Part 17

514 90 6
                                    

Makan malam bersama keluarga Elena ternyata sangat menyenangkan. Selain orangtua Elena yang ramah, Kakak dan adik-adik Elena juga menyambut Arka dengan sangat baik. Arka memang pernah bertemu dengan mereka semua sebelumnya di beberapa acara, tapi baru kali mereka berkumpul secara bersamaan.

                Adik-adik Elena kerap kali menggoda mereka berdua, bertanya kapan lagi kabar baik itu sampai pada mereka. Tapi Arka dan Elena hanya tersenyum malu-malu menyikapi sindiran mereka.

                Arka dan Elena memutuskan untuk kembali bersama. Kali ini Arka tidak lagi mau melakukan kesalahan seperti kemarin. Dan ternyata, beberapa bulan sejak mereka kembali bersama, Arka justru merasa semakin yakin pada hubungan mereka.

                Yang paling tidak disangka-sangka, kemarin Papinya tiba-tiba saja mengajak Arka bicara, hanya obrolan ringan, tapi Arka tahu ke mana arah obrolan mereka. Papinya mendukung keputusan Arka jika dia memang ingin menikah dengan Elena. Semuanya berjalan lancar. Amat sangat lancar. Begitu pula persahabatannya dan Alma. Arka tidak lagi menaruh amarah, benar-benar sudah merelakan. Dan kesibukan Alma semakin membantu Arka untuk menggeser Alma dari hatinya.

                Gadis itu sedang mengurus kasus besar. Dia mencurahkan seluruh waktunya pada kasus itu. Bertemu pun mereka hanya satu kali dalam satu minggu, itu juga saat makan siang atau makan malam. Alma tidak pernah lagi datang mengunjungi Arka, begitu pula Arka. Mereka memang masih berkomunikasi seperti biasa, hanya tidak sesering biasanya.

                "Nggak ada bedanya," gumam Arka saat memandangi sekelilingnya. Elena membawa Arka ke kamar miliknya yang berada di rumah orangtuanya. "tetap aja rapi kaya di apartemen. Warna cat dindingnya juga sama." Arka melirik Elena. "Jangan bilang sebenarnya kamu nggak rela pindah ke apartemen."

                Elena tersenyum malu. "Di awal-awal, aku takut homesick. Makanya sengaja desain apartemen semirip mungkin sama rumah."

                "Kalau takut homesick kenapa mau tinggal sendirian?"

                "Biar bisa belajar mandiri. Dari kecil udah terbiasa semuanya serba ada, aku takut nggak bisa apa-apa kalau dimanjain terus."

                Arka tidak bisa menahan senyum bangga miliknya yang kini merekah. Sejak awal mengenal Elena, dia tahu kalau Elena ada perempuan mandiri yang tangguh.

                Arka bangga bisa memiliki Elena.

                Tertarik dengan banyak sekali pigura di atas meja, Arka menghampiri. Dia mengambil salah satu pigura, memandangi foto seorang anak kecil dengan menara Eiffel sebagai latarnya.

                "Ini pasti kamu." ujar Arka ketika Elena mendekat.

                Elena menatap Arka takjub. "Kok kamu bisa tahu."

                "Senyumnya mirip."

                Jika Arka masih memandangi foto Elena sambil tersenyum-senyum, maka Elena tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari senyuman Arka.

                Elena sempat berpikir harus mengubur perasaannya untuk Arka karena takut merasa kecewa semakin dalam. Satu kesalahan yang Arka lakukan dalam hubungan mereka kemarin telah membuat Elena takut untuk mempercayai janji Arka.

                Bahkan ketika memutuskan kembali bersama pun, Elena masih merasa ragu. Tapi sikap dan perhatian Arka akhirnya meluluhkan hati Elena. Arka benar-benar menepati semua janjinya, hingga beberapa bulan yang mereka lalui bersama-sama ini, penuh dengan rasa bahagia.

                Arka selalu memberi kabar, menelepon ketika ada waktu luang, menemui Elena, berkencan untuk menghabiskan waktu berdua.

                Benar-benar hubungan yang Elena impikan selama ini.

MenungguWhere stories live. Discover now