Part 4

1.8K 353 29
                                    

Dulu sekali, saat mereka masih berada di Universitas, hampir dua puluh empat jam mereka lewati bersama. Apa lagi mereka juga kuliah di kampus yang sama. Namun, ketika mereka sudah beranjak dewasa dan memiliki pekerjaan masing-masing, bahkan weekend pun, mereka belum tentu bisa bertemu meski tetap saling menelefon satu sama lain.

Hal itu sempat membuat Alma stres bukan main. Ketika dia harus menerima tantangan hidup sejak memasuki usia dewasa, dimana dia tidak bisa lagi banyak bermain, Alma merasa seperti berada di Neraka saja.

Arka sibuk bekerja, begitu pula dengan Alma. Terkadang, Weekend pun Alma masih berkutat dengan pekerjaannya. Dan Arka entah berada di kota yang mana lagi. Itu kenapa setiap kali mereka memiliki waktu luang, keduanya sepakat menghabiskan waktu bersama.

Seperti hari ini. Mereka menonton film bersama di bioskop. Sebuah film action dimana Alma dan Arka terlihat sangat serius selagi menonton sembari menikmati popcorn. Mereka memang memiliki banyak kesamaan, bahkan pilihan tontonan favorit mereka pun juga sama.

Sedang asyik menonton, tiba-tiba saja tangan Alma bergerak cepat, mengambil popcorn milik Arka dan memindahkannya ke atas pangkuannya. Hal itu membuat Arka menatapnya malas. Padahal, Arka membeli dua popcorn sebelumnya.

Selalu saja begini, cebik Arka di dalam hati. Alma tak pernah cukup dengan popcorn miliknya yang selalu habis lebih dulu padahal film yang mereka tonton baru saja dimulai. Dan alhasil, Alma selalu menjarah popcorn milik Arka.

Lihat saja, Alma sama sekali tak menoleh padanya. Hanya terus menatap ke layar dengan sorot mata serius sedang mulutnya tak berhenti mengunyah.

Arka mendengus, lalu menarik ujung hidung Alma dengan jemarinya, membuat Alma berdecak terganggu dan menatapnya kesal sembari mengusap ujung hidungnya dengan telunjuk.

Arka hanya tersenyum tipis menanggapi. Dan seharusnya, setelah itu, Arka kembali menikmati tontonannya. Sayangnya, yang Arka lakukan malah menyandarkan kepalanya ke belakang, memandangi wajah Alma dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Menurut Arka, Alma ini cantik meski Alma sendiri selalu saja mengatakan dirinya itu tidak cantik. Karena definisi kecantikan menurut mereka berdua sangat berbeda. Menurut Alma, cantik itu haruslah berparas indah, berpenampilan menarik dan memiliki sisi kelembutan.

Cantik itu kaya nyokap lo.

Begitu lah yang Alma katakan. Sementara dia menyebut dirinya tidak ada cantik-cantiknya sedikitpun. Padahal, menurut Arka justru kebalikannya. Arka sering bertemu dengan banyak orang diberbagai pertemuan. Bertemu dengan gadis-gadis cantik pun sudah tak terhitung lagi sebanyak apa. Hanya saja, tak ada yang secantik Alma menurutnya.

Alma mungkin tidak memiliki hidung mancung yang sempurna, matanya nyaris tidak memiliki lipatan kelopak mata, persis seperti Papanya. Ya, Alma benar-benar mirip seperti Papanya. Bahkan, ketika kecil dulu, ketika Alma tak pernah menyukai rambut panjangnya dan meminta dipotong serupa seperti Arka, dia benar-benar terlihat persis seperti Papanya.

Hanya ketika berada di Universitas saja, Alma akhirnya mau mendengarkan nasihat Mamanya yang mengatakan, jika dia akan kesulitan mencari pekerjaan dengan penampilan lelaki seperti itu.

Benar. Alma senang sekali berbusana seperti lelaki. Seperti Arka. Tapi semenjak bekerja, dia akhirnya mulai membiasakan diri menjadi perempuan sesungguhnya meski berkali-kali mengancam Arka agar tidak tertawa setiap kali melihat penampilannya.

Padahal, Arka sama sekali tak berniat tertawa. Justru sebaliknya. Ketika untuk pertama kalinya Arka melihat Alma mengenakan rok dalam setelan kerjanya, dengan rambut tergerai serta lipstik merah di bibirnya, Arka kesulitan untuk berkedip. Karena Alma terlihat sangat berbeda. Cantik, dan juga berkarisma.

MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang