Part 2

2K 445 26
                                    




"Makan di sini?" tanya Adel begitu mobil Arka berhenti di sebuah parkiran Restoran yang terlihat sangat ramai itu.

                Arka mengangguk sembari membuka kancing kemejanya, melepaskan kemejanya yang sudah tak rapi dan sedikit bau keringat. Arka menyemprotkan parfum disekitar tubuhnya yang cukup atletis itu, kemudian memakai kemeja putih yang Adel bawakan untuknya.

                Adel yang mengamati apa yang dilakukan saudara kembarnya itu, kini mengernyit curiga. Wajahnya menoleh ke bangku belakang, menatap pada sebuah buket bunga yang tergeletak di sana. "Itu bunga buat siapa?"

                Sambil merapikan rambutnya dan memandang wajahnya melalui spion mobil, Arka menjawab. "Elena."

                Melipat kedua tangannya di depan dada, dengan satu alis terangkat ke atas, Adel memandang Arka dengan tatapan curiga. "Pacar kamu?"

                Arka melirik padanya. "Bukan."

                "Terus?"

                "Temen."

                "Kok bawa bunga?"

                Arka menghela napas malas, lalu merangkum wajah Adel. "Adel, saudaraku sayang, coba kamu lihat itu." dia mengarahkan wajah Adel pada seluruh papan bunga yang mengelilingi restoran. "hari ini pembukaan restoran barunya, aku diundang, makanya bawa bunga."

                Adel mengamati sekitarnya, baru menyadari apa yang Arka katakan memang benar. "Kenapa nggak ajak Alma aja sih." decak Adel seraya menepis kedua tangan Arka. Sama seperti Papinya, Adel memang cenderung malas berada di keramaian seperti itu.

                "Udah. Tapi kan kamu tahu, dia nggak suka diajakin makan ke tempat kaya gini. Malah tadi yang ada aku nemenin dia makan mie instan di minimarket."

                "Terus, ngapain kamu ke kantor Polisi?"

                Ditanya seperti itu, Arka tersenyum geli. "Abis gebukin copet, terus ditangkap Polisi."

                Adel menatap Arka malas, lalu dari gerak-geriknya, Arka tahu dia akan mengeluarkan ponsel untuk menelefon orangtua mereka. "Papi udah tahu kok. Soalnya tadi Om Abi datang ke kantor Polisi buat ngelepasin aku sama Alma." Arka tidak lupa memerlihatkan senyuman miringnya yang menyebalkan.

Adel mendengus, lalu menjitak kepala Arka pelan.

                Kini Hamizan bersaudara itu melangkah beriringan memasuki restoran. Untung saja Adel sangat mengerti bagaimana selera kembarannya ini. Maka itu, saat mendengar Arka mengajaknya makan bersama di luar, Adel tahu tempat seperti apa yang akan mereka datangi. Jadi, dia memakai gaun hitam tanpa lengan yang hanya sebatas lutut. Rambutnya dia biarkan tergerai, ada kalung liontin yang tersemat di leher indahnya.

                Sembari memeluk lengan Arka, Adel melangkah santai dengan memasang wajah tenangnya yang terkesan angkuh. Berbanding terbalik dengan wajah saudara kembarnya yang tak henti-hentinya memasang senyuman ramah, bahkan menyapa beberapa orang yang dia kenali.

                Arka mengitari pandangannya ke sekitar, lalu dia menemukan sosok perempuan tinggi semampai, memakai gaun berwarna peach, berpenampilan indah serta elegan, sedang berjalan menuju ke arahnya. "Itu dia." Bisik Arka pada Adel. Adel menoleh pada Arka yang kini tersenyum ramah ke satu arah, dan hal itu membuat Adel menoleh ke arah yang serupa.

                "Hai, Ka." Sapa Elena ramah dengan suara merdunya yang mendayu.

                "Hai, El. Congratulation." Arka menyerahkan buket bunga itu pada Elena, kemudian mengeup pipi kiri dan kanan wanita itu.

MenungguWhere stories live. Discover now