BAGIAN 31. SAKIT YAH...

5.8K 449 9
                                    

Double up^^

~ Happy Reading ~

Malam hari ini rasanya sangat-sangat berbeda. Keringat mulai berkeluaran dari tubuh seorang pemuda yang kini tengah berada tepat dihadapan sebuah kipas didalam kamar. Padahal hawa dingin selalu datang pada saat malam hari.

Menurut Jundi, mungkin ini semua karena dirinya terlalu kelelahan sejak pagi tadi. Hari ini saja bahkan ia sudah mimisan sebanyak dua kali. Saat pagi hari dan juga saat pulang bersama Nadil tadi.

Namun untungnya yang kedua kali tidak disertai dengan gejala sakit kepala sehingga hal itu tak mengganggu aktivitas Jundi saat berada didalam rumah.

Sore tadi mama sempat menanyai kemana saja ia pergi hingga pulang harus bertepatan dengan adzan Maghrib yang berkumandang. Tentu saja pemuda itu bohong jika ia tengah pergi bermain bersama para sahabatnya.

Saat itu juga mama langsung mengomel dan memarahi Jundi dengan kata-kata pedasnya. Untung saja hal itu tak berlangsung lama saat Jundi memberikan satu kotak martabak untuk mama. Jeevan juga sengaja ia belikan, melihat akhir-akhir ini adiknya yang juga tak terlalu dekat dengannya.

Jeevan tadi sedang berada dikamar mengganti pakaian sehingga terpaksa ia titipkan martabak pemberian nya kepada mama untuk sang adik.

Keringat dingin kini menetes di pelipisnya, berhasil membuat basah sebuah kaus yang ia gunakan. Tidak biasanya hal seperti ini terjadi.

Jika tentang kelelahan jujur Jundi sama sekali tak merasakannya untuk hari ini. Lelaki itu sangat menikmati pekerjaannya sebagai seorang montir walaupun hanya kurang lebih sekitar dua jam saja.

Jika dipikir-pikir, menghindari para sahabatnya memang sangat sulit. Setiap detiknya ia harus kepikiran bagaimana jika nanti semua temannya akan marah kepada dirinya karena terkesan tak terlalu ramah. Hanya Nadil saja yang melihat senyumannya.

Mungkin menghindari mereka sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Padahal Jundi ingin sekali bermain bersama semua temannya  seperti dahulu. Namun kata dokter bisa kapan saja hal-hal yang tidak diinginkan muncul. Seperti malam itu.

Manik matanya menatap sebuah kertas yang sengaja ia lusuhkan semalam. Moodnya kembali hilang ketika mendengar perkataan sang psikiater semalam. Walau rajin terapi, jika tuhan berkehendak lain maka semuanya akan percuma.

Pemuda itu merebahkan tubuhnya diatas ubin keramik yang dingin bertujuan untuk mengurangi keringatnya. Padahal sepulang dari kerja tadi ia sama sekali tidak melakukan aktivitas yang berhubungan dengan fisik.

Dadanya sedikit terasa nyeri, seperti setiap denyutannya membuat rasa sakit yang tercipta. Entahlah tentang penyakit fisiknya ia sama sekali tak terlalu memperhatikan. Walaupun diperiksa yang ada hanyalah membuang uang saja. Semuanya akan sia-sia.

Pemuda itu memegangi lehernya guna menghapus air keringat menggunakan tangannya.

Diambilnya ponsel yang berada di atas kasur, pemuda itu kemudian menyalakan data seluler dan menerima banyak sekali notifikasi panggilan tak terjawab dari ayah. Ini memang kesalahan nya yang sudah membuat ayah khawatir akan keadaanya diluar. Jundi bahkan harus mencari alasan lain agar bisa menutupi pekerjaan dari semua orang terdekatnya.

Seharian ini ia sama sekali belum bertemu dengan Jeevan. Atau mungkin Jundilah yang terlihat sangat sibuk sehingga tidak memilik waktu untuk bertemu dengan adiknya.

Bukan hanya itu, ia bahkan seringkali lupa untuk memberi makan ayam kesayangannya dibelakang. Akhir-akhir ini Jundi jarang sekali bertemu dengan Aceng. Kurang lebih sekitar tiga-empat harian mungkin.

About Jundi || Renjun [END]✔Where stories live. Discover now