♧Chapter13♧

33 31 10
                                    

Lagi dan lagi. Seperti biasa, hanya suasana pagi sekolah yang memulai awal pada bagian kali ini. Namun dengan tokoh yang berbeda. Murid laki-laki itu tampak berjalan sambil menunduk. Bahkan dari awal dia berbelok dan terlihat berjalan di koridor bagian lantai dua tersebut, kepalanya masih setia menunduk. Tidak berminat untuk mendongak, lebih memilih terus menatap kaki dan lantai yang saling beradu ketika melangkah.

Langkah demi langkah dia lewati. Suasana karidor sudah cukup ramai oleh siswa-siswi dari kelas XI dikarenakan karidor tersebut memang sudah menjadi kawasan bagian kelas XI.

Walaupun terus menunduk, Laki-laki itu masih dikenali oleh beberapa murid. Terlebih lagi murid laki-laki yang menjadi anggota eskul basket yang diketuai oleh dirinya. Yah bisa dikatakan laki-laki itu merupakan salah satu murid populer. Namun diantara para murid perempuan yang mengaguminya, hampir tidak ada yang berani mendekat atau secara terang-terangan menunjukkan sikap ketertarikan mereka. Ya semua itu disebabkan oleh sikap dingin ditambah wajah datar milik laki-laki itu. Bahkan hanya sekedar bertatapan pun mereka seolah-olah merasa terancam. Seakan-akan tatapan laki-laki itu mampu membunuh kapan saja. Ada yang bilang kalau tatapan ketua eskul basket tersebut seperti tatapan peringatan untuk tidak melakukan hal yang macam-macam padanya.

"K... Kak Asahi!"

Teriakan dari arah belakangnya membuat laki-laki itu berhenti melangkah. Tangannya masih setia berada di dalam saku celananya. Dan kepalanya juga masih menunduk. Terlihat orang yang meneriakinya tadi berlari pelan ke arah Asahi dan menampilkan senyum canggungnya.

Kepala Asahi mulai mendongak. Tinggi badan mereka yang hampir setara tidak membuat Asahi harus mendongak atau menunduk untuk melihat wajah sang lawan bicara. Dilihatnya papan nama yang terpajang di salah satu bagian dada siswa itu, Asahi kembali menatap adik kelasnya itu.

"Ada apa Kim Doyoung?"

Matanya mengerjap. Mulutnya masih terbuka merasa kagum melihat kakak kelasnya itu. Dirinya bahkan tidak begitu mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Asahi.

"Apa ada yang salah di wajah gue?" tanyanya lagi. Doyoung menutup mulutnya cepat lalu menggeleng pelan. Cengiran khasnya kembali laki-laki itu perlihatkan.

"A.... Anu kak, tadi Pak Chanyeol nyuruh saya panggil Kak Asahi ke ruangan beliau. Katanya mau bahas soal pertandingan basket yang akan diadakan dua minggu lagi Kak." Asahi mengangguk pelan. Tidak ada respon lain yang diberikan oleh ketua eskul basket tersebut sehingga membuat Doyoung yang masih setia menatapnya langsung segera sadar dan pamit kembali ke kelasnya.

"Kak Asahi pakai softlens warna biru ya? Gila keren banget." batin Doyoung sambil berbelok untuk memasuki kelasnya. Asahi masih terdiam di tempatnya. Matanya yang tadinya fokus memerhatikan punggung Doyoung yang sudah menghilang tersebut kembali melihat ke arah bawah. Dia mulai merasakan kalung yang selalu dia kenakan di balik baju seragamnya sedikit bergetar.

Laki-laki itu bahkan tidak mengetahui sebab kalung tersebut bergetar. Sebab, ada begitu banyak alasan yang membuat kalung itu bergetar dan bersinar di saat yang tidak dapat diprediksi. Salah beberapa kemungkinan yaitu, bola mata miliknya yang berubah atau ada orang yang serupa dengannya berada di jarak dekat dengannya. Disaat Asahi sakit, kalung itu juga akan bergetar disertai dengan cahaya berwarna kuning terang yang terpancar dari berbagai sisi bandul kalung itu. Seakan-akan kalung itu memang dapat dengan tepat merasakan dan mengetahui keadaan sang tuan. Asahi pun tidak merasa terganggu, dia sudah bersama kalung itu sejak dirinya masih bayi. Dia sangat ingat waktu dirinya berusia lima tahun dan Kakeknya datang untuk melihat kalung itu dipakai oleh cucu kesayangannya. Ada sepenggal kalimat yang masih terbayang sampai sekarang. Kalimat yang dibisikkan beliau untuk Asahi yang saat itu masih berusia lima tahun. Dan sampai kapanpun dia akan selalu mengingatnya. Dia berjanji!

Cinta Penawar KutukanWhere stories live. Discover now