part 14

371 56 4
                                    

Jin Guang yao berjalan bersama beberapa orang yang mengikutinya di belakang. Mereka berjalan dengan tergesa-gesa melewati kota. Seolah mereka tidak ingin terlihat oleh siapapun.
Mereka terus berjalan meningalkan kota. Melewat hutan dan beberapa desa kecil.

Jin Guang yao "tunggu. Kita harus membeli beberapa barang. Ayo pergi ke pasar"
Para penjaga hanya mengangguk dan mengikuti kemanapun langkah Jin Guang yao.

Setelah mendapatkan barang yang ia butukan Jin Guang yao bersama para penjaganya melanjutkan perjalanan. Mereka terus berjalan sampai akhirnya Jin Guang yao berhenti didepan salah satu rumah yang sama sekali sudah tidak asing lagi baginya.
Ia tersenyum singkat dan membenarkan topi di kepalanya sebelum melangkahkan kali masuk pagar rumah itu.

Baru beberapa langkah melewati pagar ia langsung bisa mendengar suara seperti benda jatuh yang sangat keras dan diiringi dengan teriakan mengerikan.
Para penjaga gemetar mendengar suara suara itu, wajah mereka pucat dan panik melihat kesana dan kemari. Khawatir sesuatu tiba tiba datang dan menyerang mereka. Reaksi mereka benar-benar berbeda dengan tuannya. Jin Guang yao malah tersenyum dan berjalan mendekati suara itu.

Saat Jin Guang yao sudah semakin dekat dengan asal suara suara mengerikan itu matanya langsung tertuju pada sekelumpok mayat yang sedang bertarung dan saling memakan. Mengerikan dan menjijikan.

Jin Guang yao sedikit mengerutkan keningnya saat melihat salah satu mayat sedang memakan usus dari mayat lain dengan sangat lahap. Seolah mereka belum pernah menyentuh makanan 1tahun lamanya. Ia merasa ingin muntah dan dengan segera mengalihkan pandangannya dan lebih memilih mencari sosok yang familiar dengannya. Sosok yang sangat ingin ia temui.

Kedua bola matanya sibuk menelusuri seluruh sudut area itu, dan dengan tiba tiba ia tersenyum.
Pandangannya langsung terikat pada seseorang yang sedang duduk bersandar pada pohon mengawasi sekelompok mayat yang sedang saling memangsa itu.
Ia tersenyum semakin cerah dan berjalan menghampiri sosok tersebut.

Sebelum ia melangkahkan kakinya ia menengok kebelakang dan memberi perintah kepada para penjaganya "pergilah. Bawa barang barangnya masuk rumah itu itu dan tunggu disana".

Jin Guang yao "aku belum pernah melihat mayat mayat itu"

Xue Yang "tentu saja. Aku baru membuatnya kemarin"

Tiba tiba Xue Yang berdiri dan berteriak. Membuat Jin Guang yao terkejut dan dengan reflek memundurkan kakinya beberapa langkah dari lelaki itu.
"Bajingan... tidak berguna..
Xue Yang mengeluarkan pedangnya dan langsung mengayunkan pedangnya kearah sekelompok mayat itu.
Hanya dalam sekali tebasan jarak jauh sekelompok mayat ganas yang saling memangsa tadi langsung tumbang tak bergerak.

Jin Guang yao mengerjapkan mata. Ia sedikit lega bukan dirinya lah yang membuat Xue Yang marah. Jika tidak... mungkin bukan kepala para mayat menjijikan itu yg mengelinding. Namun miliknya. "mengapa kau membunuh mereka"

Xue Yang "apa kau tidak melihat. Mereka benar benar tidak berguna. Sialan...! aku menghabiskan waktu untuk hal hal yang tidak berguna seperti itu. Bajingan!!!"

Jin Guang yao "kau tidak membuang-buang waktu. itu sudah lebih baik dari yang terakhir. Mereka terlihat cepat dan kuat"

Xue Yang "mereka hanyalah binatang kelaparan. Hanya bergerak untuk makan. Tidak ada yang berguna dari mahluk seperti itu".

Jin Guang yao "tidak perlu bekerja terlalu keras. Kita masih memiliki waktu. Ayo makan. Aku membawa beberapa makanan tadi."

Xue Yang "kau datang hanya untuk itu?"

Jin Guang yao "Tentu saja tidak. Apa kau memiliki waktu besok?"

Xue Yang "tidak peduli apapun. Aku harus setuju kan?"

Jin Guang yao tersenyum "ayo."

Dengan begitu mereka berjalan memasuki rumah. Xue Yang langsung duduk di meja makan dan membiarkan Jin Guang yao yang notabennya adalah seorang tamu menyiapkan segalanya untuk makan mereka berdua.
Jin Guang yao tidak memprotes apapun. Ia sudah terbiasa dengan itu.

Setelah Xue Yang setuju bekerja sama dengan mereka Jin Guang yao rutin mengunjungi Xue Yang setidaknya 1 bulan sekali. Entah itu untuk urusan penting atau hanya sekedar berkunjung.

Beberapa waktu sudah bekerja sama entah bagaimana mereka menjadi dekat sekarang.
Xue Yang masih sangat dingin dan brutal seperti biasa. Tpi dia tidak pernah sekalipun melukai atau pun mengancam Jin Guang yao. Bahkan Xue Yang beberapa kali membelanya. Meskipun mungkin bagi Xue Yang itu hanyalah sebagian dari pekerjaannya, atau bahkan dia hanya ingin bersenang senang dengan membunuh orang.

Tapi bagi Jin Guang yao itu memiliki makna yang lebih dalam. Terlebih Xue Yang sedikit demi sedikit mulai terbuka padanya. Itu membuatnya benar benar senang. Ia bisa mengenal Xue Yang lebih dalam lagi dan ia juga nyaman membicarakan hal hal lain kepadanya. Mungkin Xue Yang mulai bisa membuka dirinya pada orang lain. Atau mungkin Xue Yang mulai menerimanya sebagai teman. Atau... Xue Yang hanya bersenang senang menceritakan kisah kisahnya. Apapun itu. Ia senang. Ia sudah puas hanya mendengar Xue Yang bercerita.

Jin Guang yao sudah menjadi anak terbuang sejak kecil. Hanya ibunya lah satu satunya orang yang membelanya dahulu. Namun saat ibunya pergi, tidak ada lagi yang menjadi pilar bagi Jin Guang yao. Ia harus bertahan hidup layaknya seekor anjing yang menjilati sepatu tuannya. Dan menyedihkannya, ia harus bertahan hidup dengan cara menjilat sepatu ayah kandungnya sendiri.

Memiliki seseorang yang membelanya, seseorang yang dapat mendengarnya, seseorang yang bisa berbicara santai dengannya sangatlah berarti bagi Jin Guang yao.
Apapun alasannya....
Seolah kekosongan di dalam dirinya terisi kembali.
Mungkin itu lah yang membuatnya nyaman berada didekat Xue Yang.

Jin Guang yao meletakan semua makanan yang telah ia siapkan di atas meja di depan Xue Yang. Ia bahkan menyiapkan piring dan minum untuk lelaki itu.

Jin Guang yao "ayo makan."
Xue Yang dengan semua kesopanannya langsung menyumpit makanan di depannya dengan tenang tanpa mengucapkan terima kasih atau apapun itu.
Ia membolak balik makanan dimeja itu dan beberapa kali menyumpit dan memasukkannya ke mulut. Entah sejak kapak Xue Yang menjadi sangat pemilih soal makanan. Padahal dulu. Mendapat sepotong roti basi saja sudah sangat berarti baginya.

Jin Guang yao sudah terbiasa dengan itu. Jadi ia sama sekali tidak memperdulikannya dan makan dengan tenang.

Saat sedang makan Xue Yang secara tidak sengaja melihat memar biru di pelipis Jin Guang yao yang tidak tertutupi oleh topi secara sempurna.
Xue Yang menyeringai sekilas "siapa yang melakukannya?"

Jin Guang yao yang tidak mengerti langsung menatap Xue Yang, dan dibalas Xue Yang yang menatap pelipisnya.

Jin Guang yao menyadari sesuatu dan membenarkan posisi topinya.
Jin Guang yao "bukan apa apa. Ini sudah beberapa hari lalu"

Xue Yang "jadi si tua bangka itu yang melakukannya? Kau ingin aku membunuhnya? Menjadikannya salah satu koleksi mayat ku?"

Jin Guang yao tersenyum "tidak perlu. Tidak sekarang setidaknya"

Xue Yang "katakan padaku kapan pun itu."

Jin Guang yao hanya tersenyum menanggapai Xue Yang. Dia memang tidak pernah mendapat perlakuan baik dari ayahnya itu. Tapi membunuhnya. Ia harus memikirkannya kembali. Setidaknya untuk saat ini. Tidak perlu terburu-buru.

Jin Guang yao "Xue Yang...."

"Emm..." Xue Yang menjawab sekedarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari mangkuk dihadapnnya.

"Boleh aku tanya sesuatu?" Jin Guang yao bicara pelan takut pertanyaannya nanti akan mengganggu suasana hati Xue Yang.

Xue Yang "Sejak kapan kau perlu ijin dari ku... (mengambil suapan kembali dari mangkuknya) "apa?"

Jin Guang yao meletakkan sumpitnya dan duduk dengan tegak menatap Xue Yang. "Seseorang yang kau ceritakan padaku beberapa waktu lalu. Boleh aku tau siapa dia? Apa aku mengenalnya?" Sepertinya dia sangat berarti untukmu..."

BERSAMBUNG.

Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)Where stories live. Discover now