BAGIAN 22. PERTANYAAN YANG MENGGANJAL

2.6K 394 5
                                    

~ Happy Reading ~



Sore ini terasa cukup melelahkan. Jundi baru saja pulang dari bekerja di montir untuk pertama kalinya. Untung saja tadi ia tak membuat kesalahan hingga tak perlu dimarahi oleh bos barunya.

Matahari hampir tenggelam. Para burung-burung juga berterbangan kembali ke sarangnya masing-masing. Seperti manusia, hewan juga akan kembali ke rumahnya sendiri.

Celana pemuda itu terkena sedikit air hingga membuatnya menjadi basah. Ia pikir esok akan membawa baju ganti untuk bekerja agar tak mengotori seragam sekolahnya.

Helaan napas terdengar saat ia sudah berada dihalaman rumah. Pemuda itu sedikit lega karena akhirnya ia sampai di tempat tinggalnya. Jundi langsung melepas sepatu dan kaus kakinya setelah sampai disana.

Saking terasa lelahnya, ia bahkan langsung berjalan ke arah kamar dan merebahkan tubuhnya disana. Rasanya lega sekali setelah sampai di tempat yang berbau khas miliknya. Pemuda itu masih belum mengganti baju.

Suara adzan berkumandang kini terdengar. Matahari sudah hampir sepenuhnya tenggelam di laut barat dan akan segera digantikan oleh sinar bulan. Pemuda itu memejamkan matanya perlahan karena saking lelahnya. Namun karena ia teringat jika harus segera mandi dan melaksanakan sholat Maghrib. Jundi lantas segera beranjak dari ranjangnya.

Rasa pusing masih setia menetap di kepalanya. Entah kapan hal ini akan berakhir. Ia bahkan tak meminum obat untuk hari ini.

Menurutnya jika terus menerus mengonsumsi obat-obatan tersebut, yang ada ia akan ketergantungan dengan pil-pil yang ia telan setiap harinya. Entah bagaimana Jundi bisa yakin jika lelaki itu akan segera sembuh, bisa tak bisa harus ia lakukan.

Harapan orang tua adalah anaknya.



---



Malam ini sama sekali tak terlihat para bintang-bintang yang biasa menghiasi angkasa. Namun sinar bulan masih terlihat separuh karena tertutup oleh awan. Mungkin malam ini hujan akan kembali turun.

Setelah pulang sekolah, pemuda itu sama sekali belum bertemu dengan sang mama dan juga Jeevan. Hanya terlihat ayah yang tadi tengah tertidur pulas di atas sofa.

Pemuda itu melepas sebuah peci yang terpasang sempurna diatas kepala. Langkah kakinya kini bergerak menuju ke lantai atas.

Di ruang tengah sama sekali tak ada orang, terlihat sepi. Hanya suara kipas yang masih menyala di tempatnya. Mungkin adiknya lupa untuk mematikan benda itu.

Bau harum yang pastinya ia tahu apa, kini tercium di hidungnya. Bahkan aroma dapur saja bisa sampai di ruang keluarga ini. Pemuda itu segera mematikan kipas yang sedari tadi menyala. Lalu kemudian terdengar suara panggilan yang berasal dari arah dapur.

Ah iya, perut pemuda itu bahkan belum diisi sejak siang tadi. Rasa panas kini pun mulai menjalar diperutnya sebab tak ia isi makan.

Karena paham dengan suara panggilan dari ayah, pemuda itu langsung berjalan kembali menuju ke dapur. Aroma sedap masakan mama kini kian menyergak di Indra penciumannya.

"Kak, ayo makan!"
Mendengar ajakan sang adik tentunya tak dapat ia tolak. Pemuda itu mengambil duduk di sebuah kursi yang masih kosong. Dilihatnya sebuah sup ayam yang tentunya terlihat lezat.

About Jundi || Renjun [END]✔Where stories live. Discover now