part 42

180 25 1
                                    

Jin Guang Yao kembali duduk dengan kesal "sialan. Kau benar benar sialan. Ahh sial sekali aku berurusan dengan mu." Dasar bocah sialan"

Xue yang hanya menyeringai melirik temannya yang sedang menggerutu itu. Kebodohan temannya itu terkadang benar benar menghiburnya.

Disisi lain Xing Chen masih meringkuk dalam kegelapan. Lampu ruangan itu tak dinyalakan. Matahari juga sudah tak memancarkan sinarnya lagi. Membuat ruangan itu benar benar hampa cahaya.

Xing Chen meringkuk. Tangan menutupi wajahnya. Dengan tubuh yang bergetar dia terus menyebut nyebut nama ZiChen. Dia terus memohon maaf kepada pemilik nama itu yang bahkan entah orangnya ada di mana.

Xing Chen benar benar kehilangan dirinya. Dia tidak perduli pada apapun atau bahkan sekedar pada tubuhnya sendiri. Dia mengabaikan segalanya.

Sejak siang tadi beberapa pelayan datang menawari Xing Chen berbagai hal yang mungkin dia butuhkan. Atau sekedar bertanya apa dia baik baik saja.
Tapi Xing Chen benar benar mengabaikan mereka. Dia tetap berada dalam posisinya dan terus menerus menyebut nyebut nama Zichen.

Hingga mentari mulai kembali menerobos masuk kamarnya. Xing Chen masih dalam posisinya dan tidak memiliki niat untuk sekedar beranjak sekalipun.

Xing Chen dipenuhi dengan ketakutan. Ketakutan bahwa Song Lan akan meninggalkannya. Ketakutan bahwa kali ini Song Lan akan pergi dan tak pernah kembali.

Xing Chen tidak berani membuka matanya. Dia takut melihat dunia. Dia takut melihat kenyataan yang akan mendatanginya. Dia belum siap menerima segala hal yang telah dan akan terjadi pada hidupnya.

Xing Chen terus berbaring disana dengan semua pikiran kalutnya.
Hingga akhirnya dia merasakan sebuah tangan mengelus lembut kepalanya. Meski masih dalam ketakutan dia memberanikan diri membuka matanya perlahan.

Indranya menangkap sesosok pria tampan yang berjongkok di depannya sambil mengelus lembut kepalanya.

Xing Chen langsung duduk dan memeluk erat sosok itu. Dia kembali terisak dalam bahu pria itu.

Song Lan. Sosok pria yang didekap erat oleh Xing Chen itu hanya tersenyum tipis sambil menepuk nepuk ringan punggung pria rapuh dipelukannya itu.

Song Lan pun tidak terlihat baik. Wajahnya pucat. Dan dia terlihat sangat kelelahan. Seolah dia telah menguras habis tenaganya dan tidak beristirahat sedikitpun.

Song Lan "penjaga bilang kau tidak mau makan"

Xing Chen mengabaikan perkataan Song Lan. Ia masih terus memeluk erat pria itu dan menangis disana.

Song Lan "berhenti menyiksa diri mu sendiri"
Song Lan mendorong pelan tubuh Xing Chen mencoba melepaskan dekapan pria itu.

Xing Chen menyerah. Dia duduk lemas menatap pria dihadapannya itu dengan mata yang sangat sembab.

Song Lan "makanlah. Aku membawakan itu untuk mu"
(Matanya mengarah pada nampan di atas meja)

Xing Chen "kau dari mana saja?"

Song Lan "makanlah selagi panas"

Xing Chen "apa kau sangat marah padaku?"

Song Lan "mau makan atau tidak?"

Xing Chen "kau pasti sangat membenci ku sekarang"

Song Lan menarik napasnya. Dia berdiri hendak meninggalkan kamar itu.
Xing Chen yang menyadari hal itu langsung buru buru berdiri dan memeluk pria itu dari belakang.
Dia kembali terisak. Dia menumpahkan seluruh air matanya yang tersisa ke punggung lelaki yang berpakaian serba hitam itu.

Xing Chen "ku mohon...."

Xing Chen "ku mohon jangan tinggalkan aku lagi"

Xing Chen "aku tidak memiliki siapapun. Ku mohon"

Xing Chen "kau boleh marah padaku. Kau boleh menghukum ku. Tapi ku mohon.... Jangan tinggalkan aku"

Xing Chen "ku mohon.. Zichen... Ku mohon tetaplah bersama ku"

Song Lan hanya berdiri diam disana. Membiarkan Xing Chen menumpahkan semua semua sesak di dadanya. Song Lan hanya diam. Tidak berniat menjawab apapun. Saat ini. Dia sendiri juga sedang mengendalikan dirinya. Mengendalikan perasaannya.

Dia tidak ingin perkataan ataupun sikapnya akan memperburuk situasi Xing Chen. Itulah mengapa saat dia sudah membawa Xing Chen ke tempat ini yang dirasa akan aman untuk pria itu. Dia langsung pergi. Meluapkan semua amarah dalam dirinya. Apakah dia membenci Xing Chen? Tentu tidak. Dia hanya butuh waktu. Dia harap Xing Chen dapat memahami itu.

Xing Chen masih terus mendekap erat tubuh Song Lan dari belakang. Tidak membiarkan sosok itu bergerak sedikitpun. Song Lan beberapa kali mencoba melepaskan diri. Tapi Xing Chen semakin erat memeluknya dan semakin terisak di punggungnya.

Song Lan tidak bisa melakukan apapun. Dia tidak tega melihat Xing Chen seperti ini. Tapi dia juga tidak bisa membuka mulutnya.
Saat ini hati dan pikiranya masih di penuhi dengan kenangan Xue Yang yang mencium Xing Chen. Dan Xing Chen yang diam saja tidak melakukan apapun.

Dia tidak tau apa yang terjadi. Dia marah karna tidak tau apa yang terjadi. Dia membenci keadaan ini. Dan dia membenci dirinya sendiri yang tidak memahami apapun yang terjadi. Dia membenci dirinya sendiri yang telah membiarkan Xing Chen mengalami hal mengerikan ini.

Memikirkan semua itu. Ditambah Xing Chen yang terus terisak di punggungnya membuat dadanya semakin dan semakin sesak. Dia menarik napasnya dalam. Dan itu tidak membantu sama sekali.

Song lan memejamkan matanya dan membiarkan buliran bening mengalir dari pelupuk matanya. Dia tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Semakin dia berusaha baik baik saja. Semakin nyeri dadanya terasa.

Untuk beberapa saat ruangan itu benar benar hening. Hanya terdengar beberapa kali isakkan Xing Chen.
Tidak ada satupun dari penghuni ruangan itu yang membuka suaranya.

Song Lan membuka matanya. Sepertinya dia sudah bisa menenangkan diri. Dia menarik napasnya dalam sebelum berbalik menghadap Xing Chen.

Xing Chen menunduk. Dia tidak berani menatap sosok yang sedari tadi ia peluk itu. Ia tidak berani menatap mata sosok itu.

Song Lan "mau kah kau makan dulu"

Xing Chen masih diam menunduk.

Song Lan "mari kita bicara setelah makan"

Xing Chen menatap lekat mata song lan

Sing Lan "bukankah banyak hal yang ingin kau katakan padaku?"

Xing Chen mengangguk

Song Lan tersenyum tipis. "Ayo"

.
.
.

Mereka makan bersama. Mereka tidak keluar dari kamar itu. Song Lan membawa beberapa makanan baru ke kamar.

Bukan tanpa alasan. Terima kasih. Berkat Xue Yang. Mereka saat ini menjadi perbincangan hangat di penduduk sekitar.

Song Lan tidak ingin Xing Chen semakin terpuruk jika mendengar orang orang sedang membicarakannya. Meskipun dia sendiri tidak tau apakah yang mereka bicarakan benar atau salah.

Untuk beberapa saat ruangan itu sunyi. Hingga Xing Chen membuka suaranya.

Xing Chen "xue yang... Dia...."

Song Lan menatap Xing Chen lekat. "Jika kau belum ingin mengatakannya. Aku baik baik saja".
Tersenyum meyakinkan pria rapuh dihadapannya itu.

Xing Chen menggeleng. "Tidak. Tidak ada yg perlu disembunyikan"

Song Lan tersenyum. Meletakkan sumpit dan fokus pada Xing Chen.

Xing Chen "soal Xue Yang.... Sama seperti mu. Aku mengenalnya di gunung. Dia adik kecil kita"

Song Lan "sudah tidak ada lagi hal seperti itu"

BERSAMBUNG.....

Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)Where stories live. Discover now