Part 7

1.3K 221 15
                                    

Menghadiri pesta para Elite bukan lagi satu hal baru bagi Arka Putra Hamizan. Berbaur dan bercengkerama dengan banyak orang, berbincang ringan sambil menikmati segelas minuman di tangan di mana isi perbincangan itu tidak pernah jauh dari dunia bisnis. Satu persatu dari mereka akan membicarakan keberhasilan dan jumlah tumpukan uang yang telah mereka miliki. Sedang yang lainnya akan sibuk memuji. Entah itu pujian yang tulus atau pun tidak, Arka sama sekali tidak peduli.

Meski Arka tahu banyak sekali kemunafikan di sekeliling pesta itu, namun Arka tetap saja enjoy menikmati. Karena pada dasarnya, Arka senang dengan keramaian di sekelilingnya. Apa lagi jika dia bertemu dengan kenalan atau teman bisnis yang sudah lama tidak bertemu dengannya.

Di sepanjang pesta, seperti biasa, Arka selalu mendengar pujian orang-orang terhadapnya. Bahkan tak jarang membandingkan Arka dengan Papinya.

"Kamu tahu, Arka, saat Barata's Group ada di tangan Papi kamu, kami nyaris nggak pernah melihat dia ada di tengah kerumunan seperti ini." cetus seorang lelaki bernama Anthony yang sepertinya berusia sama seperti Leo.

Sepertinya lelaki itu rekan bisnis Leo di masa lalu.

Arka tertawa geli. "Papi memang nggak suka keramaian, Om."

"Bukan cuma keramaian. Papi kamu juga nggak suka basa-basi. Jadi, setiap ketemu sama Papi kamu, Om cuma bisa bahas bisnis. Itu pun kalau pembahasan itu menarik atau penting. Kalau nggak, Papi kamu nggak pernah mau buka mulutnya sedetik pun. Dia benar-benar menyebalkan." Anthony tertawa mengingat kejadian di masa lalu.

Lagi-lagi Arka hanya tertawa sembari menikmati minumannya. Ini bukan pertama kalinya bagi Arka mendengar orang-orang bercerita mengenai Papinya.

Jika sudah menyangkut Leo Hamizan, maka hanya ada dua hal yang akan Arka dengar dari orang-orang. Prestasi Leo Hamizan yang menakjubkan di dunia bisnis, hingga bisa membuat Barata's Group berada di urutan ke tiga sebagai perusahaan raksasa di negara ini. Dan juga sikap dingin serta tak bersahabat Leo yang tidak pernah gagal membuat orang lain membencinya.

Anthony meneguk minumannya, dan ketika dia melihat ke arah lain, lelaki itu melepaskan gelas dari mulutnya kemudian tersenyum lebar dan berteriak senang memanggil seseorang seraya merentangkan tangannya. "Regar, temanku..."

Arka menoleh ke arah yang sama, kemudian menemukan seorang lelaki bertubuh tinggi dengan kulit sedikit gelap dan memiliki senyuman yang tampak sedikit tajam sedang berjalan menghampiri mereka. Dan tiba-tiba saja Arka terpaku dengan detak jantung yang berdegup tidak biasa.

Bukan. Arka tidak terpaku pada sosok lelaki yang di panggil Regar oleh Anthony. Arka terpaku pada sosok gadis yang sedang berjalan bersama Regar. Gadis yang memakai dress panjang berwarna navy itu tersenyum tipis, ada keramahan di raut wajahnya, namun ketika matanya melirik pada Arka, gadis itu sedikit menyipitkan kedua matanya penuh ancaman.

Gadis itu adalah Alma, sahabat Arka sekaligus gadis yang Arka cintai dan sedang Arka hindari akhir-akhir ini.

Lalu kini Arka meneguk ludahnya susah payah.

"Anthony." Sapa Regar sambil bersalaman. "Apa kabar?"

"Baik... Baik..." Anthony memberikan satu pelukan sahabat lama. Lalu ekor matanya melirik ke arah Alma yang masih setia berdiri di samping Regar. "Aspri baru, huh?" godanya tersenyum nakal. "Lumayan."

Regar tertawa pelan. "Ingat umur, Anthony. Dari pada kamu memperbanyak simpanan, lebih baik memperbanyak uang agar kalau kamu mati nanti, ada yang bisa istri, anak dan cucumu perebutkan."

MenungguWhere stories live. Discover now