part 27

252 36 0
                                    

Xue Yang tumbuh besar sendiri dengan menjalani kehidupan yang mengerikan itu. Ia belajar dari hidupnya. 'Jika tidak memiliki apapun kau bahkan lebih hina dari kotoran anjing'.

Xue Yang kecil terus bertekad pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjadi kuat. Sangat kuat. Sampai tidak ada seorang pun yang berani menyentuhnya. Bagaimana pun caranya.

Kehidupan mengajarkannya arti kekuatan. Kau tidak membutuhkan apapun di dunia ini. Pegang pedang mu dan tebas apa pun yang ada di depan mu. Selama kau kuat. Kau bisa mendapatkan apapun.

Namun hal itu mulai berubah saat ia bertemu Xiao Xing Chen.
Kehadiran Xing Chen benar benar merubah hidup Xue Yang. Meski tidak sepenuhnya. Setidaknya Xing Chen bisa sedikit memanusiakan Xue Yang.

Bersama Xing Chen, Xue Yang bisa mulai mengatakan apa yang ia inginkan alih alih menebaskan pedang untuk mendapatkannya.

Bersama Xing Chen, Xue Yang bisa melihat dunia dalam sudut pandang yang lain.

Bersama Xing Chen, Xue Yang bisa merasakan apa yang selama ini tidak pernah ia rasakan.

Dan bersama Xing Chen, untuk pertama kalinya Xue Yang memiliki tujuan hidup dimasa depan.

Xue Yang menjalani kehidupannya jauh lebih baik ketika Xing Chen bersamanya. Ia tertawa, merengek, merajuk, bahkan menangis bersama Xiao Xing Chen. Hal yang belum pernah Xue Yang alami dan tidak akan pernah ia lakukan dengan siapapun.

Xiao Xing Chen pun merasakan hal yang sama. Baginya Xue Yang adalah rasa baru dalam hidupnya. Xue Yang adalah kombinasi rasa manis dan pahit baginya. Hal itulah yang juga membuat Xing Chen semakin menggila terhadap lelaki itu.

Xing Chen tidak pernah bertindak tanpa memikirkan orang lain. Dia selalu mengutamakan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Dia tidak memiliki hasrat dan keinginan apapun. Dia hanya mendedikasikan hidupnya untuk membantu orang lain. Itu cukup membuatnya bahagia.

Namun Xue Yang. Itu berbeda baginya. Xue Yang dengan mudah bisa mematahkan prinsipnya. Awalnya Xing Chen hanya bersimpati pada Xue Yang. Bagaimanapun mereka pernah berguru pada guru yang sama. Baoshan Sanren. Meski Xue Yang tidak bertahan lama. Tidak sampai 1 tahun. Alasan mengapa ia pergi tidak ada seorangpun yang tau. Gurunya pun tidak pernah mengatakan apapun tentang itu.

Sedikit aneh. Karna di perguruan mereka semua murid akan secara naluri menjadi saudara. Jadi jika ada yang datang ataupun pergi mereka akan mengetahuinya dengan pasti. Namun Xue Yang sejak awal telah menjadi pengecualian. Kedatangannya misterius. Dia juga tidak dekat dengan siapapun. Setiap ada yang mencoba mendekat padanya, dia akan langsung mengusirnya dengan kata kata tajamnya.

Dia selalu ambisius. Ingin mengalahkan siapapun dan berdiri dipuncak tertinggi. Sebenarnya keangkuhannya sebanding dengan kemampuannya. Dia cukup cepat menguasai berbagai teknik yang di ajarkan guru. Kekuatannya juga tidak bisa di anggap remeh. Namun karna sikapnya itu, dia tidak memiliki siapapun disisinya. Dia selalu sendiri. Jadi saat dia tiba tiba pergi juga tidak ada satupun yang mengetahui.

Xing Chen bukan tak pernah mencoba mendekat padanya. Dia mencoba. Xing Chen merasa sebagai senior dia harus menjaga adik seperguruannya. Terlebih sejak pertama datang Xue Yang sudah menarik perhatiannya. Namun saat itu ia tidak mengerti dengan pasti apa yang ia rasakan. Ia hanga menganggap bahwa itu adalah rasa simpatinya terhadap adik seperguruannya itu. Xing Chen merasa bahwa Xue Yang  hanya mencoba membangun tembok dalam dirinya sendiri.

Selalu berkata kejam. Tidak membiarkan siapapun mendekatinya. Menyerang di setiap saat.
Xing Chen bisa melihat bahwa anak itu sebenarnya kesepian. Namun seperti yang lain. Xing Chen pun langsung ditolak saat mencoba mendekatinya. Dia tidak langsung menyerah. Xing Chen masih terus mencoba mendekatinya disetiap ada kesempatan. Namun tiba tiba Xue Yang menghilang. Pergi dan tak pernah kembali.

Begitulah awal pertemuan singkat mereka. Sejak kepergian Xue Yang yang tiba tiba dan Xing Chen yang tidak pernah turun gunung. Membuat mereka tak pernah bertemu lagi bahkan saling tidak tahu kabar satu sama lain.
Sebelum akhirnya Xing Chen bersama sahabatnya Song Lan memutuskan untuk turun. Dan mulai bertemu kembali dengan Xue Yang.

Namun saat ini perasaannya terhadap Xue Yang benar benar berubah. Tidak ada lagi simpati. Tidak ada lagi saudara seperguruan. Tidak ada lagi teman. Dia menginginkan Xue Yang. Menginginkan Xue Yang seutuhnya. Itu adalah untuk pertama kalinya Xiao Xing Chen merasakan gejolak dalam hatinya. Merasakan dirinya benar benar menginginkan sesuatu. Merasakan dirinnya seolah bisa mengorbankan apapun untuk lelaki itu.

Dia ingin Xue Yang. Dia ingin memiliki lelaki itu. Dia akan melakukan apapun untuk lelaki itu.
Dia bahkan bersumpah pada dirinya sendiri. Selama Xue Yang juga masih menginginkannya dia akan melakukan apapun untuk melindungi lelaki itu.

Xing Chen menghentikan lumatannya saat dirasa lelaki didepannya itu sudah kembali kehabisan oksigen. Ia tersenyum. Kontrol pernapasannya memang jauh lebih baik dari kekasihnya itu. Mungkin karna sejak kecil ia sudah melatih pernapasannya untuk kultivasi.

Xing Chen yang setengah duduk bersandar pada kepala ranjang itu mendorong pelan pinggang Xue Yang yang sedang duduk di atas perutnya. Dia memberikan waktu pada kekasihnya itu untuk menormalkan napasnya.
Selagi menunggu Xing Chen memandangi tubuh lelaki di depannya itu yang sudah tampak berantakan oleh ulahnya.

Rambutnya mengembang lucu. Bibirnya lebih berisi dari sebelumnya, dan bajunya juga sudah setengah terbuka. Jangan lupakan tanda kemerahan yang memenuhi leher dan dada lelaki manis itu. Selimut? Jangan tanyakan. Selimut itu sudah terlempar jauh dari ranjang entah sejak kapan.

Xing Chen memandangi tubuh lelaki manisnya itu beberapa detik dan tersenyum. Dia bangga dengan karyanya.
Sementara Xue Yang.... dia tidak mengatakan apapun. Meski dia menikmati permainannya dengan Xing Chen malam ini. Namun dia cukup pendiam. Dan itu sangat tidak normal seorang Xue Yang bisa jadi sependiam ini didepan Xing Chen.

Xing Chen menyadari hal itu. Dia tersenyum manis selagi mengelus ringan pinggang lelaki yang sedang duduk di atas perutnya itu.
Xing Chen membenarkan posisi duduknya. Sehingga sekarang mereka duduk berhadapan di atas ranjang. Dia tidak ingin melanjutkan aksinya. Dia merasa baik dirinya maupun Xue Yang sama sama belum siap dengan hal itu. Terlebih sepertinya situasi hati Xue Yang saat ini sedang tidak baik.

Our Secret Story (Xue Yang ● xiao Xing Chen)Место, где живут истории. Откройте их для себя