Part 18

642 121 11
                                    

Wajah muram Arka belum juga sirna hingga sore ini. Meski ponselnya tetap saja bergetar, menerima banyak sekali notifikasi dari banyak orang yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya, tapi Arka tidak merasa puas.

                Orangtuanya yang sedang berada di Bali sudah mengucapkan selamat melalui video call pagi tadi. Adel bahkan sengaja datang ke kamar Arka tepat pukul dua belas malam, membawa sebuah cake berukuran kecil untuk mereka nikmati bersama sebagai perayaan ulang tahun mereka berdua.

                Bara hanya mengirim pesan suara yang singkat dan terdengar tidak tulus. Arka yakin, Rere yang memaksanya.

                Semua teman-teman Arka sudah mengucapkan ulang tahun silih berganti. Begitu pula dengan kerabat dekatnya.

                Kalau Alma... Arka tidak ambil pusing. Dia tahu bagaimana Alma. Sahabatnya itu selalu menganggap hari ulang tahun bukanlah sesuatu yang harus dianggap penting.

                "Nggak usah norak deh, Ka. Cuma ulang tahun di mana lo atau gue sama-sama semakin tua. Yang penting itu hadiahnya."

                Jadi, Alma tidak pernah berada di urutan pertama sebagai orang yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Arka.

Dia hanya mengucapkannya ketika bertemu, kemudian mengajak Arka bermain dan bersenang-senang. Kalau sedang berbaik hati, Alma akan memberi hadiah yang harganya benar-benar terjangkau, bahkan cenderung murah.

Jika masih layak untuk di pakai, Arka akan memakainya. Jika tidak, Arka menyimpannya dalam sebuah box khusus di mana isinya adalah pemberian dari Alma.

                Alma sering mengacak-acak box itu hingga membuat Arka mengomel karena harus merapikannya lagi. Tapi saat ini bukan Alma yang membuat Arka tidak bisa melewati hari ulang tahunnya ini dengan senyuman. Melainkan Elena. Sejak tadi malam, Elena sulit sekali di hubungi. Lalu pagi tadi dia hanya mengirim pesan dan mengatakan kalau pagi tadi dia harus pergi ke Malang, menghadiri pernikahan salah satu keluarganya.

                Arka menawarkan diri untuk menyusul dan menjemputnya. Karena semenjak terbiasa bersama, maka sehari saja tidak bertemu Elena, Arka merasa seperti ada yang kurang. Maka itu dia bersikeras menjemput. Tapi Elena justru menolak, membuat Arka semakin uring-uringan.

                Dan sepanjang hari ini, Arka menjalani kegiatannya tanpa semangat.

                Pintu ruangan Arka di ketuk saat dia masih duduk malas-malasan sambil berusaha menghubungi Elena. "Masuk." Ujarnya bersuara. Ponsel masih menempel di telinganya ketika Alma muncul dari balik pintu. Lengkap dengan senyum lebarnya yang khas sembari memeluk satu plastik besar berisi cemilan.

                "Ngapain?" tanya Arka sembari meletakkan ponsel ke atas meja.

                Alma menghampiri, memperlihatkan isi plastik di tangannya pada Arka. "Cemilan buat main game sampe pagi." Kekehnya. Tradisi yang tidak pernah mereka lupakan setiap kali salah satu dari mereka ulang tahun adalah bermain game sampai pagi dengan berbagai cemilan yang berserakan di sekitar mereka.

"By the way, selamat ulang tahun, Arkana Putra Hamizan. Cie... udah dua puluh enam aja nih umur lo. Selamat tambah tua, ya, Ka."

                "Kita cuma beda setahun, nggak usah belagu." Cebik Arka. Tapi karena kedatangan Alma, akhirnya dia bisa tersenyum setelah seharian ini hanya terus berwajah masam.

                Arka bangkit dari kursinya, menerima pelukan erat dari Alma, tersenyum saat Alma menepuk-nepuk punggungnya sedikit kuat.

                "Hadiah gue mana?"

MenungguWhere stories live. Discover now