sekolah tadi.

Di bukanya sebuah ponsel milik Liam. Lelaki itu kemudian membuka salah satu aplikasi untuk menonton sebuah film yang akan temannya usulkan.

"Horor bagus kayaknya."

Hanif langsung menepuk paha Jundi saat pemuda itu meminta sebuah film yang mampu membuat bulu kuduk berdiri. Hanif memang tak bisa untuk diajak menonton hal-hal berbau mistis, karena memang pemuda itu yang hanya memiliki keberanian sedikit.

Jam di dinding telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Para sahabat tersebut langsung mendekat ke arah Liam untuk menonton film dari ponselnya. Jangan kalian tanyakan mengapa tak menggunakan DVD atau laptop, karena memang Jundi sama sekali tak memiliki benda-benda tersebut di salam ruangan nya.

Sayup-sayup terdengar sebuah tawa dari luar yang tentunya dapat didengar oleh Jundi samar-samar. Sudah pasti suara tawa tersebut berasal dari mulut ayah dan juga sang adik yang tengah berbincang di lantai bawah. Saking kerasnya suara tersebut bahkan hingga terdengar di dalam kamar Jundi yang letaknya di lantai atas.

Hal tersebut sudah beberapa kali Jundi dengar, tak terkejut jika ia tak diajak antara mereka. Hal semacam ini bahkan sudah sangat sering ja temui di lingkungan rumahnya.

About Jundi || Renjun [END]✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat