BAGIAN 20. RENCANA

2.9K 402 1
                                    

~ Happy Reading ~

Keadaan riuh kini terdengar didalam kelas. Saat ini pelajaran tengah kosong, dan semua murid tentunya bergembira saat mendengar bahwa para guru tengah mengadakan rapat di kantor.

Suasana kelas XI IPA sangatlah ramai. Jundi harap hal ini tak mengundang aura marah dari wali kelas sebelah. Banyak dari mereka juga keluar untuk membeli jajanan kantin di belakang.

Nadil hanya fokus dengan ponsel yang ia genggam. Entah apa yang tengah dilihat dari pemuda itu, yang jelas sepertinya terlihat sangat asyik.

Jundi menenggelamkan kepalanya di antara tumpukan tangan. Sebenarnya pemuda itu membawa ponsel, hanya saja ketika dirinya membuka benda tersebut entah mengapa rasanya kepalanya langsung pusing. Dan itu adalah alasan Jundi akhir-akhir ini jarang sekali membuka ponsel.

Di jam pelajaran pertama tadi, ia merasa kantuk. Padahal seingatnya semalam pemuda itu tidur tak terlalu larut dan bahkan sangat nyenyak.

Bukan hanya itu. Kini ditambah lagi dengan suara riuh dari para siswa-siswi yang tengah mengobrol cukup keras hingga membuat kepalanya terasa ingin pecah saja.

Setelah di pikir-pikir, lebih baik ia pergi keluar kelas dan mencari tempat yang sepi untuk menghilangkan rasa pusingnya. Sebenarnya Jundi juga membawa obat pereda sakit kepala, namun hal itu tak memungkinkan jika ia akan meminum pil tersebut di dalam kelas. Yang ada nantinya malah para murid lain membicarakan dirinya.

Saat hendak melangkah pergi, suara Nadil sudah terlebih dahulu terdengar membuat langkah kaki pemuda itu terhenti.

"Lo mau kemana?"

Dengan gerakan malas, Jundi menunjuk ke arah halaman belakang kelas. Jujur, baginya untuk berbicara sepatah katapun rasanya sangatlah kelu.

"Sendiri?"

Jundi mengangguk. Pemuda itu juga tak lupa membawa obat pil nya di tangan kanannya.

"Nanti gue nyusul!"

"Iya.."

Entah mengapa rasanya, mood pemuda itu sering berganti secara mendadak. Tak seperti tadi pagi yang terlihat ceria dan penuh senyuman. Kini malah berbanding terbalik menjadi Jundi dengan wajah datarnya.

Langkah kakinya perlahan berjalan menuju ke halaman belakang kelas. Di sana hanya tersedia satu buah kursi yang waktu itu ia tempati.

Pemuda tersebut menyandarkan punggungnya ke penumpu kursi. Keadaan belakang kelas sangatlah sepi, sangat berbeda lagi dengan kantin. Dengan bantuan sebuah botol yang ia bawa, Jundi menelan sebutir obat pil yang berada di telapak tangannya.

Semenjak sampai di gerbang tadi pagi, rasanya kepala pemuda itu bak ingin pecah. Untung saja rasanya tak separah semalam.

Jika dipikir-pikir sepertinya ada yang salah dengan dirinya. Bukan tentang penyakitnya, melainkan keadaan dirinya dimalam hari.

Luka sayatan di tangannya semakin siang semakin terlihat. Banyak sekali goresan yang entah terbuat dari apa terlukis indah disana.

Apakah ia harus berbicara dengan ayah? Atau mama?

Tapi menurutnya hal tersebut tak perlu. Yang ada ia malah menjadikan situasi yang tidak penting ini menjadi masalah. Sebisa mungkin pemuda itu mencari tahu sendiri.

About Jundi || Renjun [END]✔Where stories live. Discover now