Part 10

1.5K 181 9
                                    

Sambil memegang segelas jus di tangannya, tanpa mengetuk lebih dulu, Alma membuka pintu kamar orangtuanya. Kepalanya menyembul ke dalam untuk melihat siapa yang berada di dalam. Lalu ketika dia melihat Papanya sedang mengamati penampilan di depan cermin, Alma bersiul menggoda.

Abi menoleh, tersenyum miring dan kembali menatap ke cermin seraya merapikan rambut yang sebenarnya sudah terlihat sangat rapi.

"Rapi banget, Pa. Mau cari Mama baru, ya?" celetuk Alma jail begitu dia sudah berdiri di samping Papanya.

Abi tertawa. "Memangnya boleh?"

Alma mengerling menggoda. "Kalau uang tutup mulutnya gede sih, aku bolehin."

Lalu Abi dan Alma tertawa geli bersama karena obrolan konyol mereka. Obrolan-obrolan sinting sejenis itu memang sering kali mereka berdua lakukan. Bahkan Gisa yang sering mendengarnya pun sama sekali tidak peduli.

Mereka berdua masih saling tertawa ketika tiba-tiba saja Gisa keluar dari kamar mandi sembari berujar santai meski sejujurnya sedang menyindir. "Siapa yang mau cari Mama baru, Al?"

Sontak Papa dan anak itu mengatup mulut mereka serentak meski masih mengulum senyum geli. Gisa pasti mendengar obrolan mereka tadi.

"Papa."

"Alma."

Kedua orang itu menjawab serentak dengan jawaban berbeda. Sembari merapikan ranjang, Gisa melirik keduanya dengan lirikan malas. "Kamar kamu udah diberesin?"

"Belum. Baru aja ini mau minta Shila beresin kamar aku." jawabnya santai dengan cengir kecil.

Gisa berdecak kuat. "Kamar kamu itu nggak gede-gede banget ya, Al. Masa beresin kamar aja harus minta bantuan adik kamu."

"Dih, siapa yang minta bantuin sih, Ma. Shila beresin kamar aku juga nggak gratis." Alma membalas omelan Mamanya.

"Kamu bayar Shila?!"

"Iya."

"Buat beresin kamar?"

"He-em."

Wajah Gisa berubah kesal. Melepaskan guling dari tangannya, Gisa beranjak menghampiri Alma. Abi yang tahu apa yang ingin dilakukan istrinya itu segera menghalangi langkah Gisa.

"Gis, udah, Gis. Masih pagi. Jangan marah-marah."

"Minggir nggak?!"

"Sabar, Gis, sabar... ayo tarik napasnya pelan-pelan..."

"Minggir, Abi!"

"Tuh, lihat, keriput kamu nambah satu."

Saat Abi berteriak kuat karena Gisa menendang kakinya, Alma yang tadinya terkekeh geli mengamati tingkah orangtuanya, kini membulatkan mata dan bergegas kabur.

"Alma!"

Teriakan Gisa terdengar mengerikan. "Alma-nya nggak ada!" balas Alma teriak. Dia harus menyelamatkan diri dari amukan Gisa.

Mamanya itu memang sangat tegas setiap kali mendidik anak-anaknya. Sejak kecil, Alma dan adiknya tidak biasa dimanjakan. Apa lagi mereka diurus langsung oleh Gisa. Tidak seperti Arka dan Adel yang dibantu baby sitter.

Mereka selalu diajarkan hidup mandiri. Sedari kecil, Alma dan Shila sudah diajarkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti menyapu, mencuci piring, mengepel. Bahkan saat remaja, mereka sudah punya jadwal masing-masing untuk mencuci pakaian. Dari mulai mengumpulkan pakaian kotor sampai pakaian itu menjadi bersih dan tersusun rapi di lemari pakaian.

MenungguWhere stories live. Discover now