Part 5

2.3K 347 36
                                    

"Gue udah di lobi kok, El. Sebentar lagi—" Arka menggantung kalimatnya ketika ekor matanya mendapati Elena yang keluar dari lift, seorang diri, dengan balutan mid length dress berwarna putih dan hitam. Elena menatapnya, satu tangannya masih memegangi ponsel yang menempel di telinga, lalu dia tersenyum manis pada Arka.

                Ketika Elena melangkah mendekatinya, Arka mengerjap pelan. Arka memang tidak setiap hari bertemu dengan Elena, tapi meski begitu, malam ini Arka merasa kalau Elena luar biasa cantik.

                Tidak. Elena memang cantik, bahkan dalam kesehariannya, yang selalu berdandan sederhana, dia selalu terlihat cantik. Tapi malam ini, dia memakai riasan yang cukup membuat Arka tertegun kala memandangnya. Dan pakaian yang Elena kenakan saat ini, seperti melambangkan keindahan gadis yang sedang berdiri di hadapannya ini.

                Kaya Mami...

                Ya, itu lah yang terlintas di kepala Arka ketika dia mengamati penampilan Elena. Tidak perlu memerlihatkan bagian tubuhnya, tapi sekali lihat saja, semua orang pasti setuju kalau apa yang mereka lihat saat ini adalah bantuk lain dari sebuah keindahan yang menawan.

                Maminya jarang sekali memakai pakaian yang sangat terbuka dan memerlihatkan bentuk tubuhnya begitu jelas. Tapi, kemana pun dia melangkah, semua mata yang memandang Maminya akan selalu memujinya.

                Dan Arka menemukan hal itu saat ini, ketika dia menatap Elena.

                "Hai, Ka." Sapa  Elena. Namun Arka hanya diam dengan kedua mata yang tak berkedip memandangnya, membuat Elena mengernyit bingung kemudian menggoyang-goyangkan telapak tangannya di depan wajah Arka. "Arka? Arka?"

                "Eh, iya?" gumam Arka gelagapan setelah dia tersadar dari lamunannya.

                "Kamu ngelamun?"

                Arka menggeleng cepat. "Nggak kok..." jawabnya sedikit gugup. Apa lagi kini melihat Elena tertawa pelan dengan suara merdunya. Arka berdehem pelan. "sori ya, gue telat. Alma sakit soalnya."

                "Nggak apa-apa kok. Terus Alma gimana keadaannya?"

                "Ya gitu. Bandel, nggak mau minum obat apa lagi dibawa ke rumah sakit."

                "Kenapa?"

                Arka menghela malas. "Memang gitu anaknya. Sok jagoan." Elena tertawa pelan mendengarnya, membuat sudut bibir Arka sedikit terangkat ke atas kala memandang wajah Elena yang sedang tertawa. "berangkat sekarang?"

                Elena mengangguk. Lalu mereka berdua berjalan beriringan menuju mobil Arka. Arka membukakan pintu mobil untuk Elena, membuat Elena tersipu malu menatapnya, lalu mengucapkan terima kasih dengan suaranya yang terdengar lembut.

                Ketika Elena sudah masuk, sambil memutari mobilnya, Arka menggumam pelan. "Cewek normal sih begini. Dibukain pintu mobil pasti seneng dan bilang makasih. Nggak kaya Alma."

                Arka akan selalu membukakan pintu untuk wanita mana pun yang akan masuk ke mobilnya. Bukan karena dia genit, tapi karena Arka sangat menghargai wanita. Berapa pun usianya. Tapi, hanya satu wanita yang tidak pernah Arka perlakukan seperti itu.

                Ya, benar. Alma.

                Ketika mereka mulai beranjak dewasa, dan Arka banyak sekali belajar bagaimana caranya menghargai wanita, Arka pernah membukakan pintu mobil untuk Alma ketika dia menjemput sahabatnya itu di rumahnya. Namun, bukannya berterima kasih, Alma malah mengernyit jijik dan mengomelinya.

MenungguWhere stories live. Discover now