♧Chapter2♧

94 80 59
                                    

Matahari sudah tenggelam dan tugasnya untuk memberikan keterangan pada bumi kini tergantikan oleh bulan dan bintang. Malam yang sejuk ini membuat tidur seorang gadis berambut sebahu itu menjadi semakin nyenyak. Deru angin yang berhembus melalui cendela yang dibiarkan terbuka sedari sore tidak membuat tidurnya terusik. Ditemani dengan suara gorden yang bergoyang diterpa angin dan mengenai besi penyanggah jendela yang cukup nyaring namun menenangkan.

Brakk!!

Pintu kamar yang ditempati gadis itu terbuka dengan tidak santainya oleh sang pemilik kamar. Seorang anak laki-laki berusia kurang lebih 8 tahun itu terlihat menampakkan raut wajah kurang suka ketika netranya mendapati gadis itu tidur terduduk di meja belajarnya.

"Oi Romlah bangun!" bahu sempit itu dia goncangkam dengan tenaga yang lumayan membuat gadis itu segera membuka matanya.

Mata bulat dan agak berkilau itu mengerjap sebentar diikuti dengan suara uapannya. "Lo siapa?" tanyanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Anak laki-laki itu berdecak lalu menarik tangan gadis itu dan memaksanya untuk segera berdiri. "Gue malaikat pencabut nyawa lo."

"Anjir lu Gyu. Gue kira beneran." mata yang tadinya sipit dan mengantuk kini terbuka lebar khas orang melotot.

Namun agaknya anak laki-laki yang dipanggil Gyu itu sama sekali tidak memperdulikan keadaan gadis yang terlihat masih mengantuk itu. Tangan kecilnya menarik paksa tangan gadis itu untuk segera keluar dari kamarnya.

"Eh hei lo ngapain narik-narik gue sih? Ihhh Beomgyu, lepasin gue nyet!"

Setelah berhasil keluar dari kamar, anak laki-laki itu menghela nafas lalu mendongak menatap gadis itu malas. "Bodo amat ya Ter. Lu pulang sana! Punya rumah kok tidur di rumah orang."

Blamm!!

Setelah kalimat sarkas tadi terlontar dari mulut anak laki-laki tadi, pintu kembali dia tutup dengan suara nyaring tepat di depan wajah Winter yang masih bengong setengah shock itu. Tingallah gadis itu sendiri dengan keadaan sunyi di luar kamar.

Hampir tiga menit lamanya gadis itu terdiam sambil menatap kosong ke arah pintu kayu yang ada di depannya. Namun setelah sadar dengan cepat dia merubah ekspresi wajahnya  menjadi amat sangat kesal dengan bocah laki-laki tadi.

"CHOI BEOMGYU SIALAN!! GAK ADA RASA MANUSIAWINYA LU JADI ORANG!! DASAR BERUANG!!" teriaknya tanpa ancang-ancang terlebih dahulu.

Tanpa Winter sadari laki-laki yang diumpatinya tadi sudah terduduk di lantai kamarnya dengan suara ringisan kecil yang keluar dari mulutnya. Raut wajah kesakitan tercetak jelas di wajahnya.

Sambil berusaha untuk meraih sandaran kursi dan menumpu badannya untuk berdiri, laki-laki bernama lengkap Choi Beomgyu itu melangkahkan kakinya dengan pelan ke arah kasurnya berada.

"Emang bangsat tuh cewek. Tadi siang ngatain gue monyet, beberapa menit yang lalu ngatain gue beruang. Mata dan otaknya lagi bengkok atau gimana dah?" laki-laki itu menggaruk pelan kepala bagian belakangnya lalu bergantian mengusap pinggul dan bokongnya saat merasakan sakit di area itu. Sungguh, jatuh dari kursi karna terkejut mendengar suara teriakan melengking milik gadis si tetangga depan rumahnya itu sangat sakit. Bahkan sekarang niatnya untuk mengerjakan tugas menjadi hilang dan lebih memilih merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Gue jadi bocah lagi," gumamnya pelan sambil memperhatikan kedua tangannya yang dia angkat di depan wajahnya. Jari-jari tangan kecil itu membuat Beomgyu menghela nafas pelan.

Flashback on...

"Mama tega banget ninggalin anaknya tanpa makanan sedikitpun. Seenggaknya masak dulu kek baru pergi. Dikira gue bisa masak apa ya?"

Cinta Penawar KutukanWhere stories live. Discover now