Part 12

432 88 4
                                    

Hidup Arka mendadak tidak tenang selama dua hari ini. Alma tidak pernah menjawab teleponnya. Sekalinya membalas pesan, hanya kalimat singkat seperti gue lagi sibuk. Tadi malam pun, Arka sengaja menunggu Alma pulang di rumahnya sampai pukul sebelas malam, tapi Alma malah memberitahu Mamanya kalau malam itu dia harus lembur di kantor.

Alma sengaja menghindar, Arka tahu itu. Sejak obrolan tentang konser kemarin, Arka tahu kalau Alma marah padanya. Alma pasti marah karena Arka tidak membeli satu tiket konser lagi untuknya. Karena selama ini Arka lah yang selalu membeli tiket konser untuk mereka.

Tapi sungguh, Arka tidak melakukannya dengan sengaja. Bahkan sejak kemarin malam, selepas mengantar Elena pulang, Arka sudah berusaha mencari satu tiket lagi untuk Alma. Tapi dia belum juga mendapatkannya.

Arka tidak suka cara Alma kabur-kaburan seperti ini ketika sedang marah, karena dia jadi kebingungan. Kenapa Alma tidak marah atau mengomel seperti biasa saja? Itu jauh lebih baik menurut Arka.

"Kamu suka hitam atau abu-abu?" Arka melihat Elena yang sedang memegang dua pakaian bermodel serupa tapi berbeda warna di kedua tangannya. Gadis itu sedang membutuhkan jawaban Arka sebelum memutuskan membeli pakaian itu atau tidak. Karena minggu depan mereka akan pergi ke Las Vegas untuk nonton konser, Elena mengajak Arka membeli pakaian hari ini.

Arka yang sejak kemarin sedang dipusingkan oleh tingkah Alma, lebih banyak mengangguk atau menggeleng setiap kali Elena menanyakan sesuatu padanya. Otaknya seperti tidak bisa memikirkan apa pun lagi selain Alma. Bahkan sekali pun seluruh chat yang dia kirim tidak dibaca oleh gadis menyebalkan itu, Arka masih saja mengirim pesan beberapa menit sekali meski berakhir dengan hela napas putus asa.

"Arka," Arka menoleh ketika Elena mengusap lengannya lembut. Elena memandang Arka sedikit cemas. "kamu baik-baik aja?"

"Hah?" Arka mengerjap bingung.

"Aku perhatiin, dari tadi kamu melamun terus. Kelihatan nggak fokus juga. Kamu kenapa? Ada masalah, ya?"

Sorot khawatir Elena yang tulus entah mengapa membuat Arka justru ingin berkeluh kesah padanya.

"Alma." Gumam Arka.

Elena mengangguk. "Alma kenapa?"

Kemudian Arka menceritakan apa yang terjadi kemarin malam. Arka juga berkali-kali menyalahkan dirinya sendiri karena terlampau sibuk hingga melupakan hal penting yang biasa mereka lakukan berdua.

"Semua tiket udah sold out," Arka terlihat murung. "gara-gara aku, Alma nggak bisa nonton konser tahun ini." Arka mengusap wajah gusar. "Elena," ucapnya ketika kini dia kembali memandang Elena. "ini mungkin sedikit nggak sopan. Tapi boleh nggak, tiket konser punya aku, kasih ke Alma aja?"

Elena mengernyit seketika.

"Aku tahu tiket itu kamu yang beli buat aku. Buat kita. Tapi, aku juga kasihan sama Alma. Dia sampai marah begini gara-gara aku. Lagian, aku juga nggak bakalan bisa menikmati konser itu kalau Alma nggak bisa ikut nonton." Arka menatap penuh harap.

Katakan saja Arka sangat keterlaluan. Elena pasti sudah bersusah payah agar bisa membeli tiket konser itu untuk Arka. Tapi Arka justru ingin memberinya pada Alma.

Benar-benar tidak sopan.

Hanya saja Arka tidak punya jalan keluar lain. Arka sudah tidak mungkin bisa membeli tiket konser untuk Alma, Alma pun sengaja menghilang karena marah padanya. Maka hanya ini satu-satunya cara agar Alma mau kembali bicara dengannya.

"Nggak boleh, ya?" ringis Arka karena sejak tadi Elena hanya diam memandangnya. "Maaf kalau kamu—"

"Gimana kalau yang aku kasih ke Alma tiket punya aku. Jadi kamu sama Alma bisa tetap nonton seperti tahun-tahun sebelumnya."

MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang