Part 9

1.1K 188 4
                                    

Semua orang tahu kalau Alma Ilyas ini sangat totalitas dan pekerja keras ketika sedang bekerja. Tapi semua orang pun juga tahu kalau Alma tidak pernah mau merelakan satu detik pun dari waktu istirahat yang dia punya. Maka itu, tepat ketika jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, Alma tidak segan-segan meninggalkan seluruh pekerjaannya baik itu sangat penting atau pun sedang dia kerjakan dengan penuh khusyuk.

"Makan siang!!!" teriak Alma dengan cengir bahagia. Teriakan mampu membuat semua orang di sekelilingnya melirik padanya sembari menggelengkan kepala. Terkadang mereka tidak mengerti bagaimana cara Alma melalui harinya hingga dia selalu saja terlihat ceria di jam makan siang dan juga di jam pulang bekerja.

Seakan-akan pekerjaannya yang cenderung memusingkan itu sama sekali tidak bisa mengganggu kebahagiaannya.

Sebenarnya jawabannya hanya satu. Karena Alma tahu bagaimana cara membuat dirinya selalu bahagia.

Tanpa peduli dengan penampilan, bahkan tidak pernah sudi memeriksa penampilannya melalui cermin, Alma langsung meraih tasnya dan beranjak santai meninggalkan kantor.

Sembari berjalan, Alma mengeluarkan ponsel, menghubungi Arka melalui Video Call. Tapi Arka menolak panggilan Alma dan sebagai gantinya, dia menelepon Alma.

[Gue lagi nyetir. Nggak bisa VC.] Ujar Arka.

"Oh... mau ke mana memangnya? Makan siang, ya? Bareng dong, Ka... gue juga lagi mau makan siang nih." Alma menyengir kecil. Membayangkan makan siang bersama Arka dan menyelamatkan isi dompetnya untuk hari ini sungguh membuatnya bersemangat.

Jika biasanya Arka langsung meledek Alma dan membuat Alma kesal sebelum mengatakan akan menjemput Alma, maka kali ini Arka sempat terdiam cukup lama hingga kemudian berujar dengan nada sungkan. [Hm, tapi Al, gue udah janji sama Elena, mau makan siang bareng di apartemennya.]

Alma mengernyit cepat, menghentikan langkah, namun setelah itu dia malah tersenyum-senyum sendiri dan terkekeh geli.

[Ngapain lo ketawa-tawa?!]

"Nggak tahu nih, Ka. Setiap kali gue ingat lo udah punya pacar, gue mau ketawa mulu bawaannya. Nggak nyangka banget gue, akhirnya sahabat gue bisa punya pacar. Lo udah pernah cipokan belum, Ka, sama Elena?" Alma menyeringai mesum.

[Heh! Otak lo ya, Al!]

"Alah, nggak usah malu. Sama gue doang ini... pernah, kan? Pernah pasti. Mana mungkin lo nggak cipokan sama pacar lo." cibir Alma.

Bagaimana ya cara Alma menjelaskannya. Ini tentang Arka, sahabatnya sejak kecil di mana mereka sudah menghabiskan waktu bersama-sama nyaris disepanjang hidup mereka.

Alma sangat mengenal Arka, dia tahu betapa polos Arka jika sudah menyangkut tentang wanita. Jadi ketika Arka sudah punya pacar, otak Alma tidak bisa berhenti memikirkan apa saja yang sudah di lakukan sahabatnya itu dengan kekasihnya.

"Tapi, Ka, lo jangan sampe kebablasan, ya! Ingat kata nyokap gue, nakal boleh, bego jangan. Apa lagi lo mau ke apartemennya Elena sekarang. Takutnya abis makan lo malah ngamar lagi."

[Alma!] lagi-lagi Arka berteriak kesal.

Tapi bisa Alma bayangkan bagaimana rona merah di wajah Arka saat ini. "Ya udah, gue mau cari makan dulu nih. Have fun deh, Ka, sama pacar lo. Cie... Arka." Alma menyempatkan diri meledek Arka sembari tertawa geli sebelum memutuskan sambungan telepon.

Dia masih saja tersenyum-senyum geli seraya menggelengkan kepala.

Kemudian Alma melihat sebuah motor melintas di depannya. Seketika senyuman miringnya tercetak jelas. "Indra adiknya Kak Alma!" teriak Alma dengan nada ramah yang menipu.

MenungguWhere stories live. Discover now