BAGIAN 28. TERUNGKAP SUDAH

4K 421 7
                                    

Double update ya~
Baca chapter sebelumnya dulu hehe

~ Happy Reading ~

Sebuah kertas yang berada di genggamannya kini mampu menjelaskan semuanya. Tentang rasa penasaran dan juga takut, semuanya sudah terungkap. Dan inilah yang ia takuti, sekarang benar-benar terjadi.

Pemuda itu tengah berada di dalam kamarnya sambil meremas sebuah kertas yang berasal dari rumah sakit jiwa, tempat seorang psikiater yang tadi menanganinya bekerja. Sebuah ungkapan dan juga sisi buruk pemuda itu kini sudah terlihat jelas.

Yang ia takuti hanya satu, bagaimana jika suatu hari salah satu keluarganya terkena imbas akibat ulang jiwa yang lain dalam tubuhnya. Bagaimana jika salah satu orang yang ia sayang akan habis di tangannya sendiri. Mungkin jika hal itu terjadi Jundi sama sekali tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri, sampai mati pun tak akan pernah. Atau bahkan akan terarah ke pikiran bunuh diri.

Ayah bahkan tadi sedikit terkejut saat mendengar ucapan sang dokter. Saat mengetahui putranya ternyata memiliki penyakit mental yang ia bangun sejak usia dua belas tahun. Pria itu tak habis pikir jika semuanya akan terjadi seperti ini.

Dan kenapa selama itu baru terungkap sekarang? Malam itu ayah terkejut bukan main. Mama dan Jeevan masih berada di rumah sakit, sedangkan ayah bersama Jundi sudah pulang kerumah atas kemauan sang sulung.

Pemuda itu mengunci dirinya dikamar. Entahlah untuk bertemu orang-orang ia menjadi takut. Takut jika hal-hal fatal akan kembali ia ciptakan.

Saat perjalanan pulang tadi, Jundi mendengar cerita ayah tentang suatu malam yang membuatnya selalu bangun dalam keadaan yang berantakan. Sungguh tak habis pikir mengapa ia bisa menjadi seperti itu, bahkan sudah begitu lamanya.

Untuk bersosialisasi dengan orang-orang luar mungkin didetik ini tak akan bisa ia lakukan sampai kapanpun. Untuk memberitahu para temannya saja ia ragu bagaimana nanti respon yang terjadi. Apakah mereka akan menerimanya atau malah sebaliknya?

Ia tak ingin kehilangan sahabat yang baik seperti mereka. Candra yang selalu mentraktir mereka, Liam yang sesekali mengajari mereka untuk bertarung, Hanif dengan tingkah randomnya, dan Nadil yang selalu ada disaat Jundi membutuhkan teman, baik dikelas maupaun saat berada dilingkungan rumah.

Atau mulai sekarang ia harus memutuskan kontak dari mereka?

Tidak mungkin, Jundi tak akan bisa melakukan hal seperti itu. Apalagi mengingat saat malam hari Nadil menginap dirumahnya itu saat dirinya diluar kendali. Bagaimana jika Nadil membicarakan dengan para temannya? Atau bagaimana jika lelaki itu hanya diam saja saat bertemu dengannya.

Bahkan sehari ini Nadil mengiriminya pesan hanya sekali. Ah entahlah, pemuda itu semakin pusing.

Sebuah perban yang merekat di lengannya ia buka perlahan. Terlihat banyak sekali luka goresan yang entah digunakan dengan apa. Tak peduli jika harus sakit lagi terkena basahnya air saat mandi.

Jundi menatap sebuah buku pelajaran yang berada di atas kasurnya. Mungkin mulai detik ini ia memilih untuk tak terlalu bergaul dengan mereka. Bukan apa, ia hanya takut jika suatu saat akan melukai semuanya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mampu membuatnya langsung menoleh ke arah sumber suara. Setelahnya terdengar dengan jelas panggilan dari luar yang pastinya berasal dari ayah.

Sejak pulang dari rumah sakit jiwa tadi, Jundi langsung pergi masuk kedalam ruangan kamarnya sendiri. Pemuda itu mengunci diri didalam kamar dan tentunya mengundang pikiran negatif dari sang ayah. Kali ini pria itu akan memastikan bagaimana keadaan sang sulung.

About Jundi || Renjun [END]✔Where stories live. Discover now