♧Chapter31♧

14 6 3
                                    


Hari masih terlalu pagi untuk gadis itu datang ke sekolah. Tubuh gemuk miliknya berdiri di depan gerbang yang setengah terbuka. Masih terlalu sepih kalau di lihat dari depan.

Kakinya melangkah sebanyak dua langkah ke depan. Namun tubuhnya kembali terdiam ketika kepalanya dengan cepat mendongak hanya untuk menatap gedung tinggi di depannya. Tepat di jendela salah satu kelas di lantai tiga.

Sekelebat memori tentang kemarin, dimana dirinya dihujani dengan tatapan nanar dan kalimat sarkas dari para teman-teman sekolahnya. Ah! Bahkan mereka tidak pantas untuk Winter sebut sebagai seorang teman.

Kepalanya menunduk, mengeratkan pegangannya pada kedua tali ransel yang di gendongnya. Matanya tampak berkaca-kaca. Ah! Bagaimana ini? Dirinya bahkan tidak berani untuk melangkah lebih maju. Takut akan terulang kejadian yang sama seperti kemarin. Takut dengan tatapan mereka. Padahal gadis itu sengaja datang lebih awal hanya untuk menghindari banyak orang yang akan melihat dirinya setiba di sekolah.

Gadis itu sudah bersiap untuk kembali berbalik, namun netranya membesar ketika mendapati tubuh seseorang yang berdiri merapat dengan dirinya tepat setelah gadis itu berbalik.

Huft! Hampir saja kepalanya menabrak dada bidang tubuh laki-laki itu. Winter mendongak dan mendapati Beomgyu yang sedang menatap ke arahnya dengan alis yang dinaikkan sebelah. Benar-benar menjengkelkan melihat tatapan julid laki-laki itu di pagi hari ini.

"Eh, mau kemana lo? Kalau bolos lagi, gue bakal laporin lo ke Tante Wina," ancam Beomgyu sambil menarik ransel Winter ketika gadis itu hendak melangkah meninggalkan tempatnya.

Winter mendesah pelan lalu menatap jengkel ke arah Beomgyu. "Lo gak usah sok jadi mata-mata deh. Lo juga gak digaji sama Ibu gue kan? Gak usah sok jadi anak baik di depan orang tua gue. Gue muak dibanding-bandingkan terus sama orang lain," ucap gadis itu dengan nada sarkas nya.

Tangan Beomgyu yang masih memegang ransel miliknya segera Winter tepis. Ah! Mau tidak mau dirinya harus tetap masuk ke dalam sekolah. Terlalu malas jika harus mendengar kembali omelan orang tuanya ketika dirinya pulang sekolah karena ketahuan bolos lagi hari ini. Punya tetangga satu sekolah benar-benar menjengkelkan, begitu pikir Winter.

"Tungguin dong. Gue takut kesasar dan lupa kelas," teriak Beomgyu sembari mengejar langkah kaki Winter yang perlahan mulai dipercepat oleh sang empu.

"Lo gak bakal amnesia cuman gara-gara gak datang ke sekolah selama dua minggu. Lagipula lo tuh cuman berduka bukan lo yang meninggal, kenapa ambil izin sampai dua minggu? Gak sekalian cuti satu tahun?"

Rupanya perkataan Winter mampu membuat tubuh Beomgyu yang semula berada di samping gadis itu kini mulai tertinggal di belakang. Langkahnya semakin melambat hingga pada akhirnya terhenti begitu saja ketika badan Winter mulai berbelok untuk menaiki tangga menuju lantai dua.

Kenapa semudah itu Winter mengatakannya? Kalimat gadis itu sungguh membuat Beomgyu merasa sakit hati. Cuman berduka? Kata cuman yang bahkan dianggap remeh oleh gadis itu. Memang pada dasarnya orang-orang akan menganggap sepele suatu hal yang belum pernah mereka rasakan sendiri. Kata duka adalah suatu hal yang paling dibenci Beomgyu. Dan laki-laki itu juga tidak suka dianggap remeh oleh orang lain. Memangnya kenapa kalau laki-laki itu tidak datang ke sekolah selama hampir dua minggu lamanya? Apa peduli gadis itu? Bahkan Beomgyu tidak meminta Winter untuk mengizinkannya kepada guru.

Terpuruk, itu salah satu yang membuat Beomgyu enggan datang ke sekolah hingga menunda kepulangannya ke sini, yang rencana awalnya akan pulang setelah empat hari kematian sang Nenek menjadi dua belas hari setelah pemakaman.

Diam-diam kedua tangannya terkepal erat. Tatapan matanya tajam dengan urat-urat leher yang tampak begitu menonjol. Laki-laki itu sedang menahan emosinya agar tidak menyakiti siapa pun. Beomgyu tahu kalau Winter juga punya masalah tapi apakah pantas gadis itu melampiaskan emosinya pada setiap orang yang berbicara dengannya? Salah satu hal yang paling dibenci oleh Beomgyu kepada tetangganya itu.

Cinta Penawar KutukanOnde histórias criam vida. Descubra agora