♧Chapter6♧

49 51 10
                                    


"Piiiiiiiiip!!!"

Peluit yang ditiup oleh guru olahraga itu membuat atensi para murid berpusat kepada beliau. Suara bising yang disebabkan oleh ocehan ataupun tawa yang keluar dari mulut mereka seketika terhenti dan terdiam.

Mendapati semua muridnya telah tenang, saatnya beliau untuk mengucapkan sesuatu. "Hari ini kita akan belajar cara melempar ataupun memukul sebuah bola kasti. Permainan ini bisa dibilang gampang, bisa juga dibilang sulit. Dimainkan oleh dua tim yang memerlukan kerja sama tim yang kompak. Kalian pasti sudah tidak asing dengan permainan ini kan?!"

"Iya Pak!!!" saut semua murid-murid kelas XII-2 yang saat ini sudah berdiri di tengah lapangan dengan pakaian olahraga mereka. Hari ini tepatnya di jam kedua ini, kelas mereka mendapatkan jadwal jam pelajaran olahraga. Pak Chanyeol sekaligus guru olahraga tersebut senantiasa membimbing murid kelas XII-2 kali ini. Selain menjabat sebagai guru olahraga, beliau juga menjabat sebagai guru musik. Beliau sudah menjadi pembimbing ektrakurikuler musik selama hampir 3 tahun belakangan ini.

"Piiiiiiiiip!!! Sebelum kita mulai, alangkah baiknya kita melakukan peregangan otot dan pemanasan. Lari keliling lapangan ini sebanyak 5 kali lalu berdiri di depan saya. Mengerti?!!!"

"Siap mengerti!!"

Pak Kai mengangguk kemudian mengangkat sebelah tangannya. "Mulai!" suara miliknya mengintrupsi para murid untuk memulai pemanasan kali ini. Semua murid kini berlari di sisi samping lapangan. Cuaca terik matahari yang lumayan menyengat hari ini membuat sebagian dari mereka tak henti-hentinya mengeluh kepanasan dan kelelahan. Padahal mereka baru melakukan lari dua putaran. Diantaranya ada si tiga sekawan. Sunoo, Giselle, dan Winter yang berlari saling berdampingan dan berada di urutan paling akhir. Mereka sudah tertinggal satu putaran oleh yang lainnya.

"Ayok Winter, Sunoo dan Giselle!! Cepatin lagi larinya!! Kalian tertinggal sangat jauh!!" teriak Pak Chanyeol membuat mereka bertiga yang tadinya memperlambat langkah mereka kini terpaksa harus berlari lagi. Meski kelelahan dan rasanya sudah ingin pingsan, mereka bertiga tetap melanjutkan lari mereka. Tinggal satu putaran lagi, Sunoo yang sebenarnya masih cukup kuat namun sengaja menunggu dan berlari bersama sahabatnya kini mulai melangkah cepat dan berlari meninggalkan Giselle dan Winter.

Terlihat jelas kalau mereka berdua cukup terkejut melihat Sunoo. Tadi ngeluh capek dan pengen berhenti tapi kenapa dia kini jadi terlihat bersemangat ingin mencapai garis finish? Maksudnya di depan Pak Kai, sebab semua teman sekelasnya yang sudah selesai melakukan lari lima keliling lapangan mereka kini sudah berbaris rapi di depan Beliau. Namun tak ayal, nafas ngos-ngosan dan keringat yang bercucuran di dahi mereka menjadi bukti jika mereka tidak jauh berbeda dengan keadaan Giselle dan Winter. Bedanya cuman mereka berdua langsung berbaring di barisan paling belakang setelah berhasil menyelesaikan larinya.

"Susah kalau punya badan gemuk plus perut buncit, lari harus bawa beban berkali-kali lipat." Winter mengulurkan tangannya kepada Giselle dan menarik gadis itu untuk segera berdiri, sebab Pak Kai sudah mulai memegang Tongkat dan bola kasti di kedua tangannya sambil menjelaskan sesuatu mengenai permainan olahraga itu.

"Pengen deh punya sihir bisa berubah jadi gadis kurus. Capek harus punya badan gentong gini." Giselle ikut menggeruru lalu menatap Pak Kai di depan sana dengan tatapan tanpa minat. Winter diam-diam menatap Giselle dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Sedikit terbesit rasa lain di hati Winter setelah mendengar perkataan salah satu sahabatnya itu.

"Badan lu gak gentong-gentong amat kok Sel. Gak usah insecure gitu dong. Winter juga jangan banyak ngeluh. Walau kalian agak berisi tapi kalian tetap sahabat gue."

Giselle dan Winter bukannya terharu mendengar kalimat Sunoo yanng berada di barisan depan mereka, namun mereka malah memasang tampang jijik mendengarnya.

Cinta Penawar KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang