Part 21

626 142 20
                                    

Arka sedang berdiri memandang keluar jendela di kamarnya ketika Adel datang menghampiri. "Tanggal lamarannya udah ditentukan, ya?"

"Hm."

"Di bulan ini?"

"Iya."

Adel melakukan apa yang sedang dilakukan saudara kembarnya ini. Memandang keluar jendela, mengamati langit malam tanpa bintang. "Masih belum baikan sama Alma?"

Arka mengerjap, menoleh cepat. "Kamu tahu?" padahal dia tidak memberi tahu siapa pun tentang masalah itu.

Adel mengangguk.

"Tahu dari mana?"

"Udah lebih dari dua bulan Alma nggak pernah datang ke rumah ini. Dia nggak pernah kelihatan di setiap pertemuan keluarga. Dan kamu juga nggak pernah cerita apa-apa tentang Alma." Adel membalas tatapan Arka. "Kenapa?"

Arka menggelengkan kepala dan memalingkan muka.

"Sebentar lagi kamu mau menikah, Ka. Bakal aneh rasanya kalau kamu menikah tanpa Alma."

"Itu yang dia mau, jadi biarin aja."

Adel mengernyit tak mengerti. "Ka..." bujuknya.

Arka mengerang dan mengusap wajahnya gusar. Kemudian dia menceritakan semuanya pada Adel.

"Alma bilang gitu?" jujur saja, Adel pun luar biasa terkejut mendengarnya. "Aku pikir... dia juga bahagia sama hubungan kamu dan Elena."

"Nggak. Dia nggak suka." Arka membuang napas kasar. "Kamu bisa bayangin jadi aku nggak sih, Del? Aku harus pilih satu dari mereka berdua!"

Adel mengerti, tapi ada yang membuatnya penasaran. "Tapi kenapa kamu pilih Elena? Maksud aku... Alma sahabat kamu, dan kamu... pernah mencintai Alma."

Sorot mata Arka berubah hampa. "Karena aku nggak mau mengecewakan Elena untuk yang kedua kalinya. Elena... dia gadis yang baik, aku merasa beruntung memiliki Elena. Elena mencintaiku. Seperti yang kamu bilang, aku nggak mungkin selamanya hidup bersama Alma, hidup bersama sahabatku. Aku ingin menghabiskan sisa umurku dengan orang yang aku cintai dan mencintaiku."

"Kamu cinta sama Elena?" Adel hanya butuh jawaban dari pertanyaan ini.

Arka terdiam cukup lama, membuat Adel menahan napas tercekat. Takut kalau-kalau apa yang dia pikirkan memang benar.

Tapi anggukan tegas Arka menepis dugaannya. "Aku mencintainya. Tapi apa gunanya aku bisa mencintai gadis lain kalau aku kehilangan sahabatku, Del?" Arka menghela putus asa dengan mata memerah. "Sebentar lagi aku menikah, tapi Alma... aku mau dia ada di hari pernikahanku. Aku butuh Alma untuk mendukungku."

Arka nyaris menangis terisak. Adel tahu saudaranya itu sedang kebingungan saat ini.

"Aku udah coba lupain dia, ikutin maunya dia, tapi aku nggak bisa..." Arka mengusap wajah sembari berkacak pinggang. "Aku kangen Alma, Del. Kangen lihat dia tertawa, kangen dengar suaranya, kangen main sama dia." Arka tertawa serak.

Adel memandang Arka sedih.

"Kenapa semuanya jadi begini, sih!" kali ini Arka benar-benar menangis. "Aku nggak mau kehilangan Alma."

"Kamu mau aku ngobrol sama Alma?"

"Jangan. Jangan, Del. Suasana hatinya lagi nggak baik, dia bisa lebih marah sama aku kalau tahu aku cerita sama orang lain. Jangan tanya apa-apa sama dia, biar aja dulu sampai tenang. Nanti... aku pasti bakal temui dia lagi."

MenungguTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon