28.one chance

4.4K 374 21
                                    

"Jung jeno? Jung Minhyung?"

Jeno tersenyum miring lalu mendekat ke arah saudara sahabatnya tersebut sedangkan Mark hanya diam memperhatikan gerak-gerik sang adik.

"Apa yang kalian lakukan disini?"

Jeno menggeser tubuh sang kakak menyamping seakan-akan memberi isyarat menyuruh nya untuk mengambil sesuatu.

Mark mengangguk paham dan pergi ke arah pintu keluar , ya seperti babu.. Mau saja di suruh-suruh.g

"Apakah kalian ingin bertemu dengan Haechan?"

Johnny yang mulai tertarik dengan pembicaraan ini segera menatap Jeno intens "hm?"

"Aku akan memberitahu kalian, awalnya aku membiarkan kalian mencari tau sendiri namun apa? Kalian lama sekali bergerak," decih Jeno di bagian akhir kalimatnya.

"Kalian seperti batu, diam tak bergerak. Sedangkan nyawa anak itu seperti air yang terus berjalan"

Taeyong terdiam mendengar penuturan remaja yang ada di depan nya ini, otak nya kembali memutar maksud dari perkataan Jeno.

"Apa maksudmu?"

"Maksudmu Haechan—"

Tap..tap..tap..

Astaga kepala Johnny merasa pusing saat ini, mungkin bukan hanya Johnny saja akan tetapi semuanya.

"Oh tuhan siapa lagi ini" gumam Taeyong lelah.

"Bagaimana Hyung?" Sapa Jeno kepada satu orang yang usianya masih tidak berbeda jauh dengan nya.

Tunggu, Johnny seperti pernah melihat wajah rupa remaja muda ini.. akan tetapi dimana ia waktu itu bertemu?

Mark menyenggol tangan orang yang ada disampingnya, sontak membuat sang empu gelagapan "A-ah, perkenalkan namaku Lee Hanji.. aku dahulu pernah bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Tuan Lee, sudah terlampau cukup lama."

Johnny melirik Taeyong sekilas "lalu?"

Pria yang bernama Han itu pun segera menghela nafas pelan, bagaimana pun juga ia harus memberitahu kan surat yang hanya titipan ini kepada pemilik seharusnya bukan?

Walau susah menjelaskan, namun ia berusaha memulai semua dari awal hingga akhir sampai tidak ada yang terlewatkan.

Mereka mendudukkan diri di sebuah taman dekat rumah sakit yang lumayan sepi sudah 3jam lamanya, pemandangan nya yang indah dengan suasana musim gugur membuat keadaan di taman itu menjadi nyaman. Seperti perasaan kepada mu.g

Dugg

Taeyong yang sedari awal sudah berish keras tak ingin mendengar kelabuhan itu ia berdiri sedari tadi, namun sebenarnya ia juga mendengar percakapan serius itu.

Matanya membola tak percaya mendengar pernyataan yang susah di pahami itu.

"A-apa?"

"Jadi h-haechan bukan adik kandung ku?.." Ujar jaehyun pelan menatap selembar kertas yang sudah usang.

"Iya, bagaimana pun juga aku harus memberikan ini bukan?" Kekeh Han pelan "bagaimana pun aku tidak ada hak untuk menyimpan ini"

Ketujuh kakak beradik itu hanya terdiam memandangi kertas kuning yang masing bersih, sangat terlihat jika itu terawat sangat amat.

Han tersenyum tipis melihat reaksi kakak dari Seseorang yang pernah ia tolong waktu itu.

"Baiklah tugas ku sudah selesai disini,—"

Ucapan Han terpotong oleh Johnny "lalu apakah ada kabar Tentang h-haechan sekarang?"

Jeno tertawa.

My own, My home || Nct 127 [END]Where stories live. Discover now